11 - His Weird Face

2.4K 667 58
                                    

Ketika menemani Yatara berolahraga privat di suatu pelatihan Taekwondo terkenal di pusat kota, aku segera mengingat-ingat masa perkuliahan dulu, saat aku lagi rajin-rajinnya latihan juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika menemani Yatara berolahraga privat di suatu pelatihan Taekwondo terkenal di pusat kota, aku segera mengingat-ingat masa perkuliahan dulu, saat aku lagi rajin-rajinnya latihan juga. Sama seperti Yatara, aku juga sudah sampai tahap sabuk hitam. Yatara masih lebih tinggi dariku tingkatannya, Dan - 4. Punyaku masih Dan - 2.

Mungkin karena aku lebih pemalas. Seperti sekarang, aku lebih memilih duduk di pojok ruangan–dengan agak tidak nyaman–sambil menikmati teh madu yang es batunya sebanyak setengah cup. 

Tadi pagi, aku bangun dengan beberapa bagian tubuh pegal dan agak kebas. Yatara juga kelihatan lebih lemas, makanya dia ada di sini sekarang. Dia dan saboeum-nya baru saja saling memberi hormat.

Ponsel Yatara ada padaku. Lockscreen-nya potretku dari belakang saat kami pelesir ke Jogja beberapa bulan lalu. Rambutku ditiup angin, di hadapan laut dan langit biru. Waktu itu aku ada studi banding dan tidak langsung pulang seperti yang lain. Yatara datang menyusul dengan kaus hitamnya yang biasa. Tanpa koper, tanpa barang apa-apa selain ponsel dan laptop-nya. Karenanya, kami belanja lebih dulu. Tagihannya lebih dari gajiku tiga bulan penuh.

Telingaku disumpal earphone dan dari sana terdengar playlist favoritku. Sekejap kemudian, aku sudah masuk ke dalam duniaku sendiri bersama game di ponsel. Permainan itu cukup lama tidak kumainkan, tentang pengelolaan kebun binatang. 

Yatara bisa latihan satu sampai dua jam lamanya. Jadi aku santai saja.

Aku ingin liburan lagi, pikiran itu datang beberapa saat kemudian. Rencana ke Bali saat ulang tahun Yatara itu masih cukup lama, aku keburu bosan dengan sibuknya Jakarta. Maunya bangun siang, berleha-leha sampai sore, dan minum sampai mabuk, berujung dalam pelukan Yatara yang hangat dan nyaman itu. Bukan jadi budak korporat seperti sekarang.

Kadang-kadang kalau sudah terlalu suntuk, aku mempertimbangkan rencana lari ke luar negeri bersama Yatara dan jadi jiwa yang bebas. Namun, memang sebatas khayalan saja.

Ponsel Yatara yang bergetar mengalihkan perhatianku sebentar. Notifikasi datang dari pesan sekretaris cantiknya. Wanita itu tahu aku berpacaran dengan Yatara dengan cara yang tidak biasa. Dia melihat kami berciuman di ruang kantor Yatara yang tertutup.

Agak memalukan.

Soal pekerjaan dan konfirmasi rapat mingguan besok. Rupanya ada yang pekerjaannya lebih membosankan dariku.

"Babe!" 

Yatara datang kepadaku lebih cepat dari yang kukira. Dalam balutan dobok-nya, dia melompat-lompat. Energinya memang luar biasa. 

"Fotoin," pintanya.

Usai melepas earphone-ku, kuturuti saja permintaannya. Alih-alih diam dan berpose, Yatara masih melompat-lompat. 

"Diem dulu, dong."

"Langsung fotoin aja," balasnya agak terengah. Matanya hampir segaris, mulutnya melebar. Ekspresinya jadi agak aneh, tetapi tetap tampan.

Entah kenapa Yatara kelihatan senang sekali. Padahal semalam matanya yang indah itu berembun, hampir meneteskan air mata. Mungkin dia sedang menyingkirkan hal-hal yang bisa membuatnya sedih untuk sementara. Mengabaikan masa depan juga. Baik aku maupun Yatara sama-sama pandai dalam hal itu.

"Coba tebak tadi pagi aku habis ngapain."

Yang ada di pikiranku cuma kami yang berendam di bathub bersama, jadi tidak kujawab dengan tebakan. "Apa?"

"Aku habis reservasi di restoran populer yang booking-nya harus dari satu bulan sebelumnya. Tapi tadi pagi aku pesan dan langsung dapet tempat." Yatara menyisir rambutnya yang agak lepek karena keringat.

"Kok bisa?"

"Yang punya temanku waktu kuliah. Nanti ke sana, ya. Aku mandi dulu." 

"Ya udah sana."

"Nggak mau ikut?" Yatara membungkuk padaku dan mengangkat alisnya dua kali.

"Nggak, aku tunggu di luar." Bisa-bisa kami butuh satu jam tambahan untuk pergi.

"Oke." Yatara menyelipkan anak rambutku ke belakang telinga. "Nanti di luar ketemu lagi Yatara, tapi yang udah wangi."

Aku mendengus geli.

***

To be continued.

***

Him ✓Where stories live. Discover now