CHAPTER 5 || DIA?

Start from the beginning
                                    

"T-tapi Din-"

"Keluar sekarang, saya sudah muak melihat dirimu. Keluar sekarang!!" usir Dina.

Tio pun keluar dari ruangan itu. Dia menerima perlakuan Dina tadi. Sudah sepatutnya dia mendapatkan perlakuan itu dari Dina.

******
"Loh, bukannya itu pria aneh yang tadi. Kok dia keluar dari Kamar Jihan. Jangan-jangan terjadi sesuatu disana," gumam Elina. Dia pun berlari. Bahkan nasi bungkus yang dibawanya ikut terguncang.

Setelah dia masuk kedalam ruangan Jihan, Elina melihat Dina sedang menangis. Kini di pikirannya sedang bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang terjadi?

"Tan, Tante kenapa? Kok Tante nangis," ucap Elina lembut.

"Eh, Elina. Kamu udah balik, Tante enggak papa kok. Cuma sedih melihat Jihan sampai saat ini belum sadar aja," ucap Dina. Elina pun ber-oh ria, lalu memberikan minuman dan makanan untuk Dina.

"Makasih, ya. Nanti Tante ganti uangnya," ucap Dina.

"Eh, enggak usah Tan, gak papa kok," tolak Elina dengan lembut.

"Yakin?"

Elina pun mengangguk.

"Oke deh, hahaha," ucap Dina sembari tertawa.

Dina pun memakan nasi tersebut. Dia masih kepikiran atas kejadian tadi. Dia mencoba melupakan, tapi tidak bisa.

"Oiya, Tan. Tadi Elina lihat seorang laki-laki keluar dari sini. Siapa itu, Tan?" tanya Elina tiba-tiba membuat Dina tersedak.

"Uhuk ... Uhuk ... Uhuk."

Elina pun segera mengambil air minum buat Dina.

Dina pun meminum sampai habis, dia bingung apa yang harus dia jawab. Dia takut, apakah Elina mendengar percakapan mereka berdua.

"Huh, makasih," ucap Dina. Elina pun mengangguk.

"Pria yang tadi masuk itu siapa Tan? Kok wajahnya enggak asing gitu," ucap Elina.

Dia mempertanyakan itu lagi.

"E-ee, bukan siapa-siapa kok. Kamu udah makan?" ucap Dina yang mencoba mengalihkan perbincangan. Elina merasa aneh terhadap tingkah laku Mama Jihan. Seperti ada yang disembunyikan.

"Ouh, gitu ya Tan,"

Dina pun mengangguk dan mencona bersikap netral. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Dia kembali memakan nasinya.

Jihan yang memberikan tanda-tanda kesadaran tiba-tiba diketahui oleh Elina. Dia pun langsung memberi tahu Dina bahwa Jihan sudah sadar.

"Tan, jari Jihan bergerak!" seru Elina.

Membuat Dina dan Elina mendekat ke tempat Jihan. Mereka pun tersenyum bahagia. Memanggil-manggil nama Jihan.

Elina pun keluar memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Jihan.

"Sayang, Jihan, kamu udah sadar, Nak. Huhuhu, Mama bahagia sekali melihat kamu sudah sadar," ucap Dina sambil menggenggam tangan Jihan. Air matanya keluar lagi, tapi ini air mata bahagia.

Dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Jihan. 

"Alhamdulillah, akhirnya pasien sudah sadar dan semua aman-aman saja. Ini benar-benar suatu keajaiban. Saya bahkan tidak pernah menangani pasien overdosis yang telat dibawa ke Rumah Sakit. Biasanya mereka semua pada sudah meninggal, tapi karena kuasa Allah telah memberikan kesempatan buat Pasien untuk hidup kembali," ujar Dokter itu.

"Terimakasih, Dok, terimakasih," ucap Dina sambil menangis bahagia.

Dokter itu pun keluar setelah memeriksa Jihan. Sungguh suatu keajaiban. Mereka berdua pun bersyukur karena Jihan sudah sadar.

"M-ma," panggil Jihan ke Dina. Bahkan Jihan sudah bisa mengomong. Dina sangat senang.

"Iya, sayang. Kamu haus, iya?" tanya Dina.

Jihan menggelengkan kepalanya pelan.

"Terus?"

"A-aku .... S-sudah tau ....  Y-yang sebenarnya," ucap Jihan terbata. Membuat Dina dan Elina kaget.

"Maksud kamu apa, Jih?" tanya Elina.

"Iya, sayang. Maksud kamu apa?" tanya Dina.

Dina dan Elina bingung dan kaget. Kalimat pertama yang dikeluarkan Jihan saat sadari dari koma adalah sesuatu yang sangat membingungkan bagi mereka.

"A-ayah."

*****

>>CHAPTER 6

THANKS FOR READING GAESS!!
NANGIS GAK? NANGIS GAK?
WAJIB NANGIS YA, WKWKW.

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOMMEN!!

SEE U NEXT TIME!!

IG : Mwiww_

Assalamu'alaikum Jihan!  (On Going) Where stories live. Discover now