Anak Kecil di Pinggir Pantai #2

Mulai dari awal
                                    

"Iya." Deri memeluk potongan kayu dengan erat.

Cukup lama Deri terombang-ombing di tengah lautan. Namun sebuah ombak besar datang, menghantam tubuh kecilnya. Hingga pegangannya terlepas dan menghilang tersapu ombak.

______

"Udah, Hen. Keluarin aja," ucapku saat membuka mata. Hendra pun tersadar dengan tubuh yang terlihat lemas.

"Oh, begitu caranya. Kenapa gak daritadi aja disadarin," keluh Wildan.

"Tau dah! Lama bener si Amir," sahut Hendra kesal, dengan suara lemah.

"Maafkeun, abisnya penasaran sama flashback dia," balasku.

"Ini anak kayanya korban kecelakaan kapal ya, Mir?" tanya Hendra.

"Iya, Hen."

"Gw sempet ngerasa engap banget soalnya, berasa tenggelem."

Kulihat Deri masih berdiri di dekat Hendra. Di sampingnya ada Mang Genta.

"Dia nungguin ayahnya," ucapku.

"Oalah, pantesan daritadi manggil ayah mulu," balas Wildan.

"Emang ayahnya ke mana, Mir?" tanya Hendra.

"Gw sempet liat sekilas doang. Abis itu gak tau ke mana. Entah selamat atau ikut meninggal. Coba lu tanya Mang Genta aja."

Hendra menutup matanya. "Kata Mang Genta, ayahnya udah meninggal," ucapnya saat membuka mata.

"Nah, terus gimana? Jangan bilang gw disuruh nyari ayahnya." Kutatap Mang Genta, ia malah tersenyum lalu menganggukan kepala. "Ah beneran ternyata."

"Beneran apa?" tanya Wildan.

"Gw disuruh nyari ayahnya."

"Ya, tinggal cari, Mir."

"Lu pikir alam mereka itu kecil? Guedeeee banget! Gimana cara nyarinya?"

"Ya, jangan tanya gw, Mir. Kan lu yang disuruh."

"Hen, Mang Genta aja suruh nyari gitu."

Hendra terdiam sebentar. "Dia juga gak tau, Mir."

"Ah, elah. Terus gw musti gimana?"

"Ya, mana gw tau."

_________

"Coba kamu tanya ke penjaga-penjagamu. Siapa tau ayah anak ini terjebak di Kerajaan laut. Saya tidak bisa ke sana," ucap Mang Genta.

"Siapa yang bisa ke sana?" tanyaku melalui batin.

"Kamu tanya saja satu persatu."

Aku berkonsentrasi penuh. Memanggil si Tebo yang sedang nangkring di atas pohon.

"Ada apa, Mir?" tanya Si Tebo.

"Bisa cariin ayah anak ini?"

Si Tebo menatap Deri cukup lama. "Susah, Mir. Ayahnya terjebak di sana." Ia menunjuk ke arah laut.

"Apa kamu tidak bisa membawanya ke mari?"

"Saya tidak mungkin diizinkan masuk."

"Oh, baiklah!"

Si Tebo pun menghilang. Kini gantian si Hitam yang muncul di hadapanku.

"Kenapa, Mir?" tanyanya.

"Bisa bantu bawa ayah anak ini?"

Si Hitam menghilang beberapa menit. "Saya tidak diizinkan membawanya," ucapnya saat kembali.

"Berarti kamu sudah bertemu dengan ayahnya?"

"Sudah. Dia memang ada di sana. Tapi sangat sulit membawanya ke sini. Harus mendapatkan izin dari Ratu."

"Oh, makasih, Tam!"

"Sama-sama, Mir!" Si Hitam pun menghilang.

_________

"Gimana, Mir? Udah ketemu?" tanya Hendra.

"Udah."

"Kok gw gak liat dia datang?"

"Dia masih kejebak di Kerajaan Laut."

"Seriusan?"

"Hooh, tadi si Hitam mau coba ajak ke sini. Tapi perizinannya ketat. Dia gak bisa."

"Astaga, ada birokrasi juga di alam tetangga," sahut Wildan.

"Ya gitu lah, Dan. Kita gak bisa maen asal ambil. Ntar malah jadi ribut."

"Bilang aja, anaknya mau ketemu gitu."

"Tetep harus izin ke Ratunya."

"Emang Ratunya gak bisa ditemuin gitu?"

"Ya mana gw tau. Yang ke sana kan bukan gw."

"Mungkin Ratunya lagi tidur kali. Jadi gak boleh diganggu."

"Hus! Ntar anak buahnya denger bisa dikejar ampe rumah lu, Dan," timpal Hendra.

"Eh, maaf. Canda Ratu ...."

"Dasar anak TekTok. Jadi kelanjutannya gimana, Mir?"

"Harapan terakhir cuman si Kingkong. Bentar gw panggil semoga aja dia bisa bawa ayahnya."

"Kalau gak bisa?" tanya Wildan.

"Ya, biarin di sini aja. Nunggu ampe ada orang yang bisa. Atau mau lu bawa ke rumah, Dan? Biar ada temen maen."

"Ogah!"

BERSAMBUNG

CERITA AMIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang