Rendezvous - Breakfast

1K 67 6
                                    

Amsterdam masih berada pada suhu yang cukup rendah. Membuat tidur terasa sedikit tak nyaman. Ini sudah hari ke sekian mereka berada di kota yang terkenal dengan ratusan kanalnya itu. Dan menjadikan kota ini sebagai tempat akhirnya mereka melegalkan pernikahan mereka. Tentu dengan persetujuan keluarga kedua belah pihak walau akhirnya hanya Andira, Lea dan Ezra saja yang bisa mendampingi sepasang pengantin pria tersebut.

Beruntungnya Bobby memiliki banyak sekali kenalan yang bisa dengan sangat cepat mengurus segala administrasi yang mereka butuhkan tanpa harus berpindah kewarganegaraan. Ya, walaupun harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak bisa dikatakan sedikit, rasanya tak masalah bagi seorang Bobby Satya untuk menukarnya dengan sesuatu yang bahkan sangat berharga dan tidak bisa dibandingkan dengan apapun di dunia ini.

June menjadi yang paling dulu membuka matanya pagi ini. Merasakan betapa pelukan suaminya itu mampu menghangatkan tubuhnya.

Namun, June tetaplah June.

Ia lebih memilih beranjak dan mulai bergegas bangun hendak membersihkan tubuhnya yang masih sangat lengket, padahal tadi malam ia sudah menyempatkan mandi setelah laki-laki di sampingnya itu seperti tidak tahu diri meminta bagiannya, padahal perayaan pernikahan mereka bersama ketiga orang yang lain baru benar-benar selesai saat hampir pagi.

Tubuh Bobby bergerak seiring tubuh June yang menjauh. Terlihat sangat lelap dan tidak terganggu. Kepalanya yang agak mendongak itu seperti tidak berkenan dilewatkan, maka tanpa sadar June malah kembali meluruskan tubuhnya di atas tempat tidur, mendekatkan tubuhnya dengan posisi menyamping dan sedikit lebih tinggi dibandingkan Bobby.

Tangannya terangkat demi mengelus rahang tajam milik suaminya itu.

Setiap June mengaminkan bahwa Bobby kini menjadi satu-satunya miliknya, perutnya bereaksi sangat cepat. Ribuan kupu-kupu seperti langsung mengepakkan sayapnya tanpa permisi. Sontak membuat wajahnya kian menyemu.

Untung Bobby sedang terlelap sekarang. Dapat dibayangkan betapa senang dirinya ketika mendapati June bahkan tengah memandangi dirinya bagai remaja yang tergila-gila pada kekasih satu-satunya itu.

Masih terasa sedikit memalukan untuknya.

June mengecup rahang itu perlahan, sedikit basah, cukup membuat gairahnya kemudian perlahan timbul. Aroma tubuh Bobby ketika pagi hari seperti ini merupakan salah satu aroma yang paling adiktif untuknya.

"Bob..." bisiknya pelan di telinga Bobby, mengecup belakang telinga suaminya itu sekali, masih dengan ciuman yang sedikit basah seperti tadi.

Kepala laki-laki itu hanya bergerak sekilas, dan menggumam entah apa.

"Wake up..." kata June lagi, masih di telinga laki-laki itu, namun kali ini dengan menggigit ujung cuping telinga Bobby dan menghisapnya lebih lama.

"Hmmmhhh..." Bobby terlihat sedikit sadar dengan berusaha membuka matanya dengan susah payah, "dear..."

"Wake up..."

"Five minutes more, please," jawab Bobby, pintanya sambil menyentuh ujung dagu June, "but let me kiss you, first."

Alih-alih mencium bibir Bobby seperti yang ia pinta, June malah semakin bersemangat mengecupi leher Bobby, membuat tubuh laki-laki itu serta merta menegang lebih dari sebelumnya.

Bobby terkekeh lembut sebentar, "your breakfast serve well?" tanya Bobby di sela-sela gelenyar tubuhnya yang dihasilkan karena sentuhan bertubi-tubi yang June berikan.

"Very well, sir," jawab June sambil bibirnya semakin turun dan turun lagi hingga pada inti tubuh Bobby yang memang menjadi tujuannya sejak awal.

R e n d e z v o u s . 2 - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now