Kini giliran Wei Wuxian yang melangkah mendekati Wangji, telunjuknya menusuk dada Wangji dan menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan, "kau tau? Saat ini, aku merasa sangat kotor. Aku merasa menjadi manusia paling kotor dimuka bumi ini, Lan Wangji."

Lewat ujung jari yang masih berada dipermukaan dada Lan Wangji, ia merasakan dengan jelas debaran jantung pria Lan yang berdebar diatas normal, bahkan ujung-ujung mata pria tinggi dihadapannya telah memerah dan berkaca-kaca, "Wei Ying, maafkan aku." Bisiknya lirih.

Wei Wuxian tersenyum kecil, ia kembali mengambil jarak dari Wangji, "tidak perlu, bukan salahmu. The blame is on me. Aku yang terlalu bodoh karena mencintaimu tanpa menggunakan otak." Katanya, irisnya lalu beralih pada kotak sereal raspberry yang tadi Wangji masukan ke troli miliknya dan mengembalikannya pada Wangji, "putraku alergi buah berry." Kemudian berbalik meninggalkan Lan Wangji yang seperti telah kehilangan pijakan.

Hatinya seperti dirobek oleh kalimat Wei Wuxian barusan, seperti ada ribuan tangan yang meremas jantungnya hingga hancur tak berbentuk.

Lan Wangji ingin menangis, namun air mata seolah tertahan diujung mata.

Ia merasa tercekik oleh rasa bersalah yang kembali menghujamnya tanpa belas kasihan.

Apa yang sudah ia lakukan?

Kenapa dirinya begitu bodoh?

Kenapa Lan Wangji tidak pernah menyadari, jika ia tidak bisa hidup tanpa Wei Wuxian disisinya?

Iris emasnya menatap punggung yang kian menjauh, namun kakinya tak bisa melangkah untuk mengejar meskipun bagian dalam dirinya meronta ingin mendekap.

"Wei Ying, apa yang harus kulakukan?"

.
.

Jiang Cheng bertanya-tanya, tentang mood Wei Wuxian yang sepertinya dlsedang terjun bebas.

Seingatnya, saat ia menurunkannya tadi pemuda itu masih baik-baik saja. Tapi saat ini ekspresinya tak ubahnya medusa yang siap mengubah siapapun yang mengganggunya menjadi batu.

Jiang Cheng bergidik.

Ia lebih memilih menutup mulut meski rasa penasaran sudah diubun-ubun.

"Ekhem." Ia berdehem, sekedar mengenyahkan atmosfir dingin yang mencekik.

"Kau ingin makan sesuatu?" Tanya Jiang Cheng, intonasinya begitu hati-hati atau Wei Wuxian akan menelannya hidup-hidup.

"Aku tidak lapar."

"Kau belum makan apapun sejak pagi, setidaknya kita bersantai sampai jam pulang A Yuan."

Namun Wei Wuxian tak lagi menjawab, pemuda itu menyenderkan kepalanya disisi kaca mobil dan menenggelamkan diri pada jalanan yang cukup lengang.

Ia hanua ingin menaggalkan semua yang ada dalam kepalanya.

Saat ini, Wei Wuxian merasa lelah untuk berpikir. Dirinya hanya ingin mengosongkan isi kepalanya, sebentar saja.

Hah

Ia membuang napas kasar, terlihat cukup frustasi dan menyedihkan.

Kenapa pula hidupnya harus berjalan rumit seperti ini? Wei Wuxian seolah tengah berjalan di setapak yang sempit nan gelap, dan Lan Wangji adalah mimpi buruk yang mengejarnya tanpa ampun.

Chateau de WangxianWhere stories live. Discover now