Lidah Arkan kelu, tenggorokan nya tercekat seakan ada sesuatu yang mencekik kuat lehernya
Netra tajamnya memandang sayu kepergian Mona yang berlari keluar tanpa mengucapkan apapun sembari berderai air mata
Apa yang sudah aku katakan? Ya Tuhan.. Mona
Batin Arkan menjerit hebat
Entah mengapa kakinya seakan kaku untuk digerakkan, tubuhnya bergetar hebat lututnya lemas, dan ambruk begitu saja ke lantai
Arkan menampar kuat mulutnya berulang kali, Arkan kesal marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa mengontrol emosinya hanya karena melihat Mona di antar oleh laki-laki lain
Jujur hatinya sakit ketika Angela selalu saja mengirimkan foto atau video kedekatan Mona dengan laki-laki lain, termasuk Mona yang keluar dari mobil dosen itu ketika berangkat kuliah. Dirinya cemburu, sangat cemburu, dan tanpa terkendali berakhir dengan Mona yang menjadi pelampiasan amarahnya
Arkan berusaha menetralkan nafasnya yang tak beraturan, biasanya hanya Mona yang dapat menenangkan dirinya ketika dalam kondisi ketakutan, Mona yang selalu sabar menghadapi emosinya yang tak terkontrol, Mona yang---
"Arrggghhhhh"
Dengan keras tangan Arkan terus memukul-mukul lantai untuk melampiaskan amarahnya tanpa peduli rasa sakit yang akan ditimbulkan nya nanti
Tanpa sadar buliran air jatuh di setap sudut mata Arkan. Fikiran Arkan berkecamuk
Bagaimana jika Mona sampai meninggalkan nya?
Arkan terisak, ingin sekali dia merengek seperti bayi dan meminta Mona untuk kembali kepadanya sekarang. Namun saat ini bukanlah waktu yang tepat.
Ponsel Arkan berdering kuat. seakan tersadar dari posisinya Arkan meraup seluruh wajahnya kasar dan mengangkat telfon begitu saja
"Apa!"
Sapa Arkan kasar tak peduli siapa yang terhubung dengan telfonnya sekarang"Arkan ko kamu bentak-bentak aku sih?"
Shit! Angela
"Ada apa?"
Ujar Arkan datar"Ayo antar aku chek up ke dokter lagi"
"Aku ga bisa"
"Arkan kamu udah janji loh"
Terdengar suara rengekan manja yang kentara membuat Arkan mendengus jengah
"Ck, 15 menit!"
Tut
Arkan mematikan sambungan telepon nya sepihak. Kondisinya belum stabil, hati dan pikirannya terisi penuh oleh Mona, kekasihnya. Arkan mengulurkan tangan untuk memijat puncak hidung dengan perlahan, entah kenapa tiba-tiba rasa pening melanda kepalanya
Arkan menggebrak meja kuat, lalu meraih kunci mobil dengan kasar. Ia berjalan dengan langkah lebar keluar dari kantor. Matanya menggelap pandangannya mendingin. Aura yang di keluarkan Arkan membuat beberapa karyawan yang melihatnya menunduk takut enggan berurusan dengan bos nya itu.
Dalam jangka waktu 15 menit, mobil Arkan terparkir sempurna di depan lantai apartemen yang didiami oleh Angela. Tak lama kemudian Angela dengan wajah pucat nya masuk ke dalam mobil. Tanpa basa basi apapun, Arkan melajukan mobilnya menuju rumah sakit
Angela sempat terkejut, tapi sebisa mungkin ia mengontrol diri agar tidak menganggu Arkan yang seperti nya dalam mode tak stabil
____________
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my Assistant [completed]
RomanceMonalisa, mahasiswi rantau yang menetap di Kota Jakarta, seketika hidupnya berubah drastis ketika bermasalah dengan laki-laki yang disebutnya "om judes" Arkana, Presiden Direktur perusahaan teknologi Smartphone yang tiba-tiba menjabat sebagai Dekan...