WSIG | 11 - Want To Be Closer

2.6K 473 20
                                    

•••

Rosé masih melakukan hal yang sama, menganggap seolah ia sudah benar-benar menerima kehadiran Minyoung juga dirinya, entah sampai kapan, tapi Lisa tak lagi mempermasalahkan nya, melihat senyum terbit diantara cekungan bibir sang ibu membuat hatinya menghangat.

Lisa belum pernah melihat senyum setulus itu, Lisa belum pernah melihat ibunya sebahagia itu, Lisa belum pernah melihat ibunya tertawa hingga kedua manik matanya menyipit, kejadian langka yang hanya bisa Lisa lihat di rumah ini.

Rumah yang menurutnya penuh dengan tekanan, rumah yang bahkan bukan sebenar-benarnya tempat untuk pulang, sebuah rumah yang dimana presensinya hanya sebagai pajangan, rumah tanpa kebahagian.

Tapi tentu berbeda untuk sang ibu, bahkan ketika Lisa memberitahu bahwa Rosé belum benar-benar menerima mereka, kalimat yang Minyoung ucapkan justru membuat hatinya terluka dan Lisa pikir, kebohongan itu akan menjadi kenyataan yang sesungguhnya.

Ya~ sesungguhnya untuk Minyoung tapi tidak untuk dirinya ...

Benar apa yang Rosé katakan, Lisa yang notabenenya adalah putri kandung, tidak pernah bisa membuat sang ibu nyaman dengan keberadaan nya, tidak bisa membuat Minyoung tertawa atau tersenyum seperti apa yang Rosé lakukan.

"Eomma." Panggil Lisa, gadis itu mendekat kearah sofa dimana kini Rosé dan Minyoung tengah duduk di temani secangkir coklat panas tak lupa canda tawa renyah di sore hari.

"Eoh Lisa, ada apa?" Tanya Minyoung tanpa mengalihkan atensinya pada rambut blonde yang kini tengah ia kepang.

"Aku harus pergi ad---" belum sempat Lisa mengatakan kemana tujuannya Rosé lebih dulu memotong perkataan nya.

"Oh! Benarkah?! Ajak aku bersamamu juga eoh? Aku bosan hanya dengan berdiam diri di rumah." Cecar si blonde dengan rengekan yang membuat Lisa muak, ini sudah seringkali terjadi dan pasti Minyoung mengiyakan permintaan putrinya itu.

"Kau mau pergi kemana Lisa? Jika tidak keberatan ajak kakak mu juga, putri ku ini pasti bosan seharian hanya berdiam diri di rumah." Benar bukan, Minyoung langsung setuju begitu saja, tanpa memikirkan apa pendapat Lisa terlebih dahulu.

"Tapi---"

"Sudah sana, jangan pulang terlalu larut." Gadis itu mengangguk samar, rasanya sakit.

Lisa mengemudi dengan santai tanpa menghiraukan sosok gadis blonde yang sedari tadi terus menatap kearahnya.

Gadis berambut blonde itu berdehem singkat, berusaha menghilangkan rasa canggung dan entah mengapa ia merasa begitu gugup berada dalam satu mobil bersama adiknya ini. "Ternyata menyenangkan juga memiliki seorang ibu." Ujarnya gugup.

Lisa diam tak bergeming, pandangannya masih lekat menatap jalanan sepi di depan sana.

"Dia cukup baik ... Untuk seorang ibu sambung, ku pikir ibu tiri itu menyeramkan tapi ibumu membu---" Belum sempat gadis blonde itu meneruskan kalimatnya Lisa lebih dulu memotong, memarkirkan mobilnya tepat dibahu jalan seraya berkata.

"Jangan berhenti, teruslah bersikap seperti itu--- jangan buat Eomma kecewa aku harap semua kebohongan yang kau lakukan menjadi kenyataan terindah untuk hubungan kalian."

Rosé nampak bingung, seperti tengah mencerna apa yang baru saja ia dengar tapi lamunannya buyar ketika ia melihat Lisa keluar dari mobil, dengan cepat Rosé pun segara menyusul sang adik.

"Kau bisa mengemudikan?" Tanya Lisa, tentu saja itu bukanlah sebuah pertanyaan yang penting, karena ia tahu betul bagiamana gilanya Rosé saat mengemudikan sebuah kendaraan.

"Apa maksudmu?"

Lisa tersenyum samar melemparkan kunci mobil yang ada di genggaman nya. "Pulanglah, ingat jangan mengebut, Eomma menunggu di mansion." Seru si poni kemudian berlalu, tanpa menghiraukan teriakan Rosé yang merengek meminta penjelasan.

"Yak!! Lisa!! neo michyeosseo!! Ah Shit!" Umpatan demi umpatan meluncur mulus dari mulut gadis cantik itu, Rosé memasuki mobil sembari menghentakkan kakinya kesal.

Entah setan apa yang sudah merasuki nya tapi Rosé mendadak ingin sekali dekat dan mengenal jauh sosok Lisa, Rosé ingin hubungan mereka membaik, Rosé ingin Lisa memangilnya eonni, Rosé ingin Lisa mengandalkan nya sebagai seorang kakak.

Tapi gadis itu selalu urung melakukannya, Rosé takut, Rosé tak berani melangkah lebih dekat, Rosé tak berani menatap kedua manik bambi itu lebih dari dua detik.

Tapi ia ingin, sangat ingin, memperbaiki semua ini.

Drrrt Drrrt

Ponsel mahal itu berbunyi nyaring dari atas nakas, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan pemuda bernama lengkap Lee Taeyong itu masih di sibukkan dengan tumpukan berkas di meja kerjanya, menghiraukan makan malam, juga ponselnya yang terus berdering.

Meregangkan otot-ototnya yang mulai terasa pegal, pemuda tampan itu beranjak dari posisinya menatap jalanan kota Seoul yang masih terlihat ramai, menatap ponsel malang itu malas lalu menggeser tombol hijau dan langsung disambut pekikan nyaring dari sebrang sana.

"OPPA?!!!" Rosé berseru dengan lantang sehingga membuat Taeyong dengan refleks menjauh benda pipih itu dari telinganya.

"Ya! Kau lupa ini sudah malam? Pelankan suaramu Chaeng." Selalu saja berlebihan. "Ada apa? Kau terdengar panik, apa terjadi sesuatu di mansion?" Tak ingin berbasa-basi karena Taeyong masih memiliki banyak pekerjaan lain.

"Bantu aku ..." Rosé nampak mengatur nafasnya sesaat, apa ia harus melakukan hal ini? Pikir nya lagi.

"Apa yang kau butuhkan? Oh Chaeng, kau harus ingat aku bukan seseorang yang memiliki ban---"

"BANTU AKU MENCARI LISA!!" Hening sesaat ...

Selanjutnya yang Rosé dengar hanya tawa renyah dari mulut lemes sang kakak. "Ya! Terus saja tertawa memang salah aku meminta bantuan pada orang seperti mu!!" Berniat memutuskan panggilan, namun Taeyong segera mencegahnya.

"Kau mengkhawatirkannya? Kau memintaku mencarinya? Kau ingat bagaimana dulu kau begitu menolak keras kehadiran mereka?! Kau bahkan---"

Tuttt ...

Panggilan itu pun berakhir dengan perasaan aneh menghinggapi keduanya.

Ya benar! Sangat benar! Bahwa Rosé sangat membenci sepasang ibu dan anak itu, tapi melihat bagaimana tulusnya sikap juga kasih sayang yang Minyoung berikan, Rosé yakin wanita itu sudah benar-benar menyayangi nya.

Dan Lisa, kali pertama mereka bertemu Rosé merasa Lisa adalah saingan terberat entah itu di mansion atau di sekolah tapi itu berubah saat tak sengaja Rosé mendengar percakapan singkat Lisa dengan dua murid yang entah siapa.

Disana si poni tengah membelanya, Lisa terlihat sangat marah ketika dua gadis julid itu menghina dirinya, tau tidak apa yang membuat hati Rosé luluh dengan cepat? Saat bibir ranum itu mengatakan. " ... Karena dia adalah kakak ku."

Kalimat sederhana yang berhasil memporak-porandakan hatinya, kalimat sederhana yang menjadi alasan Rosé tersenyum sepanjang hari, kalimat sederhana yang untuk pertama kalinya Rosé dengar selama ia hidup.

Eonni? Rosé ingin mendengarnnya lagi, lagi dan lagi.

📌Sel, 8 Jun 2021
📝Hai! Gimana, PPDB lancar? Semangat ya!!

Where Should I Go? [✓] | Taelice Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum