V

334 43 10
                                    

.

Jungkook terduduk dengan kepala yang tersembunyi dikedua lututnya. Bahunya bergetar hebat karena berusaha menyembunyikan Isak tangisnya. Mengabaikan baju serta tangannya yang berlumuran darah.

Bahkan bujukkan dari teman-temannya hanya di anggap angin lalu saja olehnya. Tubuhnya tidak ingin beranjak dari tempatnya meski kakinya begitu kram karena terlalu lama berjongkok.

"Jung, ayo obati lukamu." Jungkook mendongak menampilkan wajah sembabnya. Matanya lalu mengitar menatap semua orang yang ada di sana. Mereka sudah di obati. Banyak plester dan perban di tubuh mereka. Jungkook mengangguk lalu bangkit dari duduknya.

Seojin mulai membersihkan luka-luka Jungkook dengan alkohol. Gadis itu nampak fokus dengan perkerjaannya meskipun begitu tangannya masih nampak bergetar.

"Terimakasih."

Jungkook mendongak mendengar gumaman dari Seojin. Mengerutkan keningnya tidak paham atas ucapan Seojin.

"Terimakasih sudah menyelamatkan adikku." Seojin menatap mata Jungkook dengan matanya yang berkaca-kaca.

Jungkook mengalihkan pandangannya. " Sebenarnya siapa mereka? Kenapa mereka mengejar kalian? Apa yang mereka inginkan?" Jungkook melontarkan pertanyaan bertubi-tubi. Namun matanya enggan menatap langsung gadis itu.

Seojin selesai dengan perbannya di lengan atas Jungkook. Gadis itu kembali mengemas peralatannya tadi.

Jungkook yang tidak mendapat jawaban dari keempat gadis itu akhirnya menatapi mereka satu persatu. "Katakan agar kami bisa membantu kalian." Ujar Jungkook lagi.

Hening. Tak ada yang membuka suara.

"Sebenarnya…" Byanca membuka suara.

"Byanca!!" Ren mencegah Byanca untuk mengungkapkan apapun pada pemuda-pemuda itu.

"Katakan." Hoseok yang sedari tadi diam pun kini buka suara.

"Tidak akan!" Ren dengan cepat menyahutinya. "Kalian tidak perlu ikut campur. Ini urusan kami!"

Namjoon mendengus. "Urusan kalian. Tidak perlu ikut campur? Bahkan saat kami sudah membantu dan terjun sejauh ini?"

"Kami tidak meminta_"

"Berhenti. Ku mohon," Seojin memitong ucapan Ren. "Ren, kita sedang terdesak. Kita butuh bantuan kita berempat tidak akan cukup untuk membalas mereka. Lagi pula yang di katakan Namjoon benar mereka sudah terlalu jauh terseret oleh kita. Mereka juga pasti bisa membebaskan Taera dari ayahnya." Seojin berucap lirih. Air mata yang sedari tadi ditahannya kini kembali turun.  Ren membuang pandangannya.

"Jadi ceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Aku berjanji akan membantu kalian. Tolong percayalah." Jimin berkata.

Yoonji menghela nafas sebentar, mempersiapkan diri untuk membuka segala rahasia yang mereka simpan.

"Kami adalah buronan ayah Taera. Ayahnya adalah seorang gembong pembunuh bayaran, dia tidak segan-segan membunuh siapa pun yang menentangnya. Bahkan ibu Taera, adiknya dan sahabatnya sendiri. Kami adalah korban dari keserakahannya. Aku dan Seojin diculik sewaktu umur kami masih 16 tahun. Dibawa di tempat terpencil di Jepang, markas utama ayah Taera. Kami dididik sesuai dengan kebutuhan mereka. Seojin, dia seorang peramu dan dokter. Aku memegang peranan sebagai otak dan pelacak. Ren sebagai sniper, Byanca sebagai fighter dan Taera sendiri harus bisa mengendalikan semuanya. Kami muak dengan semua yang kami jalani. Ini sangat bertentangan dengan apa yang hati kami inginkan. Puncaknya, saat terjadi pemberontakan yang di lakukan oleh ibu Taera, ayah Ren, dan orang tua Byanca. Orang itu membunuh mereka semua di hadapan kami. Memaksa kami untuk melihat kekejiannya. Dia_"

Rotten |KookV::GSWhere stories live. Discover now