25. malam berbintang

ابدأ من البداية
                                    

Aku mendongak menatapnya.

"Bapak ga malu bawa saya?"

Dia lantas tersenyum. Adem banget sumpah. Hiks. Makin mau nangis bawaanya!!

"Kenapa harus malu?"

"Saya belum make up pak! Mbladus banget ini muka!"

Pak Linggar malah terkekeh.

"Cantik kok," katanya memuji.

Aku mendengus seraya membuang muka. Di mata dia semua cewek kayanya dibilang cantik deh. Orang dia orangnya baik banget. Mana mau nyakitiin hati cewek dengan bilang 'kamu ga cantik'.

"Kita masih ada waktu kalo kamu mau ambil alat makeup. Nanti biar makeup nya di mobil kalo kamu mau."

Mataku berubah berbinar. Kenapa baru kepikiran sih.

"Bapak tunggu sebentar oke?"

Pak Linggar hanya mengangguk dan tersenyum ke arahku. Aku tinggalkan dia di ruang tamu, lari ke kamar untuk ambil alat makeup. Sesuai saran pak Linggar tadi.

Selesai itu aku lari lagi ke bawah menghampiri pak Linggar yang setia menungguku.

"Hayuk pak!"

Pak Linggar menghampiriku lalu tiba-tiba tangannya melingkar di pinggangku.

"Ga usah lari-lari lagi."

Aku tidak protes. Terlalu sibuk ngatur napas dan menormalkan jantungku yang berpacu sangat hebat. Entah karena habis lari-larian atau karena tangan sialan bapak Linggar ini?!

Bangsul.

***

Akhirnya sampe juga!!!

Aku membuang nafa lega. Memejamkan mata sambil mendongak ke langit, meresapi angin laut malam yang berhembus kencang.

Saat ini aku dan pak Linggar sudah naik ke kapal pesiar yang super mewah. Ga tau ini milik pribadi temennya pak Linggar atau nyewa. Tapi ya sama aja, sama-sama mahal!

Aku orang kaya tapi aku bukan termasuk anak manja yang tukang buang-buang uang Papah. Jadi melihat keadaan gini, jiwa norakku tetep muncul.

"Acaranya baru dimulai nanti pukul 8."

Aku mendelik tajam ke arah pak Linggar.

"Kenapa ga bilang dari awal? Kan jadinya saya ga frustasi duluan."

Pak Linggar hanya terseyum lalu menarikku pelan menuju salah satu sofa yang menghadap langsung ke laut lepas.

"Perjalanan menuju sini jauh Rheta. Memang kamu mau kita tertinggal?"

Aku menggeleng cepat-cepat. Ini kesempatan emas! Jangan sampe dilewatin.

"Kenapa kamu keliatan senang sekali saya ajak kemari?"

Aku menyengir. Lalu menaik turunkan kedua alisku. "Banyak om-om ganteng plus kaya, di sini Pak," bisikku terkekeh renyah.

Sumpah. Kalo sampe Arumi dan Alya ikut ke sini juga, pasti pulangnya mereka bakal traktir aku 7 hari 7 malem tuh! Sungkem sama aku seharian, bilang makasih.

Haha. Ga kebayang mereka mau jadi kacung-kacungku secara mendadak.

Aku bangun dari lamunanku. Saat melirik pak Linggar, ternyata dia sedang menatap laut lepas.

"Pak?" aku coba menyentuh lengan bisepnya. Tapi pak Linggar bergeming.

Aku mulai was-was. Rahangnya nampak mengeras.

Pak Linggarحيث تعيش القصص. اكتشف الآن