Blind Date

1.6K 217 13
                                    

Tubuhku yang sudah lelah karena kejadian hari ini, terbaring di ranjang yang beralaskan sutra. Sangat nyaman dan membuat diriku tidur dalam sekejap.

"Athana~ Athana~ buka matamu, kau harus bangun dari kegilaan ini."

Suara berbisik yang sangat ku kenali. Aku pernah mendengarnya di suatu tempat.
Saat membuka mata, ku lihat perempuan yang entah mengapa sangat familiar. Aku terdiam sejenak sembari mengingat paras cantik dari wanita yang berada di hadapanku.

Wanita itu membawa bunga mawar yang tak lain adalah mawar dari mimpiku sebelumnya.

Aku sangat terkejut saat mengetahui hal tersebut.

"Kau...kau lagi...?"

"Mengapa kau sangat terkejut? Apa aku menakutkan untuk mu? Athana yang pemberani?" Ujarnya sembari tersenyum dan mengayunkan bunga mawarnya seakan itu adalah tongkat sihir.

"Mengapa kau datang di mimpi ku lagi? Apa tujuan mu? Aku bahkan tak mengenali dirimu."

"Tenangkan dirimu putri Athana, ini memang sulit untuk di cerna. Namun, kau akan mengerti pada waktunya." Ujarnya.

Kulit bias putih langsat dan bibir merah itu cukup membuatku sedikit merinding. Ditambah dengan senyuman yang selalu terlukis di bibirnya.

"Saat waktunya datang, kau akan tahu mengapa mereka membawamu kedalam dunia ini. Jangan berfikir ini hanya ketidak sengajaan, seperti apa yang di katakan iblis iblis itu. Kau pintar Athana, jangan lengah."

***

"Pagi gadis kecil, bagaimana tidurmu? Pasti sangat nyaman dibandingkan tidur di kastil Devon, bukankah begitu?" Tanya Rave menghampiri ku yang sedang menikmati teh pemberian Evon.

"Ya~ tak ada bedanya, karena ini tetap di dunia mu bukan duniaku. Semuanya terasa sama, membingungkan." Ujar ku yang menjawab Rave tanpa meliriknya. Tatapan ku kosong ke arah langit yang berwarna biru cerah.

"Aku kira ada yang aneh dengannya, apa kau menjadikannya bahan percobaan lagi?"

"Tentu tidak, aku hanya memberinya teh mint dengan bunga lavender di dalamnya. Kecemasan sangat menggangu jiwanya. Karena itu aku sedikit menambahkan juga Lisianthus agar pikirannya tidak kacau." Ujar Evon sembari mengambil beberapa bunga yang telah ia ambil dari taman belakang.

Semenjak terbangun, pikiranku benar benar kacau. Berfikir tentang wanita itu dan kata kata yang selalu terngiang-ngiang di telingaku.

Jangan berpikir ini hanya ketidak sengajaan, seperti apa yang dikatakan iblis-iblis itu.

Setiap kejadian pasti ada pemicu atau faktornya. Selama ini mengapa aku tak memikirkan hal seperti itu. Aku terlalu sibuk menjaga harga diri ku dan berfikir kekanak-kanakan.

"Apa aku harus memberikannya sedikit lebih banyak lagi dosis pemenang nya? Auranya sangat membuatku tak nyaman." Ujar Evon pada Rave yang sedari tadi berada di belakang ku.

"Hey gadis kecil, ayo kita berkeliling! Aku akan menemanimu. Bagaimana?" Tanya Rave.

Aku menengok ke arahnya.

Jika difikir, mengapa mereka menolong ku? Jika mereka benar-benar iblis dan tau aku manusia lemah, mengapa mereka tak membunuh ato bahkan memanfaatkan ku untuk kemauan mereka?

"Cukup dengan pikiran negatif mu itu!" Ujar Evon meraih tanganku dengan ekornya.

Aku terkejut mendapati prilakunya seperti itu. Evon menyipitkan matanya dan mengerutkan keningnya padaku.

"Menyebalkan, aku sudah berusaha agar tak terpengaruh auranya." Ujar Evon.

"Baiklah ayo kita kencan!" Ujar Rave dengan suara yang nyaring.

My 5 Demons SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang