34. My endless love (2)

8.6K 1.7K 551
                                    

How you live your live is your business, just remember; our Hearts and our Bodies are given to us only once


"Afreeda?" Jaehyun berjalan perlahan menuju sang terkasih, kali ini dengan kondisi jauh lebih layak; mengenakan pakaian baru nan bersih, serta wajah tampan yang sama sekali tak ternodai oleh darah, terlihat tidak mengerikan seperti sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




"Afreeda?" Jaehyun berjalan perlahan menuju sang terkasih, kali ini dengan kondisi jauh lebih layak; mengenakan pakaian baru nan bersih, serta wajah tampan yang sama sekali tak ternodai oleh darah, terlihat tidak mengerikan seperti sebelumnya. Sang pangeran berlutut dihadapan Taeyong yang kini terduduk di sisi ranjang, lelaki cantik tersebut tetap terdiam bak patung walau iris kosongnya sesekali bergerak menatap resah "Maafkan aku, tolong berikan maafmu untukku. Kumohon... ku-kumohon jangan membenciku Afreeda"

"Jika kau kecewa maka katakanlah, jika kau sedih maka lampiaskan, jika kau senang maka luapkankah, dan jika kau marah maka berteriaklah padaku sampai kau merasa puas" Tubuh kekar milik Jaehyun seakan tak ada artinya lagi; bergetar hebat berkat kesedihan, melupakan wibawa yang ditanggungnya hanya karena sebuah perasaan "Maaf"


Sang baron menoleh acuh, membiarkan Jaehyun membasahi perutnya akibat tangisan. Taeyong tak membenci sang kekasih, sungguh! Hanya saja ia mulai berpikir mengenai kemungkinan besar yang akan terjadi andaikata dirinya dan putra mahkota berpasrah terhadap kehendak takdir "Mengapa tersedu-sedu? Chevalier, apakah menangis mampu menyelesaikan masalah, ku pikir tidak" Taeyong menangkup pahatan tampan tersebut kemudian memberikan senyuman getir "Aku telah menghabiskan detik demi detik, menit demi menit, dentingan jam demi jam untuk sekedar menitihkan air mata. Namun bisakah kau melihat setitik kesenangan? Ah, memang sedari awal kesialan adalah teman hidupku"


"Aku menangis bukan karena merutuki nasib, tetapi aku menangis untuk mengungkap perasaan cintaku kepadamu, my queen" Jaehyun menggenggam jari-jemari lentik Taeyong lalu memberi kecupan lembut pada sisi telapak tangan si cantik "Aku merindukanmu, sangat-amat merindukanmu hingga aku berhasil menggila dalam sekejap... dan berakhir— menyakiti puluhan orang tak berdosa. Sekali lagi, maaf, aku pasti telah membuatmu kecewa"


Sang baron tak memiliki niat, bahkan menjawab sepatah kata-pun rasanya enggan terucap. Katakanlah ia kecewa, namun tetap saja tak ada yang bisa dilakukan. Contohnya, menghidupkan orang yang sudah tiada? Jangan berkelakar "If i never knew you..." Kedua kelopak mata Taeyong mulai terpejam, membiarkan bulu lentik menutupi binar tersembunyi pada kedua irisnya "Andai saja saat itu aku tersadar akan kedudukanku sendiri. Andai saja aku berbohong kemudian tak membalas cintamu. Andai saja sedari awal aku tidak berani menaruh hati. Andai saja kita tak pernah sekalipun berjumpa.... Mungkin kehidupan kita berdua tidak akan menyedihkan seperti sekarang"


"Seharusnya yang mulia kini tengah menggelar pesta pernikahan— oh tidak, mungkin pesta kehamilan sang calon ratu terdengar lebih membahagiakan. Benar begitu Jaehyun?" Taeyong mengusap lelehan air mata yang lagi dan lagi setia membasahi pipi tirusnya "Aku mencintaimu, namun pada akhirnya diriku-pun tak berkesempatan memilikimu seutuhnya, baik jiwa ataupun raga. Lagipula berkat kehadiranku, keluarga kerajaan justru menjadi berantakkan; Jeno meninggalkan statusnya, dan jangan lupakan hubunganmu dengan ma'am Irene yang terpecah belah bagai rusaknya kepingan emas"

Secret Prince -Jaeyong-✔️Where stories live. Discover now