Dalam mobil yang terus melaju dengan kecepatan sedang, jari Mona terus tertaut, kepalanya juga sedari tadi menunduk sesekali melirik Arkan takut-takut
Arkan mengehela nafas, matanya memandang Mona datar. Teringat kejadian tadi hampir saja Mona terjatuh dan tenggelam membuat jantung Arkan seakan di lepas paksa dari tempatnya. Beruntung Arkan dengan sigap menahan tubuh Mona dan menyeimbangkan tubuh keduanya. al hasil celana Mona dan Arkan basah hingga mencapai pertengahan paha. Karena memang batu yang di pijak Mona tadi agak dekat dengan air terjun, jadi wajar jika kedalaman air nya mencapai satu meter
Tanpa banyak bicara Arkan menarik Mona keluar dari kawasan wisata dalam keadaan basah-basahan. Menghiraukan tatapan pengunjung lain, Arkan berjalan cepat memasang wajah dingin yang kentara, sedangkan Mona mengekor dalam diam karena takut dan masih syok.
Sesekali Mona harus di beri peringatan agar tidak bertingkah seenaknya dan membahayakan dirinya sendiri. Begitu fikir Arkan
"Mona" suara rendah itu keluar dari mulut Arkan
Mona masih terus menunduk mengabaikan panggilan Arkan yang terdengar mengerikan di telinganya
Membelokan setirnya ke kiri jalan, Arkan mengentikan mobil di pinggir trotoar yang cukup sepi. Hari sudah menjelang petang namun Arkan tidak peduli, masalahnya dengan Mona harus cepat di selesaikan agar orang rumah tidak khawatir nantinya
"Sayang" panggil Arkan lembut
Mulut Mona masih terkatup rapat, namun tangis yang sedari di tahan kuat-kuat akhirnya tumpah juga. Punggung nya bergetar, nafasnya juga putus-putus tak beraturan
Dengan cepat Arkan melepaskan seat belt dirinya dan Mona, lantas merengkuh Mona ke dalam pelukannya
"Ma--af" lirih Mona sesegukan
Arkan mengangguk dan berusaha menenangkan
"Aa tadinya mau hukum kamu, tapi malah nangis. Jadi ga tega kan" guyon Arkan sambil terkekeh pelanReflek Mona memukul bahu Arkan kesal, dirinya benar-benar panik tadi takut Arkan memarahinya atau bahkan meninggalkan nya karena malu akan ulahnya
"Maafin Mona" gumam Mona yang masih nyaman menyenderkan bahunya di dada bidang Arkan
Arkan menghela nafas, tangannya mengusap surai Mona lembut
"Lain kali, kalau diperingatkan ya dengerin. jangan seenaknya sendiri. Mas ngelarang kan demi kebaikan kamu. Kamu orangnya mudah panik, coba kalau kamu jatuh tenggelam dan terbawa arus--" Arkan semakin mengeratkan pelukannya ketika membayangkan hal itu"Mas khawatir sama kamu" lirih Arkan dengan mata yang terpejam menahan sesak
Mendengar kalimat lirih dari Arkan, hati Mona terenyuh dan berdesir bahagia
"Maaf, Mona bakal nurut sama mas, Mona janji" ujar Mona berusaha menenangkan
Arkan mengangguk lalu melepaskan pelukannya. Tangannya terulur untuk menata rambut Mona agar terlihat lebih rapih
"Pulang ya? Udah mau Maghrib" ujar Arkan sembari memposisikan dirinya di kursi kemudi
Mona tersenyum dan mengangguk
"Makasih ya A" ujar Mona tulus
Arkan menyerit heran
"Untuk?""Everything. I love you"
Arkan mengulum senyum, Mona selalu berhasil membuatnya tersipu ketika mengungkapkan perasaannya tanpa malu-malu
"I love you, unlimited"
Mona terbahak dengan tangan memukul bahu Arkan gemas. bibir Arkan juga tertarik sempurna menunjukan senyum lebar walau tanpa menoleh ke arah Mona.
![](https://img.wattpad.com/cover/257131241-288-k823230.jpg)
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Love my Assistant [completed]
RomantizmMonalisa, mahasiswi rantau yang menetap di Kota Jakarta, seketika hidupnya berubah drastis ketika bermasalah dengan laki-laki yang disebutnya "om judes" Arkana, Presiden Direktur perusahaan teknologi Smartphone yang tiba-tiba menjabat sebagai Dekan...