Bagian 25 : Tetangga ganjen (2)

Comincia dall'inizio
                                    

"Bentar-bentar, aku cebok dulu." Ayana sedikit berteriak.

"Jangan buru-buru, nanti kepeleset."

Selesai dengan acara pipisnya, Ayana kemudian membuka pintu hendak keluar. Namun ia dikejutkan dengan kehadiran Rangga yang nangkring di ambang pintu.

"Ish! Ngagetin, tau! Ngapain berdiri disini?"

"Nungguin kamu."

"Mau ngomong apa?" Tanya Ayana to the point.

Gadis itu sedikit merapikan anak rambutnya.

"Saya ga ada apa-apa sama Putri. Dia yang goda saya duluan, tapi saya gamau. Terus, dia maksa buat ngelap keringet saya, jadi tangan nya saya tepis."

"Terus saya mau samperin kamu di depan gerbang rumah, tapi kamu udah ada disana duluan." Rangga berujar dengan suara lucu. Layaknya seorang anak, tengah mengadu kepada sang Ibu.

Menggulung lengan kaosnya, sampai batas pundak. "Oke, emang tu cewek ganjen minta dikasih pelajaran."

Rangga mencekal lengan Ayana, mencegah Istrinya supaya tidak pergi. "Mau kemana?"

"Kasih bogeman mentah ke si Putri, lah! Berani-beraninya dia godain kamu."

"Gausah. Nanti kamu kenapa-napa,"

Ayana berdecak. "Lagian kamu, sih! Punya muka tuh jangan ganteng-ganteng amat! Kan, jadi banyak yang naksir!

Menoel pipi Ayana. "Tapi aku sukanya cuma sama kamu doang."

Pipi Ayana memerah. Dengan wajah salting nya, ia meninju pelan perut Rangga. "Ah! Jadi baper, deh!"

Rangga menahan senyum melihat respon Istrinya yang menurut dia menggemaskan. Dengan gemas, ia menarik Ayana kedalam pelukan nya.

"Gemes banget, sih!" Ucap Rangga gemas. Ia dengan cepat mengecupi kedua pipi, juga dahi Ayana.

"Aaa . . jangan dicium terus!" Ayana memprotes.

"Kenapa? Cantiknya ga bakal ilang."

Ayana menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rangga. Membalas pelukan pria itu. "Ah! Jadi salting,"

Rangga memeluk Ayana erat. Membuat gadis itu sedikit mengaduh. "Eh, jangan kenceng-kenceng meluknya, perut aku kegencet."

Mengurai pelukan nya. "Lupa,"

Ayana tertawa. "Kayaknya, anak kamu minta dicium sama Papanya, nih."

Tersenyum miring. Ia lantas berjongkok, memposisikan wajahnya tepat di depan perut buncit Ayana.

Dikecupnya perut Istrinya perlahan. "Kamu cemburu, karena Papa cium Mama kamu terus, hm?"

Ayana mengulum senyum. Ia mengelus rambut Rangga. Terselip perasaan haru di hatinya.

"Nanti kalo kamu udah lahir, Papa bakalan ciumin kamu terus, sampe pipi kamu penyok."

"Jangan ngadi-ngadi, ya!" Ayana berujar garang.

Dampatigaḷu [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora