9/10

2.2K 381 10
                                    

Aku selalu berusaha menutupi ketakutanku ...

—————

"Hali!" panggil (Name) menunjuk mamang es krim Pedal Pop yang sedang nongkrong di seberang jalan. "Aku mau es krim!"

Si pemuda bermata ruby itu pun spontan memandang ke arah yang ditunjuk (Name).

"Oke, belilah," jawabnya lalu mencari dompetnya di dalam tas.

Melihat itu, (Name) dengan cepat menahan tangan Halilintar.

"Bentar. Mau ngapain kamu?"

"Kok tanya ngapain? Ya ambil uang. Kamu mau es krim, 'kan? Ya oke kubelikan. Aku ambil uangnya dulu,"

"Mana bisa gitu! Tempo hari kamu udah beliin aku Teh Obeng di kantin. Masa sekarang kamu jajanin aku lagi,"

"Tak apa. Aku holang kaya,"

"Tapi aku tak mau! Bukan begini cara pacaran yang kuinginkan!"

Halilintar mengerjap seketika kala mendengar pernyataan (Name). Itu sungguh sebuah kalimat yang tak ia duga bisa keluar dari mulut (Name). Sosok gadis yang barbar dan akhlakless.

"Kita suit aja! Yang menang, dia yang jajanin es krimnya," saran (Name) kemudian.

"Oke, oke. Terserah kamu," balas Halilintar patuh dengan pasrah.

"Oke! Batu kertas gunting!"

Kertas melawan gunting. Tentu saja kertas yang kalah.

"Aku menang," ucap Halilintar merasakan kebanggaan tersendiri karena berhasil mengalahkan (Name) dalam sebuah permainan. "Berarti aku yang traktir. Kamu tunggu di sini sebentar ya."

Baru saja Halilintar melangkah melewati (Name), tiba-tiba gadis itu berbalik mengejar Halilintar. Dan—

"Salah! Aku yang menang!" sebut (Name) dan menendang punggung Halilintar hingga pemuda itu tersungkur. Lalu segera ia melesat menuju mamang es krim itu sambil tertawa puas akan aksinya barusan.

'Uh ... untung pacarku.' Batin Halilintar sembari bangkit dari posisi tidak cool-nya.

Memilih untuk tidak memperbesar masalah traktiran es krim itu, Halilintar pun tampak menunggu di tempatnya.

"Um ... K-Kakak ...,"

Tiba-tiba, sesuatu menarik-narik ujung seragam baju Halilintar. Spontan pemuda itu menoleh, dan mendapati kehadiran seorang bocah laki-laki di dekatnya.

"Ya?"

"K-kak ... b-b-boleh minta tolong?"

-— + —

Halilintar telah bertekad untuk tidak takut pada apapun--tapi Gempa pengecualian yang tak terbantahkan--Karena Halilintar tak ingin membuat kekasihnya itu merasa jijik dengannya. Ia ingin menjadi kekasih yang sempurna.

Tapi, meski hatinya telah dimantapkan dengan niat untuk membantu, Halilintar tetap tak bisa melawan ketakutannya terhadap balon.

'Tak apa,' batinnya mencoba meyakinkan diri. 'Balonnya takkan meletus dengan mudah. Ambil, berikan ke anak itu. Sele—'

"Oh, balon itu ya," sebut (Name) tiba-tiba muncul di samping Halilintar. Membuat pemuda itu menoleh cepat ke arahnya.

"(Name)!"

"Oke, akan kuambilkan. Balonnya punya bocah itu, 'kan?"

Halilintar sejenak termenung.

"T-tak boleh (Name)!" larang Halilintar, "kamu tak boleh panjat-panjat pohon. Nanti kamu bisa jatuh—"

"Halah bacot," potong (Name) menyodorkan kresek berisi es krim yang dibelinya tadi, kepada kekasihnya. "Sudah, akan kuurus ini. Sebagai gantinya, ayo bicara selepas ini."

— × —

• Bonus •

*setelah selesai dengan urusan balon*

"Dari siapa kamu tahu aku takut balon?"

"Oh. Gempa yang kasih tahu saat aku tanya kenapa tak ada balon satupun di perayaan ulang tahunmu. Tapi, jujur aku berharap kamu mau cerita langsung,"

"Kenapa aku perlu cerita?"

"Kok kenapa? Karena aku kekasihmu, Hali. Yang juga akan menjagamu, seperti kamu menjagaku."

—————

... tapi rupanya, itu pilihan yang bodoh.

My Bad Girlfriend || BoBoiBoy Halilintar [✔️]Where stories live. Discover now