3. 22 JUNI 2010 (1)

38 15 0
                                    

Sudah lebih dari dua bulan lamanya Aku berteman dengan Andin dan Peter. Selama pertemanan ini terjalin, Aku tak pernah kesepian dirumah. Mereka selalu menemani Ku bermain dan tertawa. Hari ini 22 Juni 2010, hari dimana Aku akan mulai mendaftar ke salah satu sekolah di tempat ku sekarang. Sekolah dasar. Begitulah cara mereka menyebutnya. Usiaku mungkin belum menginjak delapan tahun kala itu, tapi, Aku sudah menginjak kelas tiga sekolah dasar.

"Ma, hari ini kita mau daftar sekolah ya Ma?" tanya Ku memastikan.

"iya.. hari ini Mama akan anter Kamu untuk daftar sekolah. Walaupun kita baru pindah, Kamu harus tetap lanjut sekolah mu. Karena tidak mungkin Kamu putus sekolah kan. Papa mu akan sedih kalau misal tau anaknya putus sekolah." "Kamu mau kan sekolah?"

Usiaku yang terlalu kecil kala itu, membuatku dengan mudahnya menolak tawaran untuk sekolah. Namun pada akhirnya Aku tetap menerima tawaran itu setelah beberapa kali di bujuk dengan banyak hal.

"iya, Bryant mau sekolah. Tapi syaratnya, Andin dan Peter gak boleh diusir dari rumah ya." Ucapku.

Mungkin kala itu orang tuaku mengira bahwa Andin dan Peter adalah teman baruku di sekitar rumah. Jadi, secara langsung dia menyetujui apa yang Aku katakan.

Perjalanan ke sekolah terasa sangat santai dan asik. Pemandangan kota yang sedikit sepi kala itu, membuat suasana nya jadi makin menarik. Tak seperti di desa yang memang notabene nya sepi, kota yang biasanya ramai, kala itu sangat sepi. Entah kenapa Aku juga tak tau.

Beberapa menit setelah perjalanan, mobil yang kami gunakan berhenti.

"ada apa Mang? Kok berhenti tiba-tiba?" tanyaku pada Mang Ujang yang kala itu menyetir mobil.

"gapapa Den. cuman, di depan ada orang bawa keranda. Jadi, gak mungkin Mang Ujang terobos." Jawabnya.

"keranda? Keranda itu apa Mang?"

"keranda itu tempat mayat Den. kalau ada orang meninggal dibawa ke pemakanan pakai keranda itu."

"terus hubungan-nya dengan kita apa Mang? Kenapa gak bisa di terobos?"

Saat Aku bertanya begitu. Kamu tau apa? Beberapa meter sebelah jendelaku, berdiri wanita dengan pakaian kumuh dan berlumuran darah. Aku langsung memberi tau Ibuku dan Mang Ujang. Tapi, mereka tak melihatnya. Beberapa saat kemudian, suara bisikan terdengar di telingaku. Aku tak tau apa yang di katakan bisikan itu, tapi sepertinya itu bahasa yang Aku tak mengerti. Dan sampai saat ini pun Aku tetap tak tau apa arti dari bisikan itu.

Sudah hampir dua puluh menit kami mengiringi kerumunan warga yang membawa keranda. Sampai akhirnya kami bisa melewati mereka dengan tenang.

"Ma, kenapa sih sekolah nya jauh banget? Mana masuk jalan kecil gini lagi. Ga ada sekolah yang lebih bagus apa?" tanyaku.

"sabar ya nak. Ga boleh ngeluh gitu. Kamu belum lihat aja sekolahnya sebesar apa. Sabar dulu ya, memang begini jalannya. Nanti juga Kamu terbiasa kalau sudah masuk sekolah. Sekarang tugas Kamu cuman sabar aja."

"fuck off. Okelah. Awas aja kalau sekolahnya jelek. Bryant gak akan mau berangkat sekolah setiap hari."

"Mama jamin Kamu gak akan kecewa."

Bangunan besar tampak di depan mataku, lebih besar dari rumah yang Aku tempati. Disana lah Aku akan bersekolah. Aku sangat sangat senang kala itu. karena, apa yang orang tua ku katakan, benar-benar nyata. Yang awalnya tak suka, tiba-tiba semangat menggebuh datang untuk sekolah disana.

Kedatangan kami disambut oleh seorang lelaki tua yang mereka panggil kepala sekolah. Dia mengenal ku sebelum Aku berkenalan dengannya. Tapi, Aku melihat sisi buruk dari lelaki itu. bisikan terdengar jelas di telingaku. "Kamu akan menyesal disini." kata-kata itu terulang terus-menerus di telingaku, saat lelaki tua itu menghampiri kami yang baru saja turun dari mobil. Aku tak terlalu peduli dengan apa yang Aku dengar. Tapi bukan berarti Aku tak mengingat nya.

"akhirnya sampai juga. Ini Bryant ya? Wah wah wah, gak sabar saya melihat dia sekolah di sini. Kamu akan betah nanti kalau sudah sekolah di sini." Ucap lelaki tua itu.

"iya semoga ya pak." Jawab Ibuku tersenyum.

Aku yang masih kecil, tak terlalu peduli dengan obrolan sampah mereka. Yang Aku ingat, di salah satu ruangan, mereka membahas admisnistrasi dan sebagainya. Terus Kamu dimana? Kala itu, Aku dan Mang Ujang duduk di dekat pohon besar yang ada di sekolah itu. ada kursi taman disana.

Mang Ujang menceritakan banyak hal padaku, dan kami pun tertawa.

"Mang, nanti pulang dari sini, gue yang nyetir ya Mang?" tanya ku.

"gak boleh atuh Den. kan Aden juga masih kecil, belum boleh nyetir mobil." Jawab Mang Ujang sedikit menahan tawa.

"lah. waktu itu Mang Ujang bilang gue dah besar. Sekarang Mang Ujang bilang gue masih kecil. Gimana sih Mang. Tenang aja Mang, di NYC gue udah belajar pake mini Buggy kok Mang."

"beda atuh Den. Buggy kan kecil, kalau itu kan besar. Nanti kalau nabrak kita gak bisa pulang kerumah."

Suara teriakan kencang terdengar di telingaku setelah kalimat itu Mang Ujang ucapkan. Asalnya dari salah satu ruangan di lantai 4 sekolah itu. Aku tak begitu ingat ruangan apa. Tapi yang ku ingat, ruangan itu sangat berantakan dan kotor. Banyak orang berlari ke ruangan itu, termasuk Aku dan Mang Ujang. Kamu tau? Di ruangan itu, tampak seorang murid gantung diri dan tercium bau danur yang lumayan menyengat. Seketika mataku ditutup oleh Mang Ujang dan dibawanya kembali ke mobil.

Di Mobil, Ibuku sudah menunggu sambil menelepon seseorang yang Aku tak tau itu siapa.

"Mang, kita ke rumah indung dulu ya." Ucap Mama ku.

"baik Nyonya."

TRY TO COME BACK HOME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang