27

17 13 0
                                    

"Ekhem!" Seorang polisi berdehem saat ia sudah berada di sel Rafael. Rafael yang sedang tidur dengan posisi duduk di dekat besi sel pun membuka matanya saat ia mendengar suara itu.

"Rafael kau bebas." Polisi itu kemudian membuka pintu sel dan membiarkan Rafael keluar. Ia keluar dengan wajah yang penuh tanda tanya.

Ia berjalan keluar dan melihat Illona yang tengah menatapnya dengan wajah yang berseri. Rafael tampaknya semakin tidak mengerti dengan situasi saat ini.

"Kau bebas sekarang, apa kau tidak senang?" tanya Illona saat melihat Rafael yang berdiri terbengong melihatnya.

"Em, ya. Terima kasih sudah membebaskanku," ujar Rafael mengangguk kecil.

Illona tersenyum.

"Kau mau bertemu dengan Levina dan kawan-kawanmu?"

"Tentu saja!" seru Rafael kemudian mengikuti Illona yang berjalan keluar dari kantor polisi dan menaiki mobil milik Illona.

"Well, aku tidak menyangka kau punya keberanian itu untuk menghajar ayahku sampai babak belur seperti itu."

Rafael melirik gadis di sampingnya itu, "A-aku tidak bermaksud."

Illona terkekeh kecil, "Tidak masalah."

Mobil Illona memasuki kawasan rumah sakit, ia memutar stir dan menghentikan mobilnya, membuka kunci pintu mobil.

"Kau turun dulu, aku akan menyusulmu nanti setelah memakirkan mobil ini," kata Illona menoleh pada Rafael.

Rafael mengangguk kecil lalu mencabut sabuk pengamannya dan keluar dari mobil itu, kemudian Illona melajukan mobilnya dan menghilang dari pandangan Rafael. Ia kemudian melihat ke atas yang bertulisankan 'Rumah Sakit Harapan Nusa'. Setelah menarik napas dalam, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan melihat suasana di dalam rumah sakit yang penuh dengan kesedihan, harapan, dan kesibukan. Beberapa orang berjas putih berlalu lalang sambil membawa papan yang berisi kertas-kertas file pasien. Juga suster resepsionis yang sibuk mengangkat telepon yang masuk. Orang-orang tua, muda yang terduduk di sebuah kursi roda sambil melamun merenungi nasih hidup mereka.

"Bengong aja!" seru Illona saat ia sudah berada di samping Rafael.

"Levina baik-baik saja 'kan?"

"Ikut aku."

Rafael mengikuti Illona menaiki lift setelah melewati lobby, mereka menunggu sekitar dua menit sebelum akhirnya masuk ke dalam lift. Rumah sakit besar yang aktif, lift pun penuh dengan orang-orang. Tanpa Illona menekan tombol lantai lift, orang lain yang berada di dekat tombol sudah menekannya. Lift berhenti di beberapa lantai sebelum sampai pada lantai 17 di mana ruang rawat Levina berada.

"Levina?" panggil Rafael saat melihat Levina sedang duduk di brankar sambil tertawa mendengar lelucon yang dilontarkan Defa di sampingnya.

Yang dipanggil pun menoleh begitu juga dengan Defa, "Rafael?" panggil Levina.

Rafael segera menghampirinya dan menyentuh wajah serta bahu Levina, "Kau tidak apa-apa? Wajahmu?"

Levina tersentak dengan perilaku Rafael lalu ia tersenyum dan menyentuh tangannya dan menatap Rafael dalam.

"Aku baik-baik saja, Raf. Makasih sudah nolongin."

"Syukurlah." Rafael kemudian memeluk Levina dengan erat.

Defa yang melihat pemandangan itu hanya bisa salah tingkah dan merasa canggung. Ia menatap langit-langit kamar dan berguman, "Ada baygon?"

DandelionOnde histórias criam vida. Descubra agora