8

69 12 7
                                    

Voment juseyooo❣



Author pov

Aleah menatap lurus ke depan. Tatapannya kosong. Bayang-bayang Lamaran dadakan tadi malam membuatnya terjaga semalaman. Siapa yang bakal mengira? Ia bukan cenayang yang bisa memprediksi alur hidupnya.

"Astagaa--" gerutunya seraya mengacak rambut gersang yang belum di cuci selama seminggu. Harusnya kemarin sore–tapi rencananya gagal karena syok dan tremor sepanjang malam. Lontaran kalimat manis dari para playboy kelas kakap di kampus kalah saing dari ajakan 'menikah' terlebih dari seorang pria dewasa yang bahkan umurnya mungkin sepuluh tahun lebih tua darinya.

Bianca menyadari kegelisahan gadis 21 tahun itu. Gadis itu terlihat seperti pengamen jalanan yang frustasi karena sehabis di palak preman. Penampilannya saat ini berbanding terbalik dari saat hubungannya dengan mantan pacar berjalan mulus.

Bahkan gadis itu tak mengindahkan kehadiran dari sekutunya itu. Bianca menatap gadis itu prihatin.

"Baru menyadari kehilangan si Argi keknya" gumam Bianca pelan. Seraya menarik perlahan nasi goreng Aleah yang hampir dingin. Aleah yang menyadari kehadiran tangan nakal yang menyentuh piring nasi gorenganya–sontak menepisnya dengan cepat.

"Aawwww, gilak!" gerutu Bianca meniup tangannya yang memerah.

Aleah menatap tajam teman sejawatnya itu. Takut Bianca melancarkan aksi pencurian nasi gorengnya lagi, ia lantas melahap nasi gorengnya dengan cepat.

"Meraaahh tauukk!!" ucap Bianca ketus.

"Lagian lu ngapain sii, ngelamun–kek abis ngutang"

Aleah mendongakkan wajahnya. Menatap Bianca dengan tatapan 'ah!'. Kini pandangan mereka bertemu–berspekulasi macam-macam. Belum sempat Bianca bertanya untuk memastikan yang ada dipikirannya ini benar—Aleah menarik tas selempangnya dan beranjak pergi.

"Bayarin yaa!!" teriak Aleah yang tubuhnya hampir mengecil.

"Sialan loo!! Harusnya lo biarin gue makan nasi gorengnya!" balas Bianca dengan teriakan yang menarik perhatian orang di sekitarnya.

●●●

Di bawah teriknya matahari–seseorang dengan sepatu usangnya melangkah perlahan. Gadis itu menenteng tas ukuran sedang menuju Bank terakhir yang akan ia datangi di kota ini. Ia menghela napas panjang. Entah keputusannya ini sudah benar atau tidak. Berhari-hari ia mencari pinjaman, namun naas semuanya menolak tanpa alasan. Gadis itu–ya teringat adiknya yang mana lima hari yang lalu mengabarinya hanya untuk meminjam uang. Perasaan kesal bercampur marah tentu dirasakannya saat ini. Namun, ia tak mungkin membiarkan anak dari orangtuanya itu kesakitan sendirian.

Kini gadis itu berhenti di depan sebuah Bank besar. Dengan keyakinan yang tinggi ia melangkahkan kakinya masuk.

"Apa!?" Gadis 21 tahun itu meninggikan suaranya. Ia terkejut karena harapan satu-satunya menolak keras pengajuan pinjamannya. Namun, orang-orang disekitarnya menatap dirinya aneh. Ia segera menundukkan kepalanya untuk meminta maaf sekaligus kepada Teller dihadapannya.

Ia membenarkan tempat duduknya. "Maafkan saya, tapi alasanya apa mbak?"

"Jaminan yang anda pakai tidak cukup kuat untuk meminjam uang sebanyak itu. " jelasnya dengan tenang.

Tangannya bergetas, bibirnya pucat pasi. Kali ini ia benar-benar tidak bisa berpikir. Berdoa, hanya itu yang bisa gadis itu lakukan.

Akhirnya, gadis itu pergi dengan tangan kosong. Tanpa membawa uang yang harus ia berikan kepada adiknya itu. Sepanjang perjalanan pulang ia hanya bisa merutukki nasibnya.

●●●

2 hari yang lalu

Pria tegap nan kekar itu duduk bergelut dengan pikirannya. Sesekali mengurut-urut dahinya perlahan. Cassano, permintaan pria tua itu membuatnya harus menunda balas dendamnya. Ia harus disibukkan dengan seorang gadis muda yang bahkan belum pernah ia lihat batang hidungnya.

Tiba-tiba tangan kanannya-Rey menghampirinya seraya menenteng sebuah tas. Rey menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat. Lalu meletakkan tas itu tepat di depannya.

"Tuan Leonardo, ini yang anda minta"

Tuan Leonardo itu alias Alden mengangguk pelan seraya membuka tas itu. Beberapa kertas yang isinya data diri dan foto sang gadis. Informasi yang didapatkannya benar-benar lengkap.

"Aleah Ryder" gumam Alden pelan.

"Maaf Tuan, menurut informasi yang saya gali lebih dalam. Gadis ini sepertinya membutuhkan uang dalam jumlah yang besar." jelas Rey. Alden tersenyum tipis. Karena dalam pikirannya saat ini dan ia yakini Aleah adalah satu dari jutaan wanita yang tergiur dengan uang.

Ia mengerutkan dahinya. Lalu tersenyum puas. Seperti mendapatkan ide yang sempurna.

"Buat gadis ini sama sekali tidak mendapatkan pinjaman–" Rey mengangguk kemudian segera meninggalkan ruangan itu untuk melakukan tugas barunya.

Alden menatap secangkir wine yang ada di tangannya. Perkara balas dendamnya itu tentu akan segera ia selesaikan.




-to be continued-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secretly Yours [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang