Chapter 17 - Ego

44 6 0
                                    

----------------------------------
-----

Khun Alyana Agnes
[Kamar tidur]

Malam terasa hampa saat itu.

Obsidian yang dahulu memiliki gemerlap kebahagiaan telah berganti menjadi tatapan kosong. Hanya menatap kearah langit langit kamar yang polos.

Untuk kali ini, tak ada satupun bekas air mata disana. Gadis kecil itu hanya merasa bahwa ini semua tidak pantas untuk ditangisi.

Sebuah jari jemari mungil terulur keatas, berusaha meraih sesuatu yang terlihat mudah tapi sangat mustahil.

Ia merindukan kedua laki laki yang selalu disampingnya dahulu. Benar, dahulu. Sebab kini, mereka tidak akan lagi bersama dirinya.

Mulai detik dan saat ini, seorang gadis kecil rapuh bernama Khun Alyana Agnes akan kembali berjalan seorang diri. Melangkah bersama kegelapan yang menuntun tanpa akhir.

"Seperti saat itu... ya?"

Alyana tersenyum kecil, menertawai nasib dirinya.

Ia ingin pulang.

Berada dalam dunia fantasi tidaklah seindah itu, ia juga tak berminat untuk menjadi sesuatu. Lucu kah ketika banyak orang berlomba agar bisa menjadi tokoh utama, ia sendiri malah justru menghindari hal itu?

Alyana menurunkan tangan, berganti posisi menjadi duduk menghadap jendela. Sengaja membiarkan jendela tersebut terbuka lebar agar dapat menenangkan dadanya yang terasa sesak.

Dari sana, seiris cahaya bulan merangsak masuk, menjadi satu satunya penerang minim dalam kotak neraka.

Manik biru Alyana terus terusan menatap kearah jendela, berharap seseorang yang ia nanti akan datang. Seseorang yang dahulu menyelamatkan dia dari kesepian. Namun kini... apakah hal yang sama akan berlaku juga?

Aguero tidak seluang itu untuk meladeni kisah sepele miliknya. Sang kakak pasti sibuk dengan berbagai pelatihan sebelum festival dimulai.

"Aku merindukan kakak."

.

.

.

.

Duk duk duk!

Alyana menoleh kearah jendela kamar. Matanya membesar kala mendapati sosok yang sedang berdiri di balkon tersebut.

Rambut biru sebahu, kulit pucat, serta tatapan yang terlihat dingin tersebut seakan sedang mengawasi keadaan sekitar. Memastikan bahwa tidak ada siapapun yang melihatnya kini.

"Kakak?!"

Buru buru Alyana membukakan pintu, apa yang terjadi? ini sudah malam. Kakak seharusnya berada dalam kamar bersiap untuk tidur.

Namun, bahkan sebelum Alyana membuka suara. Aguero telah melontarkan banyak pertanyaan beruntun.

"Apa yang kau lakukan? kenapa tidak tidur? Aku merasakan firasat buruk, aku khawatir padamu. Apa kau tak apa-apa? Hei, jawab ak-"

Bruk..!!

Tubuh Aguero sedikit terdorong kebelakang, baru menyadari bahwa Alyana tengah memeluknya dengan erat. Ia tak berkata apapun, hanya memeluk dalam kesunyian. Membuat Aguero sedikit bertanya tanya, apa yang sudah terjadi.

Gadis itu berbisik pelan. "Kakak... kau jadi sedikit lebih cerewet."

Aguero mengerjap sebentar, sadar pada apa yang dia lakukan. Ia lalu terkekeh sebab mendengar pernyataan sang adik. Tangan kanannya bergerak menyentuh pucuk kepala Alyana.

Emperor's destiny [皇帝の運命] - Slow UpdateWhere stories live. Discover now