36. Break

6.9K 437 16
                                    

Lidah Arkan kelu, tenggorokan nya tercekat seakan ada sesuatu yang mencekik kuat lehernya

Netra tajamnya memandang sayu kepergian Mona yang berlari keluar tanpa mengucapkan apapun sembari berderai air mata

Apa yang sudah aku katakan? Ya Tuhan.. Mona

Batin Arkan menjerit hebat

Entah mengapa kakinya seakan kaku untuk digerakkan, tubuhnya bergetar hebat lututnya lemas, dan ambruk begitu saja ke lantai

Arkan menampar kuat mulutnya berulang kali, Arkan kesal marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa mengontrol emosinya hanya karena melihat Mona di antar oleh laki-laki lain

Jujur hatinya sakit ketika Angela selalu saja mengirimkan foto atau video kedekatan Mona dengan laki-laki lain, termasuk Mona yang keluar dari mobil dosen itu ketika berangkat kuliah. Dirinya cemburu, sangat cemburu, dan tanpa terkendali berakhir dengan Mona yang menjadi pelampiasan amarahnya

Arkan berusaha menetralkan nafasnya yang tak beraturan, biasanya hanya Mona yang dapat menenangkan dirinya ketika dalam kondisi ketakutan, Mona yang selalu sabar menghadapi emosinya yang tak terkontrol, Mona yang---

"Arrggghhhhh"

Dengan keras tangan Arkan terus memukul-mukul lantai untuk melampiaskan amarahnya tanpa peduli rasa sakit yang akan ditimbulkan nya nanti

Tanpa sadar buliran air jatuh di setap sudut mata Arkan. Fikiran Arkan berkecamuk

Bagaimana jika Mona sampai meninggalkan nya?

Arkan terisak, ingin sekali dia merengek seperti bayi dan meminta Mona untuk kembali kepadanya sekarang. Namun saat ini bukanlah waktu yang tepat.

Ponsel Arkan berdering kuat. seakan tersadar dari posisinya Arkan meraup seluruh wajahnya kasar dan mengangkat telfon begitu saja

"Apa!"
Sapa Arkan kasar tak peduli siapa yang terhubung dengan telfonnya sekarang

"Arkan ko kamu bentak-bentak aku sih?"

Shit! Angela

"Ada apa?"
Ujar Arkan datar

"Ayo antar aku chek up ke dokter lagi"

"Aku ga bisa"

"Arkan kamu udah janji loh"

Terdengar suara rengekan manja yang kentara membuat Arkan mendengus jengah

"Ck, 15 menit!"

Tut

Arkan mematikan sambungan telepon nya sepihak. Kondisinya belum stabil, hati dan pikirannya terisi penuh oleh Mona, kekasihnya. Arkan mengulurkan tangan untuk memijat puncak hidung dengan perlahan, entah kenapa tiba-tiba rasa pening melanda kepalanya

Arkan menggebrak meja kuat, lalu meraih kunci mobil dengan kasar. Ia berjalan dengan langkah lebar keluar dari kantor. Matanya menggelap pandangannya mendingin. Aura yang di keluarkan Arkan membuat beberapa karyawan yang melihatnya menunduk takut enggan berurusan dengan bos nya itu.

Dalam jangka waktu 15 menit, mobil Arkan terparkir sempurna di depan lantai apartemen yang didiami oleh Angela. Tak lama kemudian Angela dengan wajah pucat nya masuk ke dalam mobil. Tanpa basa basi apapun, Arkan melajukan mobilnya menuju rumah sakit

Angela sempat terkejut, tapi sebisa mungkin ia mengontrol diri agar tidak menganggu Arkan yang seperti nya dalam mode tak stabil

____________

Love my Assistant [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang