💙35🍊

235 53 8
                                    

Sudah 3 minggu sejak Ryujin berasumsi bahwa Beomgyu memblokir line-nya. Ryujin tak berselera makan selama 2 minggu pula. Mungkin terdengar lebay, tapi memang itu lah yang dirasakan oleh Ryujin saat ini.

Ryujin memang sering mendengar dari teman-temannya, bahwa memang seperti itu lah pria. Setelah berhasil membuat para wanita baper, maka mereka akan pergi begitu saja. Entah untuk apa tujuannya.

Tetapi tetap saja ia tak menyangka bahwa dirinya juga akan merasakan hal seperti itu dalam hidupnya, terutama oleh lelaki seperti Choi Beomgyu. Memang benar bahwa Ryujin gampang akrab dengan setiap orang, maka dari itu Ryujin juga memang sudah pernah berpacaran sebelumnya. Namun, ia tak pernah berpacaran dengan sembarangan lelaki.


Semua mantan-mantannya adalah orang baik. Mereka pun juga selalu putus secara baik-baik. Tak pernah Ryujin ditinggal tanpa kabar tiba-tiba begitu saja, seperti saat ini. Terlebih lagi karena orang seperti Choi Beomgyu.




Ryujin tak pernah bisa menemuimu pria itu di sekolah. Entah hanya perasaan Ryujin saja atau bagaimana, Heeseung belakangan ini juga seperti terus-terusan menempel kepadanya. Di saat ia ingin pergi menemui Beomgyu, Heeseung seperti mengalihkan niatnya dan pergi mengajaknya ke tempat lain sebagai gantinya.

Pernah suatu saat ketika Ryujin ingin menghampiri Beomgyu yang tengah selesai berolahraga di lapangan, tiba-tiba saja Heeseung menariknya menjauh dari tempatnya. Sehingga saat ia berbalik ingin menghampiri Beomgyu lagi, pria itu sudah tak ada.



Namun, yang namanya Shin Ryujin. Mana bisa ia berpikiran yang buruk-buruk mengenai temannya sendiri. Mungkin saja Heeseung memang nyaman dan ingin berteman lebih dekat lagi saja dengannya kan ...?


Kembali ke masalah Beomgyu, sebenarnya Ryujin tak masalah jikalau memang Beomgyu sudah tidak nyaman lagi dengannya. Karena jika memang kenyataannya seperti itu, maka Ryujin akan tahu diri dan berusaha melupakan perasaannya pada Beomgyu.

Namun yang membuatnya bingung saat ini adalah, status Beomgyu tidak jelas. Ditambah lagi, bukan kah Ryujin juga masih harus 'menafkahi' dan mengurusi kucing-kucing mereka yang selama ini mereka rawat bersama itu?

Setidaknya Beomgyu harus bicara dengan dirinya agar semuanya jelas. Hanya itu yang Ryujin inginkan.






Dan di sinilah Ryujin berada saat ini. Di depan sebuah pintu rumah besar berwarna coklat yang sering ia datangi hingga sebulan yang lalu itu.

Ia menarik napasnya, kemudian membunyikan bel rumah itu. Tak perlu waktu lama hingga sesosok wanita yang familiar di mata Ryujin membukakan pintu untuknya.



"H-halo Tante, Beomgyunya ada?" sapa Ryujin kepada ibu Beomgyu itu.

"Eh, Si Cantik? Masuk dulu yuk. Beomgyunya masih les, dia nggak bilang ya?"


"Iya, dadakan juga sih, cuma kepengen mampir aja, Tan." ucap Ryujin dengan menampilkan senyum manisnya.

Ryujin masuk ke dalam kediaman itu mengekor ibunya Beomgyu. Keduanya duduk di sofa bersebelahan.

"Lama banget nggak main ke sini. Kemana aja, Ryujin?"

"Iya Tan. Ryujin belakangan banyak tugas kelompok, jadinya gitu deh hehehe." Ryujin menggaruk kepalanya canggung. Tentu saja ia berbohong.


Wanita tua itu tampak mengangguk-anggukkan kepalanya percaya.
"Udah hubungin Beomgyunya?"

"Itu ... Hp Ryujin ketinggalan, Tante." Bohong Ryujin lagi. "B-beomgyu masih lama ya?"

"Nggak tahu ya ... sebentar deh, Tante teleponin dulu. Biasanya sih udah kelar jam segini."

"Makasih, Tan!"




Wanita paruh baya itu pergi meninggalkan Ryujin sendirian di ruang tamu, tampak bertelepon di dalam kamarnya sana.

Hingga tak lama kemudian wanita setengah abad itu keluar dari kamarnya dan menghampiri Ryujin yang tengah duduk anteng di sofa dengan raut wajah tak enak.



"Aduh, Cantik ... si Beomgyu tiba-tiba nginep di rumah Jeongin katanya, nggak pulang ... Yah gimana dong Neng Cantiknya ..."

"O-oh, iya Tante? Y-yaudah nggak papa! Kalau gitu Ryujin pulang dulu deh Tante, tadi niatnya kesini cuma mau mampir ke Beomgyu doang kok, hehehe. Oh iya, Tan, kalau gitu Ryujin titip ini aja ke Beomgyu ya," Ryujin kemudian menyerahkan sebuah paper bag kepada Ibu Beomgyu itu.

Ibu Beomgyu menerima paper bag tersebut sambil mengangguk.

"Oke, nanti pas Beomgyu pulang Tante kasihin deh. Hati-hati dijalan ya, Cantik. Lewat luar aja jangan lewat belakang, gelap udah malem." pesan Ibu Beomgyu itu yang diiyakan oleh Ryujin.






Seperti yang sudah ia duga. Beomgyu benar-benar pandai dalam menghindarinya.



Ryujin tak mengindahkan pesan dari Ibu Beomgyu. Ia berjalan di jalan gelap yang memang lebih dekat menuju rumahnya.

Tanpa sadar air matanya menetes di sepanjang jalan gelap itu.




Ryujin hanya terus-terusan menundukkan kepalanya di sepanjang langkah kakinya. Ia sudah tak kuasa menahan tangisnya. Jalan gelap itu telah menjadi saksi bisu dari bingungnya perasaan Ryujin—





beserta saksi dari hancurnya perasaan seorang pemuda di belakangnya yang diam-diam mengantarkannya pulang.

blue orangeade ;c.beomgyu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang