Punishment

1.2K 184 6
                                    

"um.... tunggu nona, biar saya cari tahu." Ujarnya sembari berjalan menuju rak buku dan mencari buku yang Rose maksud.

Aku terdiam sesaat. Aku bingung mengapa dia harus mencari tahu. Ini sangatlah aneh. Aku terus memperhatikan Rose yang tengah mencari buku yang ia maksud di rak.

"Ah ini dia..." Ujarnya nampak bersemangat.

Ia membolak-balik halaman buku yang tengah ia pegang. Lalu, ia terdiam sesaat dan melirik ke arahku dengan tatapan yang hampa dan penuh kesedihan.

"Sepertinya, saya adalah orang yang anda maksud nona." Ujarnya murung.

Aku tak habis pikir, mengapa ia sedih tentang dirinya sendiri.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu mu Rose? Um....maksud ku Hylia?" Tanyaku yang sangat khawatir bercampur dengan bingung apa yang baru saja terjadi.

Hylia terduduk di kasurnya dan menangis. Aku panik dan bingung.

Apa yang baru saja aku katakan sampai membuatnya menangis?

"A-aku...lupa akan diriku sendiri. Mungkin ini karena..."

"Rupanya benar dugaan ku...kau adalah hama sama seperti budak yang tak berguna ini."

Tiba-tiba pintu kamar Hylia didobrak dan Mrs.Scraz sudah berada di depan pintu itu. Mrs.Scraz mendapati ku yang tengah bersama dengan Hylia. Aku terkejut bukan main. Aku takut sesuatu akan terjadi padaku. Mrs.Scraz memasuki kamar dengan cambukan di tangannya. Di belakangnya, terdapat 3 orang penjaga dengan wujud tinggi dan besar layaknya manusia raksasa.

"Kau...J*lang! Berani-beraninya kau mempermalukan ku di depan Tuan Rave. Hari ini adalah hari keberuntungan ku. Kau datang sendiri tanpa pengawasan." Ujar Mrs.Scraz dengan senyum menyeramkan yang terukir di bibirnya.

"Nyonya, tolong maafkan kami. Ini salah saya Nyonya, jangan apa apakan nona ini." Ujar Hylia bersujud di kaki Mrs.Scraz.

Melihat pemandangan mengganggu ini membuatku marah dan kesal. Dulu, aku seringkali mencium kaki teman teman palsuku agar mereka menjadi teman ku. Aku mentraktir mereka, memohon, dan mengemis untuk pertemanan palsu mereka.

"Memuakkan..." Ketusku.

Mrs.Scraz melirik tajam ke arahku.
Aku menarik baju Hylia agar ia berdiri dan berhenti bersujud dan memohon pada iblis tua menyebalkan ini.

"Jangan mengemis untuk pengampunan pada iblis yang bahkan tak tahu dirinya akan diampuni setelah ia lenyap dari ini." Ujar ku menatap tajam ke arah Mrs.Scraz

Aku benci memohon...lebih baik aku mati dari pada harus memohon.

"Wah wah wah...rupanya hama ini tau bagaimana cara berbicara." Ujarnya kembali tersenyum.

"Bawa mereka!" Mrs.Scraz memerintah anak buahnya untuk membawa aku dan Hylia.

Sekuat apapun aku memberontak, tenagaku bukanlah apa apa bagi para anak buah Mrs.Scraz si iblis tua itu. Aku dan Hylia di bawa ke sebuah ruangan yang terbuat sepenuhnya dari baja. Mulai dari atap, tembok, dan lantainya terbuat dari baja. Tak ada jendela ataupun lubang udara. Aku dan Hylia diikat layaknya binatang. Dengan kalung yang mencekik di leher yang terbuat dari besi hitam yang berat.

Sial! Aku tak boleh terlihat lemah. Athana, kau bukan pengecut. Kau adalah putri paling pemberani. Jangan biarkan iblis tua ini menghabisi mu dalam satu gertakan.

"Hahaha* pikiran mu sangat jelas terbaca oleh ku. Jadi, namamu Athana? Tapi tetap saja aku akan memanggil mu Hama." Ujarnya.

Aku baru ingat bahwa demon memiliki kemampuan membaca pikiran.

My 5 Demons SweetheartWo Geschichten leben. Entdecke jetzt