VII

389 38 13
                                    

.

"Aku tidak tau, antara mereka yang bodoh tau kita yang terlalu licin. Bagaimana bisa penjagaan disini begitu mudah di tembus?" Ucap Mingyu, pemuda itu tengah menempelkan bom pipih sebesar telapak tangan bayi. Mulutnya sedari tadi tidak berhenti berdecak kagum dengan karya Yoonji itu.

Beruntung mereka dapat masuk dengan mudah karena memiliki mantan orang dalam, sebelum kemari mereka telah di bekali berbagai peringatan oleh ke 4 gadis itu, belum lagi semua alat penyamaran yang di berikan Yoonji pada mereka. Meski begitu bukan berarti mereka boleh berleha-leha, mereka tetap harus merasa waspada dengan segala kemungkinan-kemungkinan kecil yang bisa saja terjadi.

"Gadis itu manis tapi sangat berbahaya." Ucapnya entah yang kebetapa kali.

Sedangkan Eunwoo, pemuda itu juga sering kali berdecak sebab mulut Mingyu yang tidak bisa diam. "Cepatlah, apa kau tidak merasa ada yang aneh disini? Ini terlalu mudah untuk penjahat kelas mereka." Ucapnya. Tangannya tanpa henti mengetik keyboard di depannya.

"Semua info sudah ku kirim. Bagaimana dengan bomnya?" Tanyanya kemudian.

"Aman, begitu di pasang bom ini tidak akan bisa di jinakkan. Sungguh hebat, lain kali aku akan belajar padanya."

"Bagus, sebaiknya kita segera pergi dari sini. Firasatku mulai tidak enak."

Dua pemuda itu berjalan keluar dari ruangan tadi. Berjalan senormal mungkin supaya tidak ada yang mencurigai mereka. Menghela nafas ketika mereka berhasil keluar dari ruangan.

"Hei kalian berdua, boss memanggil, cepat berkumpul sebelum kepalamu meletus."

Mingyu dan Eunwoo saling berpandangan. Lalu berjalan mengikuti seorang yang memanggil mereka tadi. Memasuki ruangan besar seperti arena bertarung, mereka lalu di bariskan menghadap semacam podium dengan kursi di atasnya. Diam-diam Eunwoo menghidupkan sebuah alat yang di berikan Yoonji, alat komunikasi yang tidak akan terlacak oleh pendeteksi maupun di hack. Alat itu akan langsung tersambung ke komputer Yoonji.

Mata mereka terus awas kedepan begitu seorang pria dengan rambut perak memasuki aula itu. Mata keduanya kembali saling melirik. Yakin bahwa pria itulah yang menjadi target utama mereka, apalagi saat pria itu duduk di kursi yang ada di tengah podium.

Mata pria tua itu mengamati tiap baris anak buahnya. Ditangannya terdapat cerutu yang mengepulkan asap. Eunwoo mendengus yakin bahwa yang disesap pria itu bukan tembakau biasa, melainkan ganja. Terlihat dari mata sayu pria tua itu.

"Ada tikus kecil yang mencoba masuk ke wilayah kita." Ungkapnya sebagai pembuka. Ucapannya santai, sebelah tangannya melempar sebuah bom asap milik Seojin kedepan bawahannya.

"Aku tidak tau antara kalian yang bodoh, atau para tikus itu yang terlalu licin. Aku tidak mau tau, temukan mereka atau kepala kalian yang akan berlubang." Ucapnya kemudian. Mata pria tua itu sempat melirik kearah Mingyu dan Eunwoo sejenak sebelum berbisik pada tangan kanannya dan berlalu pergi.

Sekali lagi, Eunwoo menyentuh pergelangan tangannya, mengirimkan signal kepada rekannya di markas. Sungguh tidak enak perasaannya saat ini. Mungkin saja penyamaran mereka sudah terbongkar.

"Anjing itu lumayan pandai." Ucap Mingyu.

"Jika dia bodoh, tidak mungkin dia menjadi pimpinan." Eunwoo mendengus. "Persiapkan dirimu, mungkin setelah ini kita akan bertarung." Ucapnya lagi.

Matanya mengedar ke sekeliling lorong. Beberapa penjaga menatap mereka dengan pandangan berbeda. Sesaat kemudian beberapa orang menghadang Jalan mereka.

"Kenapa kalian berada disini? Bukankah boss menyuruh untuk mencari penyusup?" Mingyu berucap dengan tenang.

"Kami sudah menemukannya." Ujar salah satu penjaga.

Rotten |KookV::GSWhere stories live. Discover now