Rendezvous - Dilema

626 56 9
                                    

Bobby hanya sedang menjadi dirinya yang pencemburu. Bukan salahnya kalau tiba-tiba ia memiliki kadar ke-obsesif-an sebegitu tingginya kini. Karena June sendiri lah yang membawanya ke dalam level yang tidak pernah ia duga.
Bobby memang berlebihan, ia bahkan tidak ingin peduli lagi dengan sesuatu yang bernama gengsi.
Ia lebih peduli pada perasaannya yang tidak suka melihat June terlihat sangat ramah dengan orang yang tidak ia kenal.

Lebih muda.
Lebih tampan juga, menurutnya.

Inilah yang kemudian membuatnya sedikit tidak percaya diri untuk kembali menggeluti dunia bintang lagi.
Begitu banyak artis pendatang baru yang datang, lalu menggantikan wajahnya.

Namun alih-alih merasa tersaingi, Bobby malah semakin ingin membuktikan bahwa dirinya masih sangat laku dan dicari banyak orang.

"Bob, pelan-pelan bawa mobilnya, bisa?"

Bobby semakin mengeratkan belah tangannya pada kemudi, "udah malam, Juan, udah jarang orang atau mobil yang lewat. Biar makin cepat sampai rumah juga," jawabnya berusaha sesantai mungkin. Ia tidak mau June menyadari perubahan air wajahnya yang kalau boleh jujur sudah sangat tidak ramah di balik maskernya itu.

"Gue lagi enggak dalam mood mati berdua lo sekarang, betewe," tanpa diduga kalimat June barusan serta merta membuat Bobby mendadak menginjak pedal rem-nya.

"Juan," kepalanya lalu menoleh kesamping duduknya, "bisa enggak, omongan lo di-rem sedikit kali ini?"

June membuang arah pandangannya ke tempat lain walau kemudian bibirnya berucap, "buka pintu mobil nya," perintah June tanpa menghiraukan permintaan Bobby.

"What?"

"Buka," intonasinya sedikit meninggi, membuat Bobby kemudian mengikuti kemauan June tanpa banyak pertanyaan lagi walau kerutan di dahinya sudah berlipat-lipat.

June membuka pintu mobil yang sudah tidak terkunci disampingnya, mengitari mobil mereka yang berhenti, membuka pintu mobil Bobby, dan, "pindah, biar gue yang bawa."

Bobby meng-amini perasaannya yang memang kalut, June sudah paham suaminya itu luar-dalam ternyata, maka kemudian tanpa banyak protes lagi Bobby beringsut ke atas tempat duduk disampingnya.

Keduanya menghabiskan perjalanan pulang tanpa adanya obrolan. Bobby masih betah memandangi gelapnya pemandangan Jakarta yang dihiasi lampu-lampu yang didominasi warna kuning melewati kaca mobil.
Kepalanya penuh.

Cemburu.
Takut.
Pikirannya sudah kemana-mana hanya karena kejadian yang tidak sampai 5 menit itu.

Setibanya mereka di rumah, masih tanpa banyak percakapan, June mengambil kesempatannya untuk mandi terlebih dahulu ketika suaminya masih belum mau membuka suaranya dan malah menyibukkan diri di dalam dapur mereka.
Bobby butuh waktu sendiri dahulu, menurut June.
Dan June merasa dirinya tidak perlu menjelaskan apapun walau ia sudah paham sekali apa yang tengah berkecamuk di dalam pikiran laki-laki itu.
Bukan ia tidak peduli, hanya saja, di dasar lubuk hatinya yang paling dalam, ia menyukai ini.

June tidak akan mengelak dari perasaan sukanya melihat Bobby yang cemburu seperti ini.
Paling tidak Bobby akhirnya tahu bagaimana perasaan cemburunya kemarin itu.

Tidak lama kemudian, June hanya tinggal mengenakan boxernya ketika Bobby menerobos masuk ke dalam kamar mandi mereka.
Ia mengawasi pergerakan Bobby melewati refleksi kaca dihadapannya, sedangkan ia masih dengan kesibukannya menggosok gigi.
Bobby membuka pakaiannya yang hanya berupa kemeja santai berlengan panjang dan kaos dalam tanpa lengan.
Dengan rambut yang berantakan karena tadi ia sepertinya mengenakan topi seharian penuh, Bobby memamerkan tattoo melingkar yang senantiasa mampu membuat June terdistraksi sebentar dari kesibukannya.

R e n d e z v o u s . 2 - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now