1

225 92 68
                                    

Author pov

Siluet cahaya terpancar membuat kota Barolo bersinar dengan apik.

Kato Barolo, pemilik kebun anggur terbesar di Italia. Sekaligus produsen wine terbesar dan terkenal disana. Wine merupakan hal yang serius di Italia.

ini Alden dan Alberto berdiri tepat di depan deretan mobil mewah milik Roger. Sudah kesekian kalinya mereka berdiri disana dengan tujuan yang sama. Dan kali ini untuk terakhir kalinya, Cassano sudah memutuskan.

Diatas tungkainya yang jenjang, Alden melangkah perlahan menaiki anak tangga menuju ruang utama diikuti Alberto di sampingnya. Barang-barang mewah yang hampir semuanya terbuat dari berlian terpampang indah di tempat mereka masing-masing.

Di atas balkon itu, terlihat seorang pria separuh baya sedang duduk santai bersama sepiring pasta dan sebotol wine merah.

"Roger De Morga"

Pria tua itu yang tadinya sedang menyantap hidangan lezatnya sontak kaget dan berdiri ketika mendengar Alden menyebut namanya. Bahkan ia menelan paksa pasta yang penuh di dalam rongga mulutnya.

"Kau tidak menyambut kami dengan baik, Tuan De Morgan"

Tanpa diperintah, Alberto segera mendudukkan dirinya di hadapan pria tua itu.

"Kau pasti kelaparan, Pak Tua" ejek Alberto seraya mengambil sebotol wine merah dan menuangkannya di gelas bersih dan meminumnya santai.

"Kita sudah buat kesepakatan" sambung Alden seraya menatap ke arah kebun anggur milik La Luca yang sekarang atas nama Roger De Morgan.

Kesepakatan antara Roger dan Cassano memang tidak sehat. Roger dan Cassano telah membuat kesepakatan untuk melakukan segalanya jika Cassano berhasil mendapatkan kebun anggur yang luasnya ratusan hektar milik bos La Luca di Italia dan diberikan kepada Roger. Awalnya Cassano akan mendapatkan itu dengan sehat dan tenang. Tapi anak buah Roger datang saat setelah La Luca menyetujuinya dan anak buah Roger menembak tepat di dahi La Luca tanpa aba-aba.

"Kau tau ekonomiku sedang tidak baik"

"Apa itu terlihat seperti urusanku?" pungkas Alden

"Lagi pula, kesepakatan apa yang kita buat? Aku mendapatkannya tanpa bantuan kalian"

Alden tersenyum tipis saat dua orang penjaga mendatangi mereka.

"Benarkah? Umurmu sepertinya memang tak lama lagi"

Roger mulai panik ketika Alden memasukkan tangannya ke saku celana. Seperti akan mengeluarkan senjata. Namun, ia berhasil menutupi kepanikkannya dengan berbicara menantang.

"Kau akan mengancamku?"

"Bosmu menyuruhmu membunuhku?"

"Jangan takut, kami akan melakukannya jika sudah bosan"

"Tapi sekarang, aku ingin bermain-main sejenak"

Roger meneguk ludah sendiri. Ia membuang muka ketika candaan Alden terdengar mengancam di telinganya.

"Apa yang bosmu inginkan dariku?"

Alberto segera merogoh amplopnya dan mengeluarkan secarik kertas dan bolpoin emas. Kemudian meletakkan kertas itu tepat di depan Roger. Pria tua itu melirik ke arah dokumen dengan tanda tangan Cassano yang terukir jelas.

Brak!!

"Kalian sudah gila! Aku takkan melakukannya"

Botol wine merah jatuh berdenting ke bawah. Air berwarna merah mengalir deras dari botol itu. Ia baru saja melampiaskan kemarahannya dengan menggebrak meja. Alden menyeringai. Ia menatap Alberto yang kian memanas.

"Jika kau tidak menyerahkannya, maka kau juga tidak akan memilikinya"

"Apa maksudmu!?"

"Cassano sudah memberikanmu kesempatan untuk bertobat. Dan sepertinya kau akan menyia-nyiakannya."

"Diam kau, berengsek!"

Alberto tersenyum tipis

"Sampai kapanpun, tidak akan ku serahkan!"

Duaaaarrrrrrrrr

Suara tembakkan meletus begitu saja. Roger terlihat terkapar dengan darah mengalir dari kepalanya. Dua penjaganya berlari terbirit-birit ketakutan meninggalkan balkon.

"Tidak kah kau terlalu cepat?" ucap Alden seraya mengambil secarik kertas dan bolpoin emas milik Alberto.

"Aku sudah muak"

"Ayo kita pergi dan selesaikan ini semua"

*

*

*

Alberto berjalan menuju lamborghini mereka. Sedangkan Alden, ia bersiap menghanguskan Mansion dan kebun anggur Roger hingga tak berwujud.

Alden merogoh saku celananya dan--

Ting

Busshhhhh

Selang lima menit kemudian. Mansion Roger terbakar bersama separuh kebun anggur ratusan hektar milik Roger. Pengikut Roger berlari berhamburan keluar, ada yang egois dan ada yang berusaha memadamkan si jago merah. Tapi Nihil, seluruh sudut sudah di sirami bahan bakar. Semuanya akan hangus dalam hitungan menit.

Tujuannya tak lain tak bukan, agar keturunannya tak menikmati kekayaan milik La Luca yang direbut secara paksa.

Disaat yang bersamaan seorang pria dengan setelan jas dan fantofel hitam berdiri menyaksikan mobil keluarga Cassano melintas pergi menjauh.

*
*
*
-to be continued-

Alden Leonardo

Alden Leonardo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secretly Yours [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang