Shadow~part2~

1.4K 217 14
                                    

"Kau tak mengerti. Mudah untuk kau sebagai manusia melimpahkan semua isi hati mu pada seseorang. Berbeda dengan ku. Aku penguasa dan aku orang yang dipandang tinggi oleh rakyat ku." Ujar Valion.

Nada dari kalimat yang ia katakan, seakan penuh dengan beban dan kesedihan. Aku membalikan badan ku menghadap padanya. Valion menundukkan kepalanya.

"Meskipun mereka seperti menghormati ku dan menyanjung ku dan bahkan memujaku, aku tetap merasa rendah pada diriku sendiri. Kau tahu, semakin terang cahaya di hadapanmu, akan semakin gelap bayangan yang ada di belakang mu." Ujar Valion sembari berbalik dan menghadapkan dirinya ke cermin.

Saat ku lihat dengan seksama cerminan itu. Seperti ada sosok diri Valion yang lain dengan tubuh hitam pekat yang seakan ingin mencekik lehernya.

"Kau mengerti sekarang? Aku melakukan semua itu agar aku nampak kuat. Walaupun, kenyataan berkata sebaliknya...bukankah, itu yang selalu di lakukan manusia?" Tanya Valion.

Aku mengerti sekarang. Walau, yang aku hadapi tidaklah separah ini. Aku harusnya bersyukur dan bersikap baik kepada Elson. Tapi, yang aku lakukan adalah menyembunyikan rasa terimakasih ku padanya. Dan terus berlaga kuat dan tangguh di hadapan semua orang. Sama seperti Valion saat ini.

Ia membutuhkan seseorang yang mengerti dirinya. Ia membutuhkan teman yang bisa selalu ada di sisinya. Ia harus bisa menerima kenyataan bahwa...

"Ini memalukan tapi..." Gumam ku merencanakan sesuatu.

Aku membulatkan tekad, walau apa yang aku katakan akan sangat memalukan bila aku ditolak mentah-mentah. Tapi, aku harus memberikan contoh padanya. Bahwa, setiap mahkluk membutuhkan satu sama lain untuk menjalani hidup.

"Valion...a-aku mengerti kita baru bertemu beberapa kali dan...ummmm~ a-aku tidak mengemis padamu untuk...percaya atau hal yang lainnya, jangan salah paham!" Ujarku yang mulai berbelit-belit dengan perkataan ku sendiri.

"Langsung pada intinya." Ujar Valion dingin.

"Ba-baiklah, a-aku bisa menjadi...menjadi...ka-kau tahu?"

Mengapa sangat susah untuk mengatakannya? Sial! Ayo katakan saja agar kau bisa cepat pergi.

"Pendengar yang baik...ja-jangan salah paham mengerti? Aku hanya kasihan padamu. Ta-tapi aku tulus mengatakannya. Huft*lagi pula kau membencinya, jadi lupakan saja. Aku akan berpamitan." Ujarku yang malu setengah mati.

Kurasa pipi ku terbakar. Entah mengapa mengatakan hal seperti ini sangat memalukan. Berbeda dengan Elson saat mengatakannya padaku. Ia sangat santai dan terlihat tulus sampai aku bisa mempercayainya. Perasaan ku saat Elson mengatakan dia bisa menjadi pendengar yang baik, membuat hati ku yang gusar saat itu menjadi tenang dan ringan. Bahkan, aku langsung menangis di hadapannya. Aku harap Valion sedikitnya merasakan hal yang sama.

"Sungguh bodoh mengatakan hal ini, tapi...aku hanya akan mempercayai mu satu kali." Ujar Valion tiba-tiba.

Aku mengangkat pandanganku terkejut dengan jawabannya.

Katakan ini bohong! Atau ini memang benar-benar asli ia baru saja mengatakannya? Semudah itu?

"O-o-oh ba-baiklah, i-itu terserah padamu. A-aku tidak memaksa mu mengerti? Jika kau setuju, ba-baiklah aku...sangat bersyukur." Ujarku salah tingkah. Namun, sebernarnya dalam hatiku aku bahagia bisa dapat diterima olehnya.

Tak ku sadari sepertinya aku tersenyum. Valion memalingkan pandangannya saat aku tersenyum. Ya, memang tak bisa di pungkiri bahwa Valion tetaplah orang yang menurutku sangat gengsi untuk memperlihatkan ekspresi selain wajah angkuhnya itu.

My 5 Demons SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang