30. 15-16 APRIL 2019

16 7 0
                                    

Hari ini sudah satu bulan lebih Naya tidak sadarkan diri. Sudah lebih dari satu bulan kejadian itu berlalu. Hari ini, senin 15 April 2019. Hari dimana rasa cemas dan kesedihan memuncak. Setelah banyak sekali kejadian buruk yang menimpaku. Beban pikiran ku harus bertambah lagi dengan kejadian hari ini. dari Kami semua (Aku, Abah, Naya, dan Eline) yang saat itu masuk rumah sakit, hanya Aku dan Eline lah yang sembuh saat ini. Abah masih dalam perawatan. Seharusnya Abah sudah sembuh. Tapi, karena penyakit bawaan nya, kesembuhan itu harus hilang. Sedangkan Naya, Dia masih dalam koma yang berkelanjutan. Sejak awal masuk rumah sakit, sampai hari ini, Dia belum sadarkan diri. Dan selama itu juga (Kami dirawat), Bunda Naya dan Ibuku mengalami banyak sekali gangguan. Trauma hadir dalam diri Mereka.

Jujur jika Kamu bertanya Aku capek atau tidak dengan semua in? Tak perlu Aku jawab pun Kamu sudah tau jawabannya. Dan pada hari ini 15 April 2019, Aku merasa semua yang menimpaku tidak akan pernah selesai. Dan dalam situasi inilah Aku menjadi orang lemah yang sangat mudah putus asa, bahkan sempat ingin menyerah dan pasrah.

Pukul 08.12 PM Aku berinisiatif untuk datang ke rumah sakit. Tujuanku hanya untuk tau bagaimana kondisi Abah dan Naya saat itu. harapanku semua akan baik-baik saja dengan cepat, tapi jawaban yang Aku temukan adalah tidak. Kondisi Naya semakin memburuk. Detak jantungnya sedikit melemah. Dan tentu saja hal itu membuat ku cemas.

Pukul 09.20 PM, Aku sudah pulang ke rumah. saat itu hanya ada Eline. Karena Ibuku pergi untuk merawat nenek di rumahnya. Jujur Aku sedih setiap kali melihat mata Eline. Wajahnya tampak sangat cemas. Dan Aku tau rasa trauma yang Ia dapati begitu besar. Self harm yang dilakukannya saat itu, masih membekas di tubuhnya. Bekas goresan di tangan, kaki, dan lehernya masih sangat bisa dilihat. Aku selalu mencoba untuk mengajak Eline ngobrol. Setidaknya, untuk membuat Dia sedikit merasa tenang dan mengurangi rasa takutnya.

Gangguan yang sering terjadi dan menimpanya sangat membuatnya merasa takut melakukan apapun. Bahkan melangkah sedikit saja, Dia selalu melihat ke sekelilingnya dengan pandangan yang tidak enak.

"eh Line. Lo mau ga? Gue ada makanan enak banget serius. Mau ga?" tanyaku.

(Eline tidak menjawab apapun).

"nih. Kalo Lo mau, ambil aja. Gue taro di meja belajar Lo ya." Ucapku lagi mengusap kepalanya "Lo tenang aja Line. Gue pasti bakal tau siapa yang lakuin semua ini. dan Lo bisa ceria lagi kayak dulu. Banyakin istirahat ya."

(Eline hanya diam dan meneteskan air mata).

Sudah hampir tengah malam saat itu, Aku sama sekali belum bisa tidur. bahkan untuk terbaring sedikit saja Aku tak ingin. Beban pikiran yang sangat banyak, membuatku sulit untuk tenang. Dan saat itu juga Aku memutuskan untuk pergi ke rumah Eline yang sudah sangat lama ditinggalkan.

Menurutku saat itu, minggalkan Eline sendiri dirumah adalah keputusan yang buruk. Jadi Aku membawanya untuk istirahat dirumah Naya. ditemani Bunda yang ada disana. Dan Aku? Aku tetap melanjutkan tujuan awalku untuk ke rumah Eline. Tempat pertama yang ingin Aku datangi bukanlah rumah Eline. Melainkan rumah Pak Ateng yang sudah tidak di huni. Aku hanya ingin mencari beberapa petunjuk yang mungkin bisa membantuku untuk mencari lokasi Mang Ujang. Dan membawa kertas yang pernah Pak Ateng berikan padaku untuk memutus perjanjian itu.

Aku tak kenal siapa Dia, bahkan Aku baru tau kalau ada orang seumuranku di sekitar rumah Naya saat itu. Ucapnya, Dia ingin ikut denganku menyelesaikan semua ini. namanya Ririn. Gadis muda asal Bandung yang entah darimana bisa kenal denganku. Bahkan bisa tau nama lengkap ku.

Dia menghadang mobilku yang akan berangkat. Membawa beberapa barang yang ditarohnya di dalam tas sandang yang tak terlalu besar. Dan sepertinya, Dia adalah gadis yang baik.

"ada apa?" ucapku padanya setelah turun dari mobil.

"boleh Aku ikut?"

"ikut kemana? Lo siapa sih? Kenapa hadang mobil Gue?"

TRY TO COME BACK HOME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang