30

640 48 9
                                    

Tiga hari berlalu dari hari terakhir bajak laut Akatsuki berkemah bersama Bajak laut kapak merah.

Selama tiga hari, mereka habiskan untuk berburu bounti. Berlayar tanpa arah namun dengan berbagai tujuan hingga kapal mereka bersandar disebuah pulau.

Pulau Yang indah dengan hutan lebat Dan pegunungan Yang hampir memenuhi isi pulau. Di atas pegunungan itu terbangun rumah-rumah penduduk, memang tidak terlalu banyak karena penduduk dipulau itu tidak lebih dari seratus kepala. Ya memang terasa sepi, Namun semua akan berubah saat para kru Akatsuki disana.

Tingkah setiap kru membuat pulau Yang terasa sunyi itu makin hidup.

"Hahhhh kapan lagi mendapat suasana tenang ini." Gumam Yahiko Yang tengah bersantai di teras rumah singgah mereka.

"Yaaa aku bisa bersantai dengan tenang karena mendapat rumah singgah ini secara cuma-cuma." Balas Kakuzu.

"Tch bersantai harus cari yang gratisan kau kurang menikmati hidupmu Kuzu!" tanggap Hidan. Yahiko hanya menatap keduanya bosan. Sudah dipastikan mereka akan berdebat masalah tidak penting ini.

"Bocah sepertimu tau apa, justru ini yang namanya menikmati hidup. Semua akan terasa lebih nikmat kalau itu gratis." balas Kakuzu.

"Haahhh bersantai itu hanya perlu tidur atau duduk manis ditemani secangkir kopi." tanggap Hidan. "Seperti ini." lanjut Hidan sambil mengangkat cangkirnya. Cairan berwarna hitam itu disruputnya penuh kenikmatan.

"Dan kopi yang kau minum itu gratis, bagaimana rasanya enak?" tanya Kakuzu.

"Yang namanya kopi itu nikmat mau bayar atau pun gratis." balas Hidan.

"Bayar? Kau saja tidak punya uang bagaimana bisa bayar." ejek Kakuzu sambil memperlihatkan senyum mengejeknya.

"Ya karena semua uang ada padamu." balas Hidan lagi.

"Makannya kau tak perlu mengurus masalah bayar-membayar yang penting perutmu kenyang-" ujar Kakuzu. "-dan itu gratis." lanjutnya.

"Tch."

"Kalian berdua daripada ribut mending bantuin warga bikin jembatan." ucap Itachi di ambang pintu.

"Ahh benar juga.. Sana kau urus itu." Ucap Kakuzu sambil menatap Hidan.

"Hm? Kenapa aku?"

"Makanan yang kau makan tadi dari yang punya rumah ini jadi lebih baik kau bantu mereka. Tenagamu pasti sangat dibutuhkan." jelas Kakuzu.

"Tch semua makanan yang ku makan adalah pemberian dewa jashin-"

"Crewet, kalau begitu nanti malam kau makanlah bersama dewamu itu." potong Kakuzu.

"Sialan!"

"Oke sebelum ada pertumpahan darah, kenapa tidak semua kru kesana saja? Bukankah menolong adalah perbuatan baik?" lerai Yahiko.

"Tch baiklah aku akan kesana setelah sarapan." balas Hidan langsung melangkah memasuki rumah.

"Lagi? Heii kau sudah sarapan dua kali." seru Itachi.

"Bodo amat." Sahut Hidan sambil berlalu masuk kerumahnya.

"Cih perutnya sebesar apa sih." Gerutu Itachi.

"Kau mau tau besar perutnya Hidan?" Tanya Kakuzu.

"Gak sih, gak penting juga." Balas Itachi acuh.

"Dah kumpulkan Yang lain, kita kerja bakti." Ucap Yahiko.

#######

"Haaaaahh lelahnya." keluh Hidan.

"Yah aku setuju un." balas Deidara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akatsuki X One PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang