Quite Sober

1.4K 219 9
                                    

Aku menoleh ke arah Devon. Ekspresinya nampak sangat tak senang dengan diriku yang sekarang.

"Apa kau punya masalah dengan itu?" Tanyaku dingin padanya.

Devon tak membalas perkataanku. Aku hanya melihat gerak gerik matanya yang nampak kesal dan kecewa dengan pertanyaan ku.
Aku masih menunggu seseorang memberikan bantuan untuk menyembuhkan Valir.
Tapi, aku sadar bahwa hal itu mustahil. Para iblis ini keras kepala dan menyebalkan.

Aku pergi keluar dari ruangan laboratorium dan bergegas pergi ke tempat valir berada. Sebelumnya, aku sempat mengambil sisa bubuk teh bunga yang Evon berikan padaku tadi pagi. Yang kudengar semoga saja benar. Bahwa teh ini bisa memberikan sedikit rasa penenang.

Hendak ku buka pintu kamarku, aku berhenti saat melihat Valion tengah menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan Valir.

Jangan menilai seseorang dari luarnya saja~

"Apakah sopan mengintip seperti itu?"

Aku sedikit terkejut dan keluar dari lamunan. Saat aku sadar, Valion sudah berada di hadapanku dengan wajah curiga padaku.
Baiklah, ini menyebalkan.

"Aku hanya ingin membantu adik kurang ajar mu itu. Ini, kau sendiri yang berikan padanya jika ia sudah siuman. Aku malas berurusan dengannya lagi. Aku tak ingin adik mu itu salah paham tentang sikap ku padanya." Ujarku panjang lebar sembari menyuguhkan secangkir teh yang ku buat.

Valion terdiam masih dengan ekspresi yang sama, curiga dan tak percaya dengan secangkir teh milikku.

"Apa kau akan terus menatapnya seperti itu?"

Valion mengambil cangkir teh dari tanganku dengan perlahan. Sembari beberapa kali melihat ke arah ku dan kembali ke arah cangkir teh.

"Ada apa dengan warnanya yang gelap ini? Kau mencampurkannya dengan racun?" Tanyanya.

Baiklah, mungkin aku tak salah jika mengeluarkan seluruh emosiku sekarang.

"Berikan itu padaku kak! Itu untuk ku. Milikku."

Suara yang nyaring dengan nada gembira membuat amarah ku lenyap begitu saja. Valir melompat dari kasur dan segera mengambil secangkir teh dari tangan Valion.
Aku masih belum menyangka ia tiba-tiba siuman dan tak berfikir apapun selain secangkir teh yang ku buat untuknya.
Valir tersenyum sembari menatapku. Tatapannya sangat membuatku tak nyaman. Aku memutarkan kedua bola mataku, menandakan aku tak tertarik dengan reaksinya.

Valir tak menghiraukan diriku. Sepertinya ia benar-benar sudah hilang akal. Valir dengan bersemangat mengambil tegukan. Baru sekali tegukan, Valir terdiam. Valion sudah melihatku dengan sinis dan curiga.

"Valir, berikan teh itu padaku!" Ujar Valion tegas pada Valir.

"Whoa! Ini teh yang sangat lezat. Nona, ini mengartikan kau memang cocok untuk menjadi..."

"Baiklah aku akan pergi. Karena tak ada lagi hal yang harus aku lakukan." Ujarku tak ingin Valir melanjutkan kata-katanya.

"Nona! Tunggu! Aku belum sepenuhnya pulih." Ujar Valir tiba-tiba meraih tanganku dan memelas.

Aku sungguh tak habis pikir dengan iblis satu ini.

"Berhenti bersikap seperti ini! Kau benar-benar membuat hal menjadi semakin merepotkan." Ujarku sembari menarik tanganku dan pergi.

"Minta kaka mu saja untuk menjagamu." Ujarku pergi.

Aku pergi ke dapur untuk membereskan beberapa peralatan yang ku pinjam dan belum ku taruh ke tempatnya semula.

My 5 Demons SweetheartWhere stories live. Discover now