24. dapat(kan) ijin papah

Start from the beginning
                                    

Dalam hati waktu sambil ngetik, ngerasa aneh banget sama nama itu. Bukan apa-apa. Tapi nama jadul banget gitu lho. Hem.

Mataku membulat seketika menemukan akun yang aku cari-cari.

"Ketemu?!"

Aku membaca baik-baik mulai dari username nya lanjut bio yang tertara.

"Sang awan?" Aku terkekeh sendiri.

"Aneh banget ni orang."

Lalu aku beralih ke postingannya. Akunnya tidak diprivate sehingga memudahkanku beraksi. Ahai.

Tidak banyak yang pak Linggar posting. Cuma 3 foto itupun buka mukanya dia semua! Tapi ada satu foto yang sukses menarik perhatianku.

"SMA 11?"

Aku membaca captionnya. "The good time."

Sontak kedua alisku menekuk, berfikir keras, menerka-nerka.

"Pak Linggar alumni sana juga?"

Baru saja aku mau penelusuran lebih jauh, tapi sopir pribadiku keburu dateng. Dia menghampiriku lalu menunduk.

"Siang Nona maaf sudah membuat anda menunggu."

Aku bergegas bangun. Tak masalah jika harus menunggu.

"Gapapa pak yang penting selamat sampe sini. Ayo."

Kemudian aku jalan di depannya. Beliau mengikuti sampai di mobil lalu membukakan pintu untukku.

Di mobil aku ga minat buka hp lagi. Tertepa dinginnya ac membuatku ngantuk. Aku menguap.

"Pak nanti pas sampai rumah tolong bangunin saya ya."

Pak supir mengangguk patuh. "Siap Non."

***

Aku turun dari mobilku, memasuki rumah. Tapi bukan Mamah yang menyambutku melainkam keheningan.

"Di mana Mamah, Bi?" tanyaku pada salah satu maid yang kebetulan lewat.

Dia menunduk hormat, "nyonya sedang ada arisan bulanan, non. Baru pulang nanti malam jam 8."

Bukannya kecewa, aku justru tersenyum lebar. Uye uye. Kalo Mamah pergi, tandanya aku bebas bisa minta jemput pak Linggar di sini. Ga perlu boong-boong an lagi.

"Mantapp."

"Nona tidak apa? Apa Nona butuh sesuatu?"

"Ah ga perlu," tolakku langsung. "Aku mau ke kamar dulu Bi."

"Silahkan Nona."

Selesai itu aku ngacir ke lantai dua di mana letak kamarku. Di kamar aku membuang asal tas ke kasur lalu aku beralih menuju closet.

Bukannya bersih-bersih dulu habis ngampus, aku malah sibuk milih pakaian apa yang cocok untuk nanti malam. Iya. Acara resepsi pernikahan temennya pak Linggar.

Btw aku belum tau tema acaranya. Pak Linggar dari kemarin belom ngomongin soal itu. Mungkin kelupaan. Maklum udah om-om soalnya. Haha!

Aku keluar lagi dari closet, mengambil hpku yang ada di dalam tas lalu mencari nomer pak Linggar. Aku menelponnya.

Huah. Nekat ga tuh??

"Halo Rheta?"

Aku tersenyum lebar mendengar suara berat itu.

"Pak nanti malem tema acaranya apa ya? Saya perlu nyesuain biar ga kaya badut sendiri ntar di sana."

Pak Linggar terkekeh. "Saya belum kasih tau ya?"

"Belom lah, makanya ini saya tanya. Inisiatif kan, saya pak. Dapet nilai tambahan dongg di matkul bapak..." candaku yang justru dibalas mencengangkan olehnya.

"Dapet. Tenang aja."

"Eh seriusan pak?!"

"Bercanda. Haha!"

"Rese ih. Kualat sama murid sendiri baru tau rasa deh," gerutuku karena bisa-bisanya kemakan bualan pak Linggar.

"Udah buruan kasih tau temanya apa pak?" Kataku lagi, galak. Dia masih terkekeh aja di sana.

"Acaranya di kapal, dreescode nya putih."

"Oke." Aku manggut-manggut. Batinku, bukan pesta biasa nih. Pasti hedun.

Jiwa-jiwa halu wattpad gue terpanggil cong!

"Jangan cantik-cantik ya Rheta. Nanti saya kerepotan jagainnya."

Aku tertawa geli mendengar ucapan konyol itu.

"Resiko bapak bawa saya lah... Saya pake oblongan aja cantik apalagi nanti pake drees."

"Yah..."

Lagi-lagi aku tertawa mendengar nada kekanak-kanakan itu.

"Udah dulu ya pak? Saya butuh waktu yang lama nih buat dandan. Pasti di sana banyak bos-bos muda juga kan? Saya harus dandan maksimal--"

"Rheta."

Bukannya takut akan panggilan dingin itu, aku justru tergelak. Apa pak Linggar cemburu? Amin!

[🙈]

Aku geli sendiri banyangin nya. Tapi gapapa kan ngarep sedikit mah.

Dia terdiam tapi belum ada niatan ingin memutus sambungan telponnya lebih dulu.

Ekhm. Aku jadi berdeham kikuk. Dia diem doang masa aku ketawa-ketawa.

"Udah oke kan pak?" tanyaku memecah keheningan. "Apa ada yang lain lagi?"

"Cukup."

"O-oke. Saya tutup kalo gitu ya."

"Iya."

"See you pak."

"See you."

Pip.

Bukan aku yang matiin panggilan. Tapi pak Linggar! What?! Gimana ga mendadak linglung coba.

"Gue emang ada salah bicara ya?"

Ting.

Aku menunduk, melihat satu chat dari pak Linggar.

Unknown:
| Saya sudah ijin papah kamu buat ajak anaknya seharian pergi

| Jangan lelah dalam berdandan Chéri;)

Mataku melotot seketika. Bukan karena lupa harus ijin tidak akan pulang semaleman tapi karena--

"Papah mulai sekongkol juga sama pak Linggar?!"

-----------

deketin dulu ortunya, baru anaknya

Itu jurus paling ampus sih menurutku😂✊

.

tadi sempet kepencet publish padahal blom kelar ngetiknya. buru2 aku klik unpublish lagi 🙂

.

OHIYA! kalian pada nunggu pas Rheta pergi sama Pak Linggar ya 🙉😂

aku tuh mau ngetik itu sumpah, di chapter ini, tapi kok malah ke panjangan jadinya...

jadi aku lanjut di next chapter yah
😙😙

Semoga suka !!

--------------

Pak LinggarWhere stories live. Discover now