21.Yang berkuasa atas rasa

Comincia dall'inizio
                                    

"Artinya Ra kalau nggak ikut aturan nggak sampai?" Rai mengangguk kecil, "terus sampainya kemana?"

"Kantin," gurau Rai membuat Nara mendesah jengah. "Orang yang nggak punya pendirian dalam hidup bakalan kacau na, mereka bisa pergi dengan sia-sia. Walau nggak semua tapi risetnya banyak khasus kaya gitu."

"Iya anjir Ra, digaris bawahi 'nggak semua' tapi banyak temen-temen Mama gue yang masa mudanya bebas dimasa sekarangnya susah sendiri dan bunuh diri," katanya serius.

"Rasional aja Na, jadi bebas pun bisa berhasil asal mau berubah atau---mengharapkan keajaiban?" Nara mengangguk-ngangguk semangat.

"Juna tuh anjir sering bilang madesu ke gue karna malesan! tapi karna gue percaya sama keajaiban jadi gue yakin orang semales gue bakalan sukses," ucapnya bangga. Rai tertawa dan mengangguk.

*******

Penantian yang panjang akhirnya membuahkan hasil yang setimpal. Awan di langit siang ini tampak begitu cerah. Xabiru bersenandung kecil sambil mengeratkan Rai yang ada di gendongan punggungnya.

"Biru Rai padahal bisa naik sendiri, kenapa sih?" tanya Rai kala Xabiru dengan santai menggendong Rai menaiki bukit di pedalaman kota Bandung.

"Nanti bukitnya tiba-tiba longsor gimana?"

Mata Rai membelalak. "Apa maksudnya tuan muda Xabiru?!"

Xabiru tertawa sambil kakinya terus melangkah. "Tau kenapa bangku di gudang hari itu bisa runtuh dan bikin lo keseleo? dia minder Ra dipijak sama mahluk dari klan bintang yang tersesat ke bumi."

Di belakang Rai senyam-senyum sendiri, mahluk-mahluk dari klan bintang itu konon yang paling bercahaya dan indah yang pernah ada.

Mereka sampai di puncak bukit, sejauh mata memandang terlihat hamparan permukaan tanah yang luas dengan ditumbuhi rumput-rumput liar subur, hijau pekat. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan hingga udara masih sangat sejuk dan damai. Capung dan seragga indah lainnya berterbangan bebas di langit.

Langkah kecil Rai berjalan ke tepian bukit, di bawah sana terdapat sawah, sungai dan pohon-pohon yang masih terjaga keasriannya. Rai menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya, "ini keren biru! selalu!"

"Walau jauh lebih keren yang ngajak kan Ra?" goda Xabiru sambil mengedipkan satu matanya.

"Mahacinta saat nyiptain biru dan alam sejuknya selara, sampai hati," goda balik Rai membuat Xabiru berdehem, dirinya yang memulai dirinya pula yang kalah.

Puas melihat pemandangan gunung membentang tinggi nan gagah, Rai diajak duduk di salah satu bawah pohon rindang oleh Xabiru, ada hadiah katanya. Masih ingat dengan list nomer-6? bumi dan pencipta, hari itu karena petualangan mereka memakan satu hari yang panjang alhasil list ke-6 Xabiru pisahkan. Ini spesial dari yang paling spesial.

"Ini namanya kotak 'rapan' Ra," jelas Xabiru sambil memperlihatkan kotak polos persegi panjang berukuran sedang, warnanya biru langit. Tidak ada embel-embel pita atau gambar.

Rai mengangguk takzim, membiarkan Xabiru memberikan penjelasan yang lebih panjang. "Rapan itu singkatan dari 'rahasia dan harapan', di dalamnya ada seribu lebih origami yang gue tulis tentang harapan gue sama lo untuk dimasa sekarang, masa mendatang dan masa dimana kita bakalan kekal sama-sama," lanjutnya dengan senyuman hangat, suasana hati Xabiru terasa damai hingga wajahnya terlihat cemerlang bercahaya bagai bulan purnama.

Seperti memiliki mantra tersendiri bahkan Rai sampai mengunci pandangannya, menatap mata Xabiru dengan segudang rasa yang tidak bisa ia mengerti. "Ra boleh tau salah satu dari beribu harapan itu? nggak kurang nggak lebih ru, cuma satu."

XABIRU [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora