VI

345 45 13
                                    

.

Jungkook mengetukkan jarinya di meja oval ruangan itu. Matanya mengelilingi ruangan dengan tatapan gelisah. Beberapa kali akan menengok ke arah pintu.

Ya, kini mereka sedang berada di ruangan yang cukup luas, terdapat meja oval besar yang berada di tengah ruangan dengan kursi yang mengelilingi meja itu. Ketukan jari di meja berganti dengan ketukan Pulpen. Jungkook membuat ketukan yang berirama namun juga berisik di ruangan yang sepi itu.

"Bisakah kau tenang?" Namjoon yang tepat berada di sebelahnya.

"Aku gugup Hyung! Kemarin ayah memarahiku di telfon." Jungkook mengeluh.

"Itu salahmu karena menjadi anak yang tidak patuh." Jimin turut mencibir Jungkook. Membuatnya mendapat lirikan tajam dari pemuda yang tengah gelisah itu.

Pintu ruangan itu terbuka menampilkan seorang pria paruh baya yang tetap gagah pada usianya, 1 orang gadis berwajah datar dan 2 orang pemuda tinggi.

Mata ke-empat gadis itu terbelalak setelah mengenali siapa pria paruh baya itu. Jeon Yo, siapa yang tidak mengenal pria itu. Agen Hunter yang selalu memburu para penjahat seperti ayah Taera. Mereka lalu bersama-sama mengalihkan pandangan ketika pria itu menatap pada mereka.

Pria paruh baya itu lalu mengalihkan perhatiannya pada seorang pemuda yang sedari tadi duduk gelisah di kursinya. Menghampiri pemuda itu lalu memberikan jitakan pada puncak kepala itu sampai berbunyi 'pletak' cukup keras.

"Dasar anak durhaka! Berani-beraninya meminta bantuan setelah melepaskan tanggung jawab! Bahkan kau tidak datang mengunjungi ayahmu sendiri selama 3 tahun ini?! Haishhh! Benar-benar kurang ajar!" Seakan tidak cukup hanya dengan jitakan pria itu juga menjewer telinga anak sulungnya itu.

"Yak! Ayah. Sakit! kau selalu melakukan kekerasan. Terhadap ku!" Jungkook memukuli tangan ayahnya yang berada di kupingnya. Kini bukan hanya kupingnya yang memerah tapi juga wajahnya. Sebab semua yang berada di ruangan itu menahan tawa mereka.

"Itu karena kau selalu mangkir dari tugas yang ayah berikan kak!" Gadis yang ikut bersama ayahnya itu menyahuti. Wajahnya terlihat puas dengan raut kesakitan yang ditunjukan oleh kakaknya itu.

"Diam kau Wonu!" Jungkook menggertak Wonu adiknya yang kini menampilkan senyum miring di wajah cantiknya.

"Yang di katakan adikmu benar Jeon!" Pria paruh baya itu menatap anaknya remeh.

Jungkook menggeram jengkel. "Ayah selalu begitu. Wonu tidak pernah ayah marahi, tapi aku selalu ayah jewer! Aku mengerjakan tugasku tepat waktu kok! Aku selalu mengirimkannya lewat Eunwoo dan Mingyu. Benarkan?" Tanya Jungkook pada Dua pemuda yang sedari menutup mulutnya supaya tidak tertawa. Tapi seketika terhenyak sebab pertanyaan yang Jungkook lepar ke pada mereka. Mau tak mau pemuda itu mengangguk karena yang dikatakan Jungkook benar. Jungkook tersenyum puas. "Kalau masih tidak percaya tanya pada hyung-hyung ku." Ucap Jungkook lagi.

Kali ini melempar senyum miring untuk ke-tiga hyungnya. Jeon Yo mengalihkan pandangannya pada Namjoon,Hoseok dan Jimin. Yang seketika memasang wajah tegang.

"Ah, iya aku lupa anak nakal ini punya komplotan. Kalian tau? Aku kerepotan sebab ayah kalian yang selalu mengeluh pada ku?" Pria jeon itu tersenyum manis. Tapi Namjoon dan yang lainnya tau di balik senyum itu ada hukuman yang menunggu.

"Maafkan kami paman." Ucap Hoseok.

Pria Jeon itu mengangguk ringan sebagai balasan. Namun tidak dapat membuat ketiga pemuda itu bernafas lega. Jeon Yo menghampiri kursinya diikuti oleh Wonu, Mingyu dan Eunwoo.

"Jadi apa yang terjadi sampai kalian membutuhkan bantuan ayah? Lalu bukankah kalian ini bawahan dari Stave Michael? Kalian datang untuk menyerahkan diri?" Ucapnya sembari menatap lekat pada keempat gadis yang sedari tadi menyimak perdebatan ayah dan anak itu.

Rotten |KookV::GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang