Bagian 1 - Game

46 10 0
                                    

"Hei, Senior."

"Hm?" aku berdehem pelan kala partnerku memanggil.

"Aku serius bertanya, sebenarnya.. tidakkah kau lelah?"

"Apa?" aku mengangkat alisku sebelah.

"Pekerjaan ini. Walau kita dibayar cukup. Tapi.. tidakkah orang-orang seperti gadis itu.. seharusnya layak mendapat kebebasan? Bukan hal-hal seperti ini. Di tekan, hidup dalam penuh ketakutan? Ketika masalah gadis ini selesai, aku akan keluar, Senior. Jujur aku lelah. Aku lelah melihat wajah-wajah mereka, yang penuh ketakutan."

"..ya.. Aku juga lelah, Partnerku.. Dan jika kau keluar, aku akan ikut mengundurkan diri dari jabatan," jawabku mengangguk mantap menatap perempuan yang sebenarnya menjabat sebagai partnerku, tapi terus saja memanggilku Senior.

"Tak perlu memaksakan diri Senior. Aku hanya bertanya dan menyampaikan pendapatku."

"Aku serius, aku sama denganmu. Jika kau pergi, aku jadi bisa ikut pergi. Aku sudah lama ingin keluar. Tapi sulit jika harus keluar sendirian. Ketua Besar selalu melarang."

"Tentu saja, Senior. Kau itu paling profesional. Kau salah satu anggota tertua pasukan elite. Kemampuanmu luar biasa. Bagaimana mungkin Ketua Besar melepasmu begitu saja?" perempuan kuncir kuda di sebelahku terkekeh pelan.

Aku ikut tertawa. Jangan bayangkan wajah sangar mengerikanku akan semakin baik saat tertawa. Aku sedang dalam mode pekerjaan. Tawaku hanya membuat aku terlihat semakin mengerikan.

"Baiklah, ayo, Senior, kita harus kembali bergerak," ucap partnerku itu, menepuk bahuku.

"Yeah," ucapku berdiri dari dudukku, menepuk-nepuk sedikit bagian celanaku yang terkena pasir.

Aku menarik nafas panjang, "Ayo. Sebelum dia pergi semakin jauh," ucapku sebelum kemudian berjalan cepat.

Ellen mengikuti, mensejajarkan langkahnya denganku, "Perempuan itu tak akan bisa pergi jauh, Senior. Dia tidak punya kendaraan."

Aku menggeleng, "Jangan meremehkannya. Bisa-bisa dia sudah ada di negara sebelah. Dia bukan anak hilang biasa seperti yang ada di pikiranmu. Dia bahkan sudah bisa survive sendiri sejak umur 7 tahun sampai sekarang. Jelas sekali bukan orang yang boleh kita remehkan."

Mata Ellen melebar, "Senior bercanda bukan?"

"Tentu saja, tidak. Kau pikir kenapa dia dicari-cari Ketua Besar?"

"Lalu bagaimana kita bisa menemukannya?!" Ellen mengacak rambutnya frustasi.

Aku terkekeh pelan, menangkap kedua tangannya, menjauhkan tangannya dari kepala, "Kita akan menemukannya. Tenang saja."

"Yeah. Aku lupa, aku bersama dengan Senior paling profesional seantero jagat," ucapnya nyengir, menarik lepas ikat rambut untuk merapikan rambutnya.

Aku hanya terkekeh pelan, sampai kemudian telingaku menangkap suara pekikan-pekikan tertahan orang-orang diiringi suara benda jatuh.

Pasti ada sesuatu.

Aku mempercepat langkahku, begitu juga Ellen, dia mengikuti di belakang. Suara itu berasal dari arah pasar.

Kami tiba di kerumunan itu tepat ketika pembuat kerumunan itu hilang entah ke mana.

"Mohon maaf, tadi ada apa ya?"

AlLen - Izinkan Aku MengenalmuWhere stories live. Discover now