PART 13 : Tentang Masa Lalu

19 5 0
                                    

Hari-hari telah berlalu semenjak kemenangan Raja yang menjadikan dia ketua tim basket ekstrakurikuler di SMA Budi Gandewa. Setelah beberapa hari itu pula, Raja terus saja memastikan bagaimana perasaan dia pada Bulan.

Ya, Bulan! Banyak sekali orang yang tidak mengetahui bahwa hubungan Raja dan Bulan itu sebatas pernah pacaran, alias sudah jadi mantan.

Dahulu, ketika Bulan masih tinggal di Palembang, Raja dan Bulan adalah pasangan yang sangat serasi di sekolahnya. Mereka begitu diidolakan dan bahkan dicap sebagai pasangan yang romantis dan manis.

Awal perkenalan mereka itu jauh sebelum memasuki jenjang SMA, karena Ratna dan Laras-kedua ibu mereka, sudah lama berteman. Namun, mereka baru mulai dekat ketika pertama kali masuk SMA dan kebetulan satu sekolahan.

Setelah mereka berpacaran, awalnya memang berjalan dengan mulus. Bahkan, kedua orang tua dari masing-masingnya semakin dekat. Akan tetapi, setelah beberapa Bulan berjalan, ada suatu masalah yang menyebabkan keretakan hubungan antar keduanya.

Meskipun begitu, para orang tuanya tidak ikut menjauh. Mereka mengerti, mungkin Raja dengan Bulan masih labil, dan mereka memakluminya.

Setelah itu, Bulan pindah ke Bandung dan menatap di sana. Sedangkan Raja, dia masih tetap di Palembang dan fokus dengan belajar.

Kini, Raja pindah juga ke Bandung. Alasannya tidak semata-mata karena ingin bertemu melepas rindu pada Bulan. Akan tetapi, Papanya akan mengurusi cabang perusahaannya di Bandung yang lebih besar. Juga, kedua sahabatnya berada di Bandung dan mereka akan berkumpul lagi.

Soal perasaan Raja pada Bulan, Raja sendiri pun bingung bagaimana rasa dia pada Bulan. Sedangkan beberapa hari yang lalu pun, Raja merasa aneh pada dirinya sendiri.

Pasalnya, ketika masih di Palembang, meskipun Bulan sering mengganggu kegiatan basket Raja, dia tidak akan merasa keberatan. Tetapi kini, di Bandung, ia merasa risih dan kesal akan Bulan ketika dia mengganggu kegiatan Raja.

***

Di sisi lain, tentang bagaimana ketiga sahabat itu bertemu bagaimana. Sudah jelas, mereka bersahabat dari kecil. Raja, lelaki asal Palembang itu memiliki dua sahabat yang unik.

Arka, laki-laki yang tak kalah tampan dari Raja. Laki-laki yang bisa membuat siapa saja tertawa, karena tingkahnya yang konyol. Dia juga piawai dalam bermain sepak bola, beberapa pertandingan pun sering dimenangi oleh dia dan timnya.

Dave, laki-laki blasteran Indo-australia ini memang beda dari yang lain. Lekuk wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya, tetapi itu semua berbanding terbalik dengan sikapnya yang tak kalah konyol dari Arka. Seperti dua sahabatnya yang berprestasi dalam dunia olahraga, Dave pun jago dalam bermain bola voli. Berawal dari hobi, berubah menjadi prestasi.

Tiga karakter yang berbeda itu, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Namun mereka mampu menciptakan sebuah hubungan sahabat yang bertahan sangat lama.

Pertengkaran-pertengkaran itu pasti ada dalam sebuah hubungan, tetapi karena mereka sudah hafal sifat dari masing-masing. Jadi mereka tau apa yang harus dilakukan jika muncul sebuah masalah.

***

Mendung dan gelegar petir samar-samar ia dengar. Meski ruangan ini kedap suara, rungunya masih mendengar suara dari langit tersebut. Dengan daya yang tak terkumpul, ia mengerang, sebab tak lain dan tak bukan yakni belenggu tali yang mencekal tangannya. Tempat sepi, tak berpenghuni, barang rongsokan bertebaran di sekitarnya, dan jangan lupakan suara gemuruh itu-membuat perasaan kalut pada gadis kelas 8 SMP tersebut kian menjadi. Wajahnya begitu pucat dan bercucuran keringat.

"Tolong ...."

"Bunda, Ayah, tolongin Mentari ...," teriaknya sambil menahan tangis.

"Teriak aja sekencang-kencangnya! Hahaha ... lo tau? Sampai suara lo habis, gak akan ada orang yang nolongin lo!" desis seorang pria yang tiba-tiba datang dengan senyum smirk-nya.

"Kamu siapa?!" Mentari memekik panik.

"Udahlah, gak usah banyak tanya. Gue cuma mainin lo sebentar doang."

Mentari kecil terheran. Bocah lugu itu tidak mengerti apa yang pria ini katakan. Yang ia alami selanjutnya adalah pria ini mulai melepas belenggu tali di kakinya. Ia gembira kala itu, seutas senyum lebar terbit, tetapi belum sempat ia mengucapkan 'terima kasih', pria itu membuat dirinya terperangah lagi.

"Kamu mau lepasin aku, 'kan?"

Pria itu tersenyum miring, lalu bibirnya berucap, "Iya, dong ... tapi kita harus main dulu."

"Main apa?" tanya Mentari kecil dengan risau yang bisa ditampik.

"Mainnya halus aja, ya, soalnya kamu masih kecil." Pria itu berkata sembari suaranya dibuat-buat agar mirip dengan Mentari.

"Tapi lepasin aku!" pinta Mentari. Netra sendunya tak lama lagi akan mengeluarkan cairan bening.

"Ah, gampang itu mah!"

Setelah dialog singkat itu, pria tersebut melepas semua tali yang membelenggu kaki Mentari. Kendati demikian, Mentari kecil heran, mengapa pria ini meninggalkannya? Mengapa hanya tali pada kaki yang dilepasnya? Apakah ia lupa masih ada tali yang membelenggu di tangannya?

Mentari kecil tiba-tiba terperanjat, kala pria tersebut menempelkan solatip hitam di mulutnya, ini membuat ia kesulitan akses untuk sekedar mengerang. Setelah itu, dengan bejatnya, pria tersebut mulai melucuti pakaian bawah Mentari. Mentari melakukan perlawanan, ia menendang-nendang wajah pria tersebut.

Namun, Mentari kecil tak memiliki daya besar untuk melakukan perlawanan. Ia terlalu lemah untuk bisa melawan si pria tambun. Yang bisa Mentari lakukan hanyalah merapalkan doa, agar pria jalang ini menyudahi aksi bejatnya. Tangis Mentari pecah, air matanya berlinang membasahi pipi putih mulus itu.

"Yah, dia nangis," kata pria itu tanpa merasa berdosa.

"Baru sebentar kita mainnya," lanjut si pria. "Karena gue baik, kita udahan mainnya."

Pria itu menjauhkan diri dari Mentari. Ia melirik ke arah samping kiri, di situ terdapat pakaian bawah Mentari yang tadi ia lucuti. "Pake lagi tuh celana lo! Eh lo tangannya masih ke ikat, ya? Karena gue baik, gue pakein."

Mentari tak dapat memberontak, dia saat ini benar-benar ingin mengebiri pria itu. Bisa-bisanya ia melabeli dirinya sendiri sebagai orang baik, sementara ia telah melakukan tindakan asusila kepada orang lain.

Setelah semua tali dan solatip yang melekat pada tubuh Mentari pria itu lepaskan, daksa Mentari berguncang hebat. Ia tidak memiliki nyali, untuk membalas ucapan si pria jalang ini pun tidak punya.

"Nah, pulang dah lo. Atau mau main lagi?"

Bersambung~

Hai! Selamat datang di part 13 kelompok 4, jangan jadi silent reader's yaa^^.

-Annisa
-Zila
-Arka
-Meilani
-Daves

Raja BumiWhere stories live. Discover now