[16]Kaca Mata Kuda

457 72 79
                                    

⚠️TYPO BERTEBARAN

***

Hari semakin larut, bulan pun bersembunyi malu di balik awan mendung yang siap melepas bebannya, Bella yang baru menyelesaikan pekerjaannya kini berjalan mengurusi jalanan sepi untuk menuju rumah, angin malam berhembus kencang membuat pori pori kulitnya meremang kedinginan.

Dan entah kenapa dalam keadaan seperti ini dia justru ingin tertawa karena mengingat tingkah si raja ogeb di rumahnya saat dia akan berangkat kerja tadi, dia jadi tidak kesepian, ah Bella jadi tidak sabar untuk pulang.

Tapi, baru beberapa langkah hujan deras sudah mengguyur, segera mengambil langkah seribu Bella berlari kearah rumah tua terpencil untuk berteduh, tak ada penerangan disini, pencahayaan remang berasal dari lampu bangunan yang tampak jauh dari posisi Bella.

"Duh gimana nih, mana dingin banget lagi". Gumam Bella sambil menggosok telapak tangannya ke tubuh untuk menghangatkan.

Jederr

"Nenek!". Bella terperanjat ketika suara petir menyambar, tubuhnya bergetar, Bella luruh ketanah dengan wajah pucat, air matanya merembas ikut mengiringi derasnya hujan , Bella memejamkan mata saking takutnya, Bella benci situasi seperti ini, jika yang lain suka hujan, maka Bella membencinya, bagi Bella hujan hanya akan membawa kenangan buruk.

Bella benci hujan!.

"N-nek, Bella t-takut"

"D-dingin". Tubuh Bella semakin bergetar, dulu ada neneknya yang menemani kala hujan tiba, nenek selalu memeluknya, menenangkannya, lagi lagi memori menyedihkan itu menyayat hati Bella, karena inilah Bella benci hujan.

Pandangan Bella mulai memburam, kepalanya benar benar pusing, darah kental mulai menetes keluar dari hidungnya, sedetik kemudian Bella merasakan tubuhnya di peluk seseorang, sayup sayup Bella mendengar seseorang memanggilnya, dan sebelum kegelapan menghampirinya Bella merasa tubuhnya di angkat seseorang.

***

Hari semakin gelap, sesekali Hayam Wuruk menatap jam yang sudah menunjukkan setengah sembilan, seingatnya tadi Bella bilang akan pulang pukul delapan, entah kenapa hatinya merasa gundah, dan kecemasannya semakin menjadi jadi ketika hujan turun di sertai gemuruh petir, Hayam Wuruk menghela nafas kasar kemudian berjalan keluar rumah.

Tanpa memperdulikan tubuhnya yang mulai basah, Hayam Wuruk tetap berjalan kearah yang tadi Bella lewati saat akan menuju tempat kerja, gelapnya malam tak membuat dirinya gentar, tapi dirinya juga tidak bisa menempik kalau hatinya gusar saat ini.

Dari kejauhan netrannya menangkap seseorang terduduk di depan rumah yang tak berpenghuni, memicingkan mata guna memperjelas penglihatan, dan seketika Hayam Wuruk berlari kearah gadis yang dia cari, jantungnya berdetak kencang ketika melihat wajah Bella yang pucat pasi.

Perlahan Hayam Wuruk merengkuh tubuh mungil itu, panas.

"Adinda sadarlah, adinda". Hayam Wuruk mencoba mengembalikan kesadaran Bella, dia semakin kalap ketika melihat darah keluar dari hidung Bella, dengan sekali hentakan Bella sudah berada di gendonganya, Hayam Wuruk membawa Bella ala bridal style menembus hujan, memeluk tubuh lemah itu dengan erat untuk melindungi, menghiraukan dinginnya hujan dan terpaan angin yang menghantam.

***

Kesadaran Bella mulai terkumpul, ia meringis kala merasakan kepalanya berat, perlahan mata lentiknya terbuka, Bella menggercap berkali kali guna menetralkan penglihatannya yang sedikit buram, setelah sadar Bella mengerti, seingatnya tadi dia masih berteduh di rumah kosong karena hujan bagaimana bisa dia sekarang sudah ada di kamarnya, bahkan sekarangpun hujan juga belum reda.

Attachment [MAJAPAHIT]~on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang