💙18🍊

317 75 1
                                    

"Jadi kita mau kerja kelompok dimana nih?" suara Daehwi.

Beomgyu mengerjap berusaha mengembalikan kesadaran dirinya yang hampir saja hilang akibat terlalu mengantuk.

"Rumah gue, gimana?" tawar Minju.

"Yah, rumah lu mah kejauhan, Ju!" keluh Sumin, "Di rumah lu aja gimana, Hwi?"

Daehwi tampak berpikir sebelum mengangguk setuju, "Yaudah, kalau gitu. Pada setuju, kan?"

Minju dan Sumin kompak mengangguk. Berbeda dengan Beomgyu yang masih berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya kembali.

"Gyu? WOI BEOMGYU!!"

"APA??"

"Yeuu malah tidur! Hari ini pulang sekolah kerumah gue, setuju nggak?!" ujar Daehwi emosi.

"Rumah lo di mana?" tanya Beomgyu.

"Ck! Di jalan anggur, gimana?"

"Harus hari ini banget?"

"Nanggung elah, dikit lagi juga udah selesai nih, supaya besok udah kumpul. Makin cepat makin baik."

"Yaudah."


💙🍊💙🍊


Beomgyu melangkahkan kakinya malas sepulang sekolah. Jika biasanya begitu keluar gerbang ia belok ke arah kanan menuju rumahnya, kali ini ia berbelok ke arah kiri menuju rumah Daehwi.

Ia sendirian, karena ketiga teman sekelmpoknya itu sudah terlebih dahulu pergi sementara ia menyelesaikan jadwal piketnya menyapu kelas.



Ia sesekali mengecek Hp-nya, memastikan bahwa jalan yang ia tuju benar, sesuai dengan lokasi yang Daehwi kirimkan kepadanya.

Hingga saat Beomgyu menyusuri sebuah blok, Ia melihat sosok yang familiar di ujung jalan sana.

Sosok berambut hitam sebahu dengan tas kuning terang di punggunya yang kontras dengan warna coklat sweaternya.

Siapa lagi kalau bukan Shin Ryujin.



Beomgyu memang tahu bahwa rumah Ryujin berada di arah sini, karena saat setiap pulang sekolah Beomgyu melihat arah keluar mereka yang berlawanan. Beomgyu belok kanan, sementara gadis itu belok kiri. Namun, Beomgyu tak pernah tahu bahwa rumah Ryujin juga berada di blok ini.


Beomgyu mempercepat langkahnya, berusaha mennyusul gadis yang sudah berada di ujung jalan itu. Namun baru saja saat Beomgyu hendak berlari menyusulnya, tiba-tiba gadis itu berbelok ke arah sebuah bangunan lawas yang tampak terbengkalai dan belum selesai.



Untuk apa Ryujin ke sana?




Beomgyu pun berlari hingga ke depan bangunan usang itu. Lumut, rumput-rumput tinggi, serta coretan-coretan cat memenuhi tembok luar bangunan itu. Firasat Beomgyu tidak enak. Maka ia pun segera melangkahkan kakinya memasuki bangunan itu dan menyusuri setiap celah di tempat itu untuk mencari Ryujin.

Beomgyu menaiki sebuah tangga yang menuju ke lantai dua, dan menemukan orang yang dicarinya, tengah duduk di sana dan memberi makan 2 kucing kecil, yang satu berwarna hitam, dan yang satu lagi berwarna putih.


Suara langkah kaki Beomgyu membuat Ryujin sontak menoleh ke arahnya dan terkejut, "Loh? Beomgyu? Lo ngapain di sini?"



Pertanyaan itu lagi. Pertanyaan yang bahkan Beomgyu sendiri tak bisa menjawabnya. Sebenarnya apa yang ia lakukan saat ini?

Ia hanya mengikuti nalurinya. Ia melihat Ryujin, dan entah bagaimana nalurinya menyuruhnya untuk mengikuti gadis itu. Namun tak ada alasan yang tepat untuk menjelaskan mengapa nalurinya menyuruhnya untuk mengikuti Ryujin, seperti saat ini, dan saat di aula seminggu yang lalu.




"Gue liat lo kesini. Lagian lo juga ngapain sih ke tempat terbengkalai begini? Bikin orang mikir yang nggak-nggak tau nggak, Ryu?"

"Hm? Enggak-enggak gimana?"

"Ya ... lo anak sekolahan, masuk ke tempat kayak gini, keliatannya kayak mau aneh-aneh."

"Aneh-aneh?"

"Lupain aja deh," Beomgyu menyerah menjelaskan pada Ryujin, beralih berjongkok di samping gadis itu dan menatap kedua kucing yang sedang makan sosis dari tangan Ryujin.



Beomgyu tampak membuka ponselnya sebentar dan mengetikkan sesuatu di sana sebelum menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana.

"Lo sering kesini?" tanya Beomgyu.

"Yup. Senin sampai jum'at, sehari dua kali."

"Kapan aja?"

"Pagi sebelum berangkat sekolah, sama sekarang ini, pulang sekolah."



Beomgyu menyadari satu hal, "Jadi lo selama ini sering telat karena ini?"

"Oh? Lo tau gue sering telat? Hahaha."

"Siapa yang nggak kenal? Orang tiap upacara lo pasti maju."

"Hehehehe ..."

"Kenapa nggak pelihara di rumah aja?" tanya Beomgyu lagi.

"Nggak bisa, nyokap gue alergi bulu kucing. Padahal kalau bisa udah gue bawa pulang dari kapan."

Beomgyu mengangguk-angguk.
"Induknya ke mana?"

Mendengar pertanyaan Beomgyu, raut wajah Ryujin sedikit turun, "Kata bapak rumah depan, induknya mati diracunin orang karena sering ketangkepan ngambil ikan di rumahnya. Jahat, jahat banget. Nggak punya hati."

Ryujin mengusap air matanya yang sedikit keluar akibat emosional. Beomgyu hanya menatap gadis itu dalam, sesuka itu rupanya Ryujin pada kucing. Beomgyu pun menggerakkan tangannya untuk mengelus kucing-kucing kecil yang kelaparan itu, hingga sebuah ide terlintas di otaknya.




"Ryu," panggil Beomgyu. Ryujin menoleh ke arahnya.




"Kalau gue yang rawat kucing ini, boleh?"



💙🍊beberapa saat yang lalu💙🍊




Beomgyu mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Daehwi di sana.



beomgyu : hwi

daehwi : oi

daehwi : lama bgt sih lu?! jgn bilang nyesat y?!!

beomgyu : gue nggak jadi dateng

daehwi : lo kok seenaknya gitu sih gyu?

daehwi : mentang mentang tugasnya tinggal sedikit lo jadi bisa seenaknya gitu?

daehwi : lo pikir lo siapa sih?

beomgyu : [kirim screenshot menu starb*cks]

beomgyu : tanyain minju sama sumin juga mau rasa apa



daehwi : yaampuunnn kenapa repot repot gyuuu gue sama sumin caramel macchiato, minju vanilla latte gulanya sedikit aja. makasihh💞💞💞

blue orangeade ;c.beomgyu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang