10/10

2.4K 341 23
                                    

Mungkin bisa dikatakan sederhana ...

————

Pagi itu, jam pelajaran olahraga sedang berlangsung. Untuk murid putri, diminta bertanding bola basket. Sedangkan untuk putra, mereka diminta bertanding sepak takraw. Karena sepak bola sudah terlalu mainstream.

Begitulah kata pak guru Papa Zola.

Tapi untuk pertandingan sepak takrawnya, sudah berlangsung lebih dulu. Karena itulah Halilintar kini nampak terduduk melihat pertandingan basket (Name) dari pinggir lapangan.

"Hei!" sapa Taufan tiba-tiba sambil menempelkan botol minuman milik Halilintar, di salah satu pipinya. "Ngelamun aja. Kesambet mampus nanti,"

"Bacot," balas Halilintar dengan singkat dan padat. Yang kemudian tampak salah satu tangannya meraih botol minum yang dibawakan Taufan untuknya. "Makasih."

Taufan mengangguk. Lalu memilih duduk di samping saudara kembarnya itu.

"Lihat apa sih? Kok serius sekali,"

Halilintar menggeleng. Dan sejenak meneguk minumannya.

"Tidak ada. Hanya ingin melamun saja," jawab Halilintar.

"Anda suwong ya," celetuk Taufan mendengus. Yang alhasil, langsung mendapat lirikan tajam dari pemuda gledek itu. "M-maaf."

Halilintar kemudian tampak membuang muka. Iris ruby-nya kembali berpusat pada kekasihnya yang terlihat baru saja berhasil mencetak poin untuk timnya.

Sementara pemuda di sampingnya, tanpa Halilintar sadari, saat ini tengah memandanginya penuh selidik. Lalu melirik ke arah yang dipandangi Halilintar.

"Hei, Lilin," panggil Taufan sembarangan. Yang lagi-lagi membuat dirinya mendapat lirikan tajam dari Halilintar. "Ralat. Halilintar,"

Lirikan tersebut perlahan melunak.

"Kenapa?"

"Sebenarnya, apa sih yang kau lihat dari (Name)?"

Pertanyaan itu membuat Halilintar menoleh sepenuhnya ke Taufan.

"Apa masalahnya?" tanya Halilintar.

"Yah ... tak ada masalahnya sih. Hanya saja, kau tahu, 'kan bagaimana (Name) itu. Gak ada akhlak, langganan masuk BK karena bolos atau berkelahi, jarang mengerjakan PR, nilai akademisnya yang selalu pas-pasan—"

"Kau tak pantas bahas soal nilai, sementara kau sendiri tak jauh berbeda, Taufan." Potong Halilintar cepat, dan dibalas Taufan dengan kekehan.

Halilintar sejenak terdiam. Matanya kembali memandang (Name) yang berusaha keras di tengah lapangan, bersama teman-temannya yang lain.

"Kurasa karena Godzilla," beritahu Halilintar.

"Ha?"

"Kau tahu? (Name) dulu punya sebutan sendiri untukku. Saat kami masih belum akrab,"

"Sebutan sendiri? Pasti si Kang populer tak terkalahkan di SMA Sejahtera Sehat Jiwa Dan Raga, 'kan," Taufan menebak. Dan langsung dibalas gelengan kepala oleh Halilintar. "Lalu?"

"Godzilla," ralat Halilintar singkat.

"G-Godzilla?"

"Ya. Dan saat kutanya kenapa, dia menjawab 'karena kau gampang sekali emosi. Mirip kayak Godzilla yang lagi ngamuk di tengah kota.' Aku tak kenapa ia memilih Godzilla, tapi kurasa itulah awalnya,"

"Awal apa?"

"Awal aku sulit menghapus rasa kagumku pada (Name), yang menilaiku secara jujur."

— × —

• Bonus •

Taufan:
"(Name)! Hali kagum dan suka denganmu karena sifat masa bodohmu!" *teriak dari pinggir lapangan*

(Name):
"Makasih udah jujur, Hali! Aku sayang padamu!" *balas dari tengah lapangan*

Taufan:
"Etjieh~yang dibilang sa—Eh? Lilin? Kau masih hidup, 'kan?"

Halilintar:
*system error. CPU over heat* (*/_\)

————

... tapi justru karena itulah, aku tak bisa berpaling darinya.















*Note:
Ini bab atau part terakhir. Tapi, (Name) justru jadi figuran doank xD
Gak apa lah, toh gak penting-penting amat dia. LOL.

My Bad Girlfriend || BoBoiBoy Halilintar [✔️]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora