"Hah? Kita nginep di kapal ini?" tanyaku terkejut. Aku kira nanti tengah malem kapal ini bakalan menepi.

"Besok siang baru kita pulang."

Huh. Aku menghela nafas gusar. Tidak, aku bukannya tidak suka. Di sini justru seru dan meriah sekali acaranya. Semakin malem, semakin mengglegar acaranya.

Tapi aku cuma takut kalo Alya atau terutama Arumi, mencariku tiba-tiba. Kan gawat.

"Kita cari di toko ini dulu ya," ajak pak Linggar memasuki sebuah toko baju bermerek yang ada di kapal ini.

Gileeee baru nyadar ternyata ga cuma ada kolam renang dan bar aja. Toko-toko pakaian, perhiasan, bahkan cafe ada semua lengkap di sini.

Ini kapal atau kota terpencil anjim.

Aku memutari seisi toko. Pak Linggar buntutin aku di belakang.

Tak perlu lama-lama sekedar nyari baju untuk tidur, aku pun menunjukan atasan dan bawahan ke pak Linggar.

"Pak saya mau baju ini."

Pak Linggar bergeming menatap baju dan celana yang aku bawa

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Pak Linggar bergeming menatap baju dan celana yang aku bawa.

"Kenapa pak?"

Dia tiba-tiba menggaruk pangkal hidungnya lalu bertanya, "Kamu yakin mau pakai itu?"

Aku mengangguk yakin. Tentu saja.

"Kita nanti tidurnya sekamar, kamu yakin?"

"Apa?! Ki-kita bakal sekamar?"

Pak Linggar kembali menggaruk pangkal hidungnya. Aku yakin itu bukan karna gatel! Pasti pak Linggar kikuk sekarang.

Aku jadi ikutan kikuk. Rada gamang juga. Ingin menolak satu kamar karna sadar diri, pak Linggar tetep dosenku. Tapi di sisi lain pasti kamar sesuai jatah undangan.

Lah gue? Nerima undangan mas Dewa dan mba Berlin aja kagak!

"Engg... Yaudah entar saya tidur di atap kapal aja pak--"

"Ga usah aneh-aneh Rheta," sela pak Linggar dengan raut tak sukanya.

Aku meringis. "Terus mau gimana? Daripada saya nyemplung ke laut? Mending tidur di atas kapal lah!"

"Kamu tetap sekamar sama saya."

"Tapinya..."

"Saya tidak keberatan."

"Tapi saya yang sungkan!" sewotku langsung. Sangking tak abis pikir dengan orang yang satu ini.

Aku percaya dia ga bakal jahat sama aku, tapi kan tetep aja ya... Gila namanya kalo aku sekamar sama dosen sendiri. Mending kalo diantara kita ada status spesial. Kaya misal pacar gitu.

Ish. Aku jadi merutuk dalam hati.

"Saat ini kita bukan di kampus. Saya bukan dosen kamu. Jadi kamu ga perlu sungkan oke?" kata pak Linggar berusaha menyakinkanku.

Pak Linggarजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें