I₂ + 6 OH⁻ ==> IO₃⁻ + 3 H₂O + 5 e⁻ ( TUKANG BIKIN KESEL )

1.4K 230 11
                                    

"Aku selalu mencintaimu, aku selalu memandangmu tapi kamu hanya menganggapku sebagai teman. Layaknya hidrogen dan oksigen bersama tetapi tidak untuk saling memiliki."

~Dominic Keyvano~

*
*
*

Seorang gadis berambut lurus tengah berdiri di pinggir jalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang gadis berambut lurus tengah berdiri di pinggir jalan. Kedua tangannya menggenggam erat tali tas, bola mata pun tidak henti-henti mengoreksi area jalan untuk mencari keberadaan angkutan umum. Embusan napas jengah kembali keluar dari cela bibir, menyebalkan memang jika harus menunggu sesuatu yang tidak pasti. Seperti halnya sekarang, dia harus menunggu angkutan umum yang entah kapan datangnya.

Deru suara kenalpot kendaraan beroda empat berhasil mengalihkan atensi gadis satu ini. Melihat penampakan mobil Avanza hitam itu berhenti di hadapannya, tentu Zoya tahu siapa pemiliknya. Sang pemilik mulai menampilkan diri dan tersenyum tipis, seolah senyumannya akan dibalas.

"Lo mau pulang? Bareng gue aja," ajak Vano.

Zoya menaruh tatapan curiga penuh tanda tanya, dia memang mengenal cowok satu ini cukup lama. Tetapi, bukan dalam aspek di mana mereka akan selalu beramah tamah jika bertemu. "Enggak usah, entar lo nyolong jatah makan gue lagi pas sampai rumah."

Vano tentu, tidak ambil pusing. Dia langsung menarik tangan Zoya dan menyeret gadis galak ini menuju mobil. "Woy, lepasin anjing. Bisa rabies gue kalau lo pegang."

Vano tetap acuh dan tetap memaksa Zoya masuk. Dia yang pasrah pun akhirnya menurut dan duduk manis tepat di samping Vano. Mereka duduk di kursi belakang dengan Pak Budi sebagai supir.

"Jalan Pak!"

Pak Budi yang mendapat perintah pun langsung menyalakan mesin mobil, untuk melesat melewati padatnya jalanan kota. Hening, seolah mulut semua manusia yang duduk di mobil telah dilem rapat-rapat. Tidak ada satu pata kata yang terucap, sampai-sampai Zoya mulai merasa bosan. Dia memutar jengah kedua bola matanya, kenapa juga dulu Zeya bisa betah berpacaran dengan manusia es seperti ini.

Vano yang semulanya fokus membaca buku serontak merasa terganggu. Tatapan Zoya itu terlalu aneh. "Naksir."

Satu kata aneh terucap dari bibir Vano. Zoya yang tidak paham lantas mengerutkan kening. "Maksudnya gue naksir lo gitu?"

"Emang ada orang lain di sini selain lo."

"Mustahil," ucap Zoya ngegas. "Lagian siapa juga yang naksir sama manusia es kayak lo, kalaupun ada pas--"

"Zeya," sahut Vano cepat membuat ucapan Zoya langsung terpotong.

"Khilaf kalik tuh, anak. Lagian gue masih inget gimana dulu kalian jadian." Zoya menyemburkan tawa kecil saat mengingat kejadian saat MOS dulu. Sebuah kejadian sederhana tetapi dapat mengubah segalanya.

Plus For MinusWhere stories live. Discover now