Shio (1)

547 26 2
                                    

"Kamu suka hujan?"

"Iya, aku menyukainya."

"Meski kamu benci dengan petir?"

"Hu'um, karena setelahnya
kamu bisa bertemu pelangi."

.
.
.

Di Alam Nirwana, di mana berbagai makhluk mistis berjalan di atas awan yang menyerupai bumi.

Ada siluman naga yang tengah duduk bersantai di halaman belakang rumahnya yang memiliki kebun sayuran.

Menikmati langit gelap yang menurunkan hujan deras.

Ekor bersisik biru kehijauan miliknya sesekali bergoyang, menyapu mahkota hitam yang menjuntai di bagian ujung.

Kepalanya sesekali bergerak mendengarkan rintik hujan, dengan surai raven yang ikut bergoyang. Ada sepasang tanduk bak ranting kayu menyembul di atas kepalanya, dengan sepasang tanduk kecil berwarna keperakan pada keningnya.

Cuaca dingin adalah kesukaannya.

Hingga sepasang iris zamrudnya mengerjap dengan selaput dan kelopak mata yang terbuka, ia melihat sosok kecil tengah berlari di bawah guyuran hujan.

Menembus sayuran miliknya.

Sosok anak kecil itu pada akhirnya jatuh dan masuk di antara tanaman tomat.

Siluman naga itu mengambil payung yang tak jauh berada, setelah memakai sandal, ia berjalan menuju sosok kecil itu.

"Kelinci?"

Seorang anak kecil dengan tubuh penuh luka, serta telinga tambahan yang menjuntai keluar dari puncak kepala di antara helai rambut.
.
.
.

"Jadi, namamu Kotaro?"

Anak kecil dengan helai kelabu itu mengangguk mengiyakan, mulutnya penuh dengan makanan.

Setelah dimandikan dan istirahat di kamarnya, anak itu terbangun karena perut yang kelaparan.

"Ahkaashi-sama, terimakasih untuk makanan dan perawatannya!" Seru Kotaro sambil tersenyum lebar.

"Sudah ku bilang namaku Akaashi, Bokuto-kun."

"Bo...kuto?" Iris emas itu mengerjap heran.

"Mulai sekarang, namamu Bokuto Kotaro."
Kata Akaashi tegas sambil membersihkan mulut Bokuto yang belepotan.

"Tapi--"

Akaashi mendelik dan Bokuto menutup mulutnya dengan daging.

Iris zamrud Akaashi memperhatikan bagian kulit Bokuto yang terlihat memerah dan kecoklatan.

"Bekas luka dilehermu itu..."

Bokuto reflek meraih lehernya, di mana lehernya seakan dikalungi bekas luka. Bagian leher sebelah kiri Bokuto memiliki bekas luka yang lebar dibandingkan yang lain.

"Aku... lupa, kamu tahu?"

Akaashi mengangkat salah satu alisnya, bisa-bisanya anak ini malah balik bertanya padanya.

"Ahkaashi-sama mau ke mana?" Tanya Bokuto saat melihat Akaashi beranjak pergi.

"Aku ingin ke kota, ada urusan, kamu jaga rumah."

Akaashi mengibaskan ekornya, membuat Bokuto juga ikut menggoyangkan ekor kelincinya.

"Jangan kemana-mana, jika kamu keluar--"

Bokuto menelan makanannya sekuat yang ia bisa saat melihat bola api berwarna biru muncul di sekitar Akaashi, peringatan.

Kini, Bokuto sendirian di kamar itu.

Akaashi Keiji 🔞Où les histoires vivent. Découvrez maintenant