Zivana Achazia Mahendra

5.8K 308 3
                                    


Mohon maaf, part ini sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin mendapatkannya cerita lengkapnya silahkan beli ebooknya yang sudah tersedia di Google Playstore dan Playbook. Link pembelian ada di bio profil wattpad ini. Jika ada kendala dalam pembelian, tidak perlu sungkan untuk bertanya ke penulis maupun penerbit melalui DM

.

*Link Pembelian Ebook* https://play.google.com/store/books/details?id=9yg_EAAAQBAJ

com/store/books/details?id=9yg_EAAAQBAJ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💞💞💞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💞💞💞


Ruang rawat inap sudah sepi, saat ini tinggal aku, Zia dan bayi mungil Ivana, sedangkan  yang lainnya sudah pamit pulang karena sudah malam.

Aku sedang mengganti baju Ivana yang basah saat menyusu tadi, untung saja aku sudah belajar sama Vina cara memakaikan baju dan mengganti popok bayi jadi walau pelan aku bisa juga. Aku melirik ke arah Zia yang sedang memperhatikan aktifitasku, "Kalau ngantuk tidur saja dik, biar mas yang jaga princess kita." Zia menggeleng, "Kenapa?" Tanyaku lagi.

"Belum ngantuk mas, tadikan Zia tidur cukup lama." Aku mengangguk, selesai mengganti baju dan memastikan putri kecilku nyaman, aku berjalan mendekati bed Zia dan duduk di sampingnya.

"Terima kasih ya dik sudah memberi mas begitu banyak kebahagiaan, terima kasih sudah memberi mas putra yang tampan dan putri yang cantik, mas sangat bahagia." Kataku sambil menggenggam kedua tangannya.

Zia tersenyum, "Sama - sama mas, terima kasih juga mas sudah jadi suami dan Ayah terbaik untuk Zia dan anak - anak, terima kasih sudah memilih Zia untuk melahirkan anak - anakmu mas." Aku tersenyum dan mengangguk.

Aku kecup keningnya, dan apa lagi kalau bukan yang sudah menjadi candu untukku. Bibir manis Zia yang tak pernah bisa aku skip setiap harinya.

Ceklek

"Ya ampun, mata suciku ternoda."

Suara pintu terbuka dan teriakan dari adik ipar tak tahu diriku membuatku melepas pagutan dan menatap ke pintu. Benar saja di pintu sudah ada Ganendra berdiri membawa totebag yang entah apa isinya.

"Ingat bang, baru juga lahiran tadi siang sudah mau tancap gas saja, tunggu masa nifas selesai dulu." Katanya sambil senyam - senyum.

"Berisik kamu Ndra, ngapain sih kesini." Kataku menatapnya.

"Makanan buat abang sama mbak Zia dari Mommy." Kata Nendra sambil menunjukkan totebag yang dia bawa.

"Taruh di meja dan segera pergi."

"Abang, bilang terima kasih kek sama adik abang yang tampan ini."

"Iya, terima kasih adik ipar jelek." Kataku, Nendra langsung mendengus kesal. Aku memang suka membuat Nendra kesal karena dia dan Vina sangat suka menggoda Zivand dan Zia membuatku kadang kesal juga.

"Ya sudahlah silahkan lanjutkan, adinda pulang dulu ya kakanda, baik - baik di sini, ingat ya tunggu masa nifas selesai dulu baru tancap gas."

"Nendra!" Kataku kesal dan dia segera berlari keluar ruang rawat inap dengan tawa yang masih bisa aku dengar.

"Sabar mas, jangan galak - galak sama Nendra."

"Kepala mas selalu berasap kalau dekat Nendra dan Vina." Zia tertawa mendengar jawabanku, membuatku menatapnya.

"Kenapa tertawa?" Tanyaku dan Zia menggeleng.

"Nggak papa, sini Zia mau peluk suami Zia yang tampan." Aku tersenyum mendengar perkataannya, aku langsung mendekat dan memeluknya.

Sederhana tapi penuh makna, rumah tangga tak melulu harus penuh kemewahan karena yang mewah belum tentu membuat bahagia.

Menikah dan memiliki anak pasti menjadi idaman setiap insan, tingkat bahagia setiap orang berbeda - beda, bagiku yang seorang prajurit bisa berkumpul bersama keluarga sudah sangat membahagiakan karena aku yang bisa saja menerima tugas lama di daerah konflik entah bisa pulang dengan selamat atau hanya tinggal nama, bersyukurlah untuk kalian yang selalu ada waktu bersama keluarga, jangan pernah mengeluh karena mungkin saja apa yang kamu keluhkan menjadi impian bagi orang lain.

SELESAI


💕💕💕

Semoga kisah dari Kapten Alvand dan Zia bisa menjadi pembelajaran buat kita semua  🙏😊

Terima kasih yang sudah mampir membaca kisah Kapten Alvand dan memberikan votenya 😘

Kapten Alvand ( Tersedia Ebook )Where stories live. Discover now