“Enggak ada alasan lagi buat pertahanin kerjasama dengan dia.” jawab Jae.


Terdengar hembusan nafas berat disebrang telfon, pertanda Sungjin benar-benar lelah dengan semua pekerjaan yang tiada habisnya. Bagaimana mau habis, pekerjaan yang harusnya telah selesai malah harus direvisi ulang karena adanya suatu masalah, contohnya seperti sekarang ini.


“Tapi, Jae, lo bakal rugi besar loh,” ujar Sungjin.

“Gue enggak peduli, selesaikan semua dan gue enggak mau ketemu sama dia lagi, paham?” tutur Jae.


Jika sudah seperti ini, Sungjin bisa apa selain pasrah dan mengerjakan semuanya dari nol lagi? Mana mungkin Sungjin akan membentak Jae, yang atasannya adalah Jae, jadi semua keputusan ada di tangan Jae, ‘kan?


“Okay, itu aja yang mau gue bicarain sama lo,” ucap Sungjin.

“Sungjin,” panggil Jae.

“Apa?” tanya Sungjin.


Terlihat Jae tampak berpikir sebelum bertanya pada Sungjin terkait hal-hal yang menurutnya agak aneh terjadi dengan Divanka, tapi ia bingung harus memulainya darimana, apa langsung to the point saja?


“Lama? Gue matiin,” ancam Sungjin.

“Gitu banget lo sama gue. By the way, Divanka katanya mual lihat muka gue, kok gitu sih? Lo ngerasa ada yang aneh enggak sih ngelihat muka gue?” tanya Jae.


KRIK KRIK KRIK


Tiba-tiba terjadi hening, tak ada tanggapan apa-apa dari Sungjin selain suara hembusan nafasnya yang terdengar jelas di indera pendengaran Jae. Apa pertanyaan Jae sangat aneh? Tapi, itu menurut Jae memang aneh, kenapa pula dia mempertanyakan hal seperti itu.


“Ngisi kali istri lo.” Ucapan Sungjin memang asal-asalan, tapi entah kenapa Jae memikirkan hal tersebut.

“Masa sih?” gumam Jae.


---


Pagi ini Divanka dibuat bingung dengan tingkah Jae yang terus mondar-mandir bak setrika mengelilingi apartement, dimulai dari menyapu, mengepel dan membuat sarapan, semuanya dilakukan oleh Jae. Padahal biasanya tugas itu adalah milik Divanka, ya, walaupun Divanka sedikit bahagia karena dia bisa beristirahat, tapi tetap saja dia merasa tidak enak hati kalau suami-nya yang melakukan semuanya sendirian.


“Kenapa sih? Daritadi kuperhatiin sibuk banget,” gerutu Divanka.


Jae yang hendak mengambil botol air minum dari dalam kulkas langsung terhenti dan berbalik menatap Divanka yang sepertinya bingung dengan situasi saat ini, ditambah Jae sudah bercucuran keringat karena membereskan isi apartement.


“Gapapa.” balas Jae.

“Kok kamu yang beres-beres? ‘Kan tugas aku,” ujar Divanka.

“Pengen aja, emang enggak boleh?” tanya Jae.


Divanka mengusap rambutnya kebelakang dan berjalan menghampiri Jae yang berdiri didepan kulkas, ia menatap manik mata indah milik Jae yang mengisyaratkan bahwa pria itu sangat lelah. Ya, bukan salah Divanka, siapa yang menyuruhnya melakukan itu semua?


“Enggak sekalian sama cuci pakaian?” tawar Divanka.


Dikasih hati minta jantung, siapalagi? Ya, tentu saja Divanka. Untung istri, kalau bukan, sudah Jae usir dari apartementnya sejak dulu.


“Itu namanya kamu ngelunjak.” ucap Jae lalu menyentil dahi Divanka dengan pelan.


Sang korban yang mendapat perlakuan tersebut berpura-pura meringis lalu menertawai tingkah Jae. Disaat seperti ini, Jae benar-benar heran, padahal baru beberapa jam Divanka marah-marah tapi sekarang lihatlah, dia sudah tertawa bahkan bertingkah menggemaskan dihadapan Jae. Memang benar kalau wanita tidak bisa ditebak.


“Kamu enggak ke kantor?” tanya Divanka sembari memandangi Jae yang tengah meminum sebotol kecil air dingin dari kulkas.

“Jam sebelas, kamu ke kampus jam berapa?” balas Jae.

“Jam tiga sore.” jawab Divanka, dan dibalas anggukan paham oleh Jae.


Pantas saja suami-nya ini rajin, dia masuk kantor jam sebelas. Kalau Divanka jadi Jae, mungkin Divanka belum beranjak dari kasurnya dan masih menikmati dunia mimpi yang indah. Divanka pun menuju ruang tengah untuk menonton kartun pagi kesukaannya, ia lebih suka menonton kartun dibanding gossip yang tidak bermutu.


“Vanka,” panggil Jae.


Divanka yang hendak meraih remote tv harus tertahan, ia mendongakkan wajahnya dan memandangi wajah Jae yang berada tepat dihadapannya sembari bersedekap dada. “Apa?” tanya Divanka.


“Kamu baik-baik aja, ‘kan? Maksud aku … kesehatan tubuh kamu enggak ada yang bermasalah?” tanya Jae.


Kening Divanka otomatis mengerut, pertanyaan macam apalagi yang ia dengar sekarang? Memangnya dia sakit apa sampai-sampai Jae mempertanyakan hal seperti itu padanya? Apa mungkin Divanka terlihat seperti orang sakit?


“Aku enggak sakit.” jawab Divanka.

“Yakin?” tanya Jae.

“Iya. Emang kenapa sih?” tanya Divanka.

“Gapapa, kalau mau ke rumah sakit, jangan lupa ajak aku.” ucap Jae dan berlalu meninggalkan Divanka seorang diri yang masih dipundung kebingungan.


Kedua mata bulat Divanka terus menatap punggung lebar Jae yang semakin menghilang dari pandangannya. Setelahnya, ia menggeleng heran akibat tingkah sang suami yang kelewat ajaib dibanding biasanya.


“Dasar, Park Jae.” gumam Divanka.


***


Bersambung...

Gaje? Maafkan diriku gais, gak ada ide huhu..

Maaf jika ada salah kata atau cerita tydak menarik

Jadilah pembaca yang menghargai penulis dengan cara Vote+Komentarnya ditunggu

Terima kasih dan sampai jumpa 🙏❤️❤️


Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]Where stories live. Discover now