PROLOG

88.6K 2.5K 112
                                    

NOTE: INI CERITA MURNI DARI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI. JANGAN SANGKUT PAUTKAN DENGAN KEHIDUPAN NYATA! BANYAK ADEGAN YANG TIDAK PANTAS UNTUK DITIRU‼️

HAI! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA!
.
.
HAPPY READING.❤️
.
••••••••

"Kami beneran nggak ngapa-ngapain, Pak," ujar seorang perempuan dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya. Di hadapannya banyak warga yang berkerumun memandanginya.

"Sudah, sebentar lagi orang tua saya sampai," balas seorang laki-laki dengan tampilan sedikit urakan pada seorang warga, lalu duduk di samping gadis yang terlihat ketakutan tadi.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil hitam berhenti tak jauh dari kerumunan warga. Dua orang paruh baya berbeda gender keluar dari mobil tersebut, kemudian berjalan membelah kerumunan warga. Mereka menghampiri anak laki-laki mereka.

"Kamu nggak apa-apa, Dek?" tanya wanita paruh baya seraya menangkup wajah anak laki-lakinya.

Laki-laki dengan jam tangan rolex itu menggeleng. Sedangkan perempuan di sampingnya menunduk takut.

"Sebenarnya ada apa ini?" tanya Bintang, ayah Langit, kepada bapak-bapak yang menggunakan peci putih. Sepertinya, itu pak RT di desa ini.

"Jadi begini, Pak, salah satu warga memergoki mereka sedang berduaan di dalam rumah kosong. Mereka sedang berbuat  mesum, Pak," ujar bapak itu.

"Nggak, Pa. Tadi Langit lihat Senja masuk ke situ, terus karna Langit penasaran, Langit susul ke dalam." Langit menyangkal ucapan pak RT sembari menatap sang ayah yang sudah muli dikuasai amarah.

Senja mengangguk cepat, membenarkan ucapan Langit. "Iya, Om, Tadi saya ngejar kucing yang masuk ke sana. Nggak taunya Langit nyusul ke dalam."

"Halah, alasan! Tadi saya lihat kamu tiduran di sofa terus di atas kamu ada dia," ujar salah satu warga tak terima pembelaan yang didengar.

"Itu saya kesandung, Pak. Kebetulan Senja berdiri di depan sofa. Saya nggak sengaja tindihin dia." Lagi dan lagi, Langit mencoba menjelaskan.

Pemuda itu tidak bohong. Kebetulan ia berdiri berhadapan dengan Senja saat sedang berdebat kecil. Dan ketika ingin melangkah maju untuk mengambil tas di atas meja, ia tak sengaja menginjak tali sepatu yang sudah terlepas ikatannya.

Alhasil, ia jatuh ke depan, menabrak tubuh Senja dan jatuh berdua ke atas sofa yang kotor akan debu dengan posisi dia di atas dan Senja di bawah.

"POKOKNYA, KAMI MAU MEREKA DINIKAHKAN. BISA SAJA MEREKA MELAKUKAN HAL KOTOR ITU LAGI DI TEMPAT LAIN!"

"IYA, MEREKA HARUS DINIKAHKAN. DARIPADA BERZINA TERUS!"

"SETUJU!"

Sorakan dari warga membuat Senja semakin menunduk takut dan malu. Bulir-bulir keringat memenuhi wajahnya. Satu tangannya mencengkram kuat ujung seragam belakang Langit, menyalurkan rasa takut yang dirasa.

Coba saja tadi Senja tak mengejar kucing putih itu ke dalam rumah kosong, pasti tidak akan begini jadinya.

Coba aja gue gak ngejar tuh kucing! Senja membatin.

"Memang betul yang dikatakan Langit?" tanya Bulan, ibu Langit, seraya mengusap punggung Senja. Membuat perempuan itu langsung mendongak.

"Beneran, Tante. Kami nggak ngapa-ngapain. Saya berani sumpah,"

"Permisi, Pak, Bu."

Yang ditunggu akhirnya datang. Orang tua Senja membelah kerumunan yang ada. Berpasang-pasang mata pun memusatkan perhatian kepada dua orang itu.

"Guntur?" Ayah Langit terdiam melihat laki-laki berkemeja itu.

"Bintang?"

Dua laki-laki yang diketahui adalah wali dari dua siswa yang digrebek tersebut malah berjabat tangan dengan senyuman yang merekah. Keduanya berpelukan sembari bertukar kabar, membuat orang-orang di sekitar bingung. Apalagi anak-anaknya.

Tak hanya mereka, para istri pun melakukan hal yang serupa. Amarah yang terpancar dari muka kini sirna, berganti dengan kebahagiaan.

"Sebentar, Bro. Ini ada apa?" Guntur bertanya.

Bintang menceritakan kejadian yang menimpa dari A hingga Z. Raut terkejut pun tak bisa disembunyikan. Mencoba untuk bernegosiasi dengam warga, namun mereka terus menolah. Apa pun alasannya, dua remaja itu harus menikah di depan mata mereka.

"Baiklah, mereka akan kami nikahkan." Itulah akhir keputusan orang tua masing-masing setelah berdiskusi. Mau menolak, tapi para warga bersikeras menikahkan mereka secara siri.

Sontak, Langit dan Senja terbelalak. Keduanya saling menatap dengan rasa terkejut. Menikah? Mereka baru 18 tahun, belum memiliki bekal untuk membangun rumah tangga. Namun, mereka tak bisa berkutik.

Akhirnya, pak RT membawa Langit, Senja, dan orang tua mereka kerumahnya yang tak jauh dari sana, diikuti oleh beberapa warga. Setelah melalui beberapa proses, keduanya dinikahkan di masjid setempat.

******

SEGITU DULU YA GAESSS.
SAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA.

Follow me on insta @duckkukus for more information 💢

Follow me on insta @duckkukus for more information 💢

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
LANGITWhere stories live. Discover now