Bab 11 - Kecemburuan Fans

2.7K 330 3
                                    

Clara tahu kalau ucapan orang tuanya tadi malam hanyalah gurauan semata, yaitu mengenai Dewa yang cocok menjadi calon menantu. Namun, entah mengapa hal tersebut terus terngiang-ngiang di kepalanya hingga membentuk skenario aneh. Tidak biasanya dia terpikirkan hal tidak penting seperti ini terus menerus, kecuali materi pembelajaran tentunya.

"Clar," panggil Mama Clara saat mobil yang dikemudikan sampai di depan gerbang sekolah.

Sayangnya, Clara tak merespon. Gadis itu tengah melamun dengan alis bertaut.

"Clara," panggil Mama Clara untuk kedua kalinya. Saat tak juga mendapat respon, dia pun mengguncang bahu sang anak. "Clara, sudah sampai."

Detik itu juga Clara langsung tersentak kaget. Dia menoleh ke arah Mamanya lantas beralih menatap ke arah depan. "Oh, udah sampai," ucapnya, tampak linglung sesaat. Sialan, bisa-bisanya dia melamun?

Clara pun bergegas membuka sabuk pengaman lantas menyalami Mamanya.

"Kamu nggak apa-apa, Sayang? Kenapa melamun?" tanya Mama Clara, terlihat khawatir dengan sang anak.

"Clara nggak apa-apa, Ma," sahutnya cepat. "Clara sekolah dulu."

Clara berjalan memasuki gerbang sekolahnya. Baru saja dia melangkah beberapa meter, seseorang menyejajari langkahnya. Dia mengernyit, kemudian menoleh ke samping dan mendongak untuk menatap sosok yang berjalan tepat di sebelahnya. Saat itulah matanya membuat, di sebelahnya berdiri menjulang sosok lelaki yang dikenal tampan, dan saat ini lelaki itu telah tersenyum ke arahnya.

"Pagi, Clar," sapa Dewa dengan senyum yang mampu meluluhkan hati kaum hawa.

Namun, senyum Dewa rupanya belum berefek pada Clara, karena setelah menatap Dewa, gadis itu langsung melengos. "Hm," gumamnya singkat.

"Jadi cewek jangan terlalu irit ngomong, Clar. Ngomong sesuatu yang agak panjang bisa nggak?" tanya Dewa, senyum luntur di wajah lelaki itu.

Detik setelahnya Clara langsung berhenti melangkah. Gadis berambut panjang itu memutar tubuhnya untuk menghadap Dewa sepenuhnya. Matanya menyorot tajam, memindai Dewa dari atas sampai bawah. Tanpa sadar gadis itu telah membuat Dewa menelan ludah dengan gugup.

"Hari ini lo nggak bawa motor, berarti antara naik kendaraan umum atau diantar nyokap. Tapi, ngelihat kondisi lo yang rada berantakan, tali sepatu belum keikat, kancing seragam nomor dua biasanya lo kancing tapi masih kebuka, lupa nggak pakai sabuk, semua itu nandain kalau lo keburu-buru dan bangun kesiangan. Jadi, lo pasti hari ini diantar sama nyokap. Gimana, kurang panjang?" tanya Clara degan mengangkat alisnya.

Dewa mengerjap, kemudian bola matanya membesar. Lelaki itu menatap Clara dengan sorot takjub. Saat dia membuka mulut dan hendak berucap, Clara langsung memberikan gestur kepadanya untuk menutup mulut.

"Ngomongnya entar aja di kelas, gue pengen cepat-cepat duduk," tutur Clara lantas berjalan meninggalkan Dewa yang terdiam di tempat.

Sungguh. Bagi Dewa, Clara adalah gadis unik yang baru kali ini dia temui.

***

Ketika bel istirahat berbunyi, Clara yang merasa perutnya sudah keroncongan dan meminta untuk segera diisi membuatnya bergegas menuju kantin. Dia lantas memesan nasi goreng favoritnya, kemudian beranjak duduk di salah satu meja sambil menunggu pesanan.

Biasanya Clara merasa cukup antusias saat menunggu makanan datang, namun tidak kali ini, karena ada sosok Dewa yang sejak tadi mengekorinya. Lelaki itu kini tengah duduk tepat di hadapannya sambil memakan bakso yang baru saja dia pesan.

"Kenapa ngelihatin gue mulu? Mau bakso juga atau mau gue?" goda Dewa sambil menaik turunkan alisnya.

Clara memutar bola matanya malas.

Tanggapan tak acuh dari Clara membuat Dewa tertawa singkat. Jika gadis lain mungkin sudah tersipu saat dia goda, namun tidak dengan gadis di depannya. Entah mengapa hal itu membuatnya semakin tertarik dengan Clara.

Nasi goreng yang datang membuat senyum tipis terulas di wajah Clara. Tanpa menunggu lagi, dia langsung menyendok nasi goreng yang masih panas itu lantas meniupnya, baru memasukkannya ke dalam mulut. Dia terus makan tanpa peduli pada Dewa yang terus menatapnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah makan, makan, dan makan.

Clara yang terlihat makan dengan begitu lahap tanpa ada anggun-anggunnya sama sekali membuat Dewa tersenyum geli. Entahlah, hal tersebut lagi-lagi malah terlihat menarik di matanya. Dan ketika ada bulir nasi di sudut bibir Clara, tanpa sadar tangannya terulur.

"Clar, ada nasi di sudut bibir lo," ucap Dewa, kemudian tanpa menunggu respon Clara, dia langsung mengusap sudut bibir Clara dengan ibu jarinya lantas memakan bulir nasi itu.

Clara yang melihat hal itu langsung menganga. "Jorok, Wa!"

"Jorok kenapa? Ini kan bekas lo," herannya.

"Ya justru itu!"

"Udahlah nggak apa-apa, kali aja gue ketularan pintar," cengir Dewa setelahnya.

Lagi-lagi, Clara hanya menanggapinya dengan memutar bola matanya malas.

***

Di sisi lain, interaksi Clara dan Dewa tidak luput dari perhatian para siswi yang ada di kantin. Tepat di samping meja Clara dan Dewa, ada Ayu beserta tiga temannya yang terus menatap ke arah pasangan itu.

"Dewa mesra amat, anjir!" seru Bella, gadis yang duduk di hadapan Ayu.

"Iya! Tadi bibirnya Clara diusap pakai jempolnya! Gue juga mau!" pekik Naura, gadis berambut panjang yang duduk di sebelah Ayu.

"Gue heran deh," tanya Tania, gadis keempat yang berada di meja tersebut. "Mereka dari dulu nggak dekat sama sekali, terus tiba-tiba nggak ada angin, nggak ada hujan, dikabarin pacaran. Gue awalnya ga percaya, tapi setelah lihat langsung kayak sekarang, akhirnya percaya. Gila sih, tapi gue rada mendidih lihatnya. Gimana lo ya, Yu? Yang udah naksir Dewa dari jaman kelas sepuluh."

Ayu yang mendengar namanya disebut langsung memutus pandangannya dari Clara dan Dewa. "Gue nggak apa-apa," dustanya, menutupi rasa cemburunya yang begitu besar. Dia memang menyukai Dewa sejak tiga tahun lalu, dan dia yakin bukan hanya dirinya, tetapi juga banyak fans Dewa di luar sana yang merasakan hal yang sama. Sungguh tidak adil sebenarnya bagi mereka saat mengetahui kabar kalau Dewa tiba-tiba sudah tidak jomblo lagi.

"Dari sekian banyak cewek, kenapa harus Clara?" celetuk Tania.

Naura mengangguk setuju. "Nah, bener. Itu juga yang bikin gue heran."

"Padahal Clara biasa aja dari segi fisik, cuma menang otak doang," sahut Bella. Gadis itu lantas meminum es teh di depannya sebelum lanjut berujar, "Dia juga kelihatan cuek plus jutek. Lihat aja, Dewa yang lebih perhatian ke Clara."

Lagi, Naura mengangguk-angguk. "Iya sih. Kok bisa Dewa jadian sama Clara? Jangan-jangan itu cowok kena pelet?"

Keempat siswi di meja tersebut pun menatap penuh selidik ke arah Clara, kecuali Ayu, sebab hanya gadis itu yang melayangkan tatapan tajam dengan bola mata berkilat marah. Tanpa ada yang menyadari, Ayu menggenggam erat sendok di tangannya.

***

Obrolan tentang Clara dan Dewa terus berlanjut di geng empat siswi itu hingga pulang sekolah. Mereka berempat sengaja melewati area belakang sekolah demi mencuri obrolan para anggota Geng Rajawali yang tengah nongkrong di base camp.

"Wa, lo belum ngasih pajak jadian!" seru Vino.

"Ya udah, mau kapan?" sahut Dewa dengan ramah sambil mengulas senyum.

Saat Vino hendak menjawab, Dani menyela lebih dulu, "Sebenernya gue penasaran. Lo beneran serius sama Clara?"

Dewa tersenyum miring. "Kapan sih gue nggak serius?"

"Akhirnya! Pangeran sekolah kita jatuh cinta!" seru Vino dengan hebohnya. "Pokoknya harus traktiran!"

Dewa terkekeh singkat. "Of course."

Para siswi yang mendengar obrolan itu langsung mendidih, terutama obrolan mengenai hubungan percintaan Dewa. Tidak hanya ada geng Ayu di sana, melainkan juga beberapa siswi lain yang sengaja lewat untuk mencuri dengar. Satu hal kesamaan mereka saat ini, merasa cemburu atas Clara yang berhasil mendapatkan sang pangeran sekolah.

Ambitious Girl (TAMAT)Where stories live. Discover now