"Jadi kau ingin aku berturun tangan, begitu?"

"Ah~ mudah saja. Cukup dengan sekali 'phew' matamu akan terpejam selamanya. Bahkan sebelum kau mengucapkan selamat tinggal pada dunia." lanjut Jaehyun pelan.

"Cuih." Jongdae meludah ke arah Jaehyun. Namun tidak sampai mengenai Jaehyun karena jarak mereka yang cukup jauh.

Jaehyun berdiri dari duduknya. Kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celananya. Ia berjalan perlahan menuju Jongdae. Hingga langkahnya terhenti saat jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah saja.

"Aku memiliki penawaran yang bagus untukmu. Aku membebaskan mu, menanggung seluruh pengobatan mu, dan yang paling menarik adalah aku akan memberikanmu 5% saham milikku. Asalkan kau memberitahuku siapa yang menyuruhmu dan satu syarat lain. Bagaimana?" tanya Jaehyun sembari menatap Jongdae dengan salah satu alisnya yang terangkat.

Sorot kebencian dari mata Jongdae seketika berubah drastis menjadi binar penuh harap.

"B-benarkah?"

"Ya." jawab Jaehyun sangat singkat.

"Katakan siapa yang menyuruhmu."

"Dalang dari semua ini adalah Kim Junmyeon." seringaian Jongdae mengembang.

Jaehyun berjalan semakin mendekat. Ia mengeluarkan salah satu tangannya dari saku. "Hm, Kim Junmyeon ya? Pemegang saham tertinggi Tencent."

"Akhhh!"

Kepala Jongdae terkulai lemas. Kalau saja tidak ada rantai yang menahan kedua tangannya, pria itu otomatis akan langsung mencium lantai yang sangat dingin. Dalam hitungan detik pria itu kehilangan nafasnya. Jantungnya berhenti berdetak. Dan organ tubuh lain yang tidak lagi berfungsi.

Botulinum toxin dengan dosis tinggi Jaehyun gunakan untuk membunuh Jongdae. Ketika ia turun tangan, ia lebih senang bermain dengan jarum dan suntikan. Ia tak pernah mau mengotori tangannya dengan darah para pecundang.

"Sialan. Dia pikir dia siapa berani berbohong kepadaku!" sungut Jaehyun.

"Bukankah kau memang sudah mengetahuinya?" tanya Mingyu. Seorang kaki tangan Jaehyun.

"Aku hanya ingin bermain dengannya. Tapi kau lihat bukan? Dia sangat bodoh. Pantas saja perusahaannya selalu mengalami kemunduran. Pimpinan bodoh seperti dirinya benar-benar merugikan."

Mingyu yang sudah terbiasa mendengar umpatan-umpatan kejam dari Jaehyun hanya bisa tertawa. Semua ucapan Jaehyun tidak pernah salah. Namun tetap saja tuannya sekaligus teman dekatnya itu bermulut kejam.

"Kembalikan perusahaan itu kepada Lee Jonghyuk. Dia lebih berhak karena dari awal pun itu milik Jonghyuk. Si bodoh itu merebutnya." kata Jaehyun yang berlalu begitu saja.

•••

Seoul, South Korea

Jemari Haechan menari-nari di atas dada telanjang Mark. Mereka baru saja menyelesaikan kegiatan panas di pagi hari yang sangat cerah. Mark dengan kantung hormonnya tidak bisa dihentikan. Selepas makan siang, pria itu ikut pulang bersamanya. Dan ya yang kalian tahu, aktivitas mereka setelah itu hanya bergumul di atas ranjang hingga makan malam tiba. Saking lelahnya sampai Haechan tidak sanggup untuk berdiri dan menyuruh Mark agar pelayan mengantarkannya ke kamar.

Hari ini adalah hari kelulusan Mark. Haechan mengetahuinya sebab Mark dan Haechan sendiri di satu departemen yang sama. Tapi Mark justru masih bersantai di atas ranjang bersamanya. Seolah memang tidak ada suatu kegiatan yang penting hari ini.

"Bukankah hari ini adalah hari kelulusanmu?" tanya Haechan tanpa menghentikan gerakan-gerakan jemarinya di dada pria itu.

"Hm."

Vad [END]Where stories live. Discover now