"Punyalah, ini buktinya ada" jawabnya seraya menujuk kedua matanya.

Lagi-lagi Zia berdecak kesal, "ganti rugi! " sentak gadis itu.

"Mau gue bersihin seragam lo? Atau mau gue beliin yang baru di koperasi?" tawar laki-laki itu. Namun Zia tetap diam.

"Yaudah mending lo beli aja seragam dikoperasi, terus bilang kalo Ferro winata yang bayar" kata laki-laki bernama Ferro itu.

Bukannya menanggapi, Zia malah menariik jaket yang dikenakan Ferro, membuat laki-laki itu tersentak kaget. "eh, lo mau ngapain?" tanyanya bingung.

"Lepas" kata Zia. Mau tak mau Ferro mengikuti omongan Zia dan melepaskan jaket birunya.

Setelah lepas, Zia langsung memakai jaket Ferro dengan santainya. Lalu Zia berlalu begitu saja.

Ferro melongo meihat kejadian itu. Lalu ia langsung berlari menghampiri Zia yang sudah jalan didepan.

"Itu jaket gue" kata Ferro ketika berhasil menyamai langkah Zia.

"Gue tau"

"Terus kenapa lo pake?"

"Lo ga liat seragam gue kotor?" bukannya menjawab, Zia malah bertanya balik dengan sewot.

Ferro menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, "terus lo ga jadi kan beli seragam baru?"

"Kata siapa?"

"Eh–  bukannya lo lebih milih jaket gue" jawabnya kikuk.

"Lo aja yang beli, gue males ke koperasi" kata Zia dengan mempercepat langkahnya.

Ferro makin dibuat bingung dengan gadis satu ini, ia hanya memandang punggung Zia dengan menggelengkan kepala.

-

Sampai dikelas, Zia langsung berjalan ke bangkunya. Baru saja ia ingin mengusir Ken, namun laki-laki itu sudah lebih dulu berdiri dari tempatnya dan memberi jalan Zia untuk lewat.

Langsung saja Zia masuk dan duduk. Begitupun dengan Ken yang kembali duduk ditempatnya dan melanjutkan memakan bekalnya.

Ken yang sedang makan mengalihkan tatapannya pada Zia. Gadis itu minum air yang baru saja dibelinya dengan tenang.

Setelah mengumpulkan keberanian, Ken bertanya, "Zia tidak makan?"

Zia yang diberi pertanyaan itu pun hanya melirik sekilas pada Ken, lalu mengalihkan tatapannya pada ponsel ditangannya. Ia mengabaikan pertanyaan Ken.

Karena diabaikan, Ken kembali berucap, "kalau mau, Zia boleh makan kue punya Ken. Ini kue buatan bunda, rasanya sangat enak" kata Ken sembari menggeser kotak makannya mendekati Zia. Bermaksud supaya Zia mau menerima kuenya.

"Bisa ngga si gausah ngomong terus? Gue pusing denger lo kebanyakan ngomong!" gertak Zia.

Ken tersentak kaget mendengar gertakan Zia, lalu ia menunduk, "maaf" kata laki-laki itu.

Ken menarik kembali kotak makannya dengan bahu turun, ia sedikit kecewa dan sudah tidak bersemangat.

Zia melirik Ken dengan ekor matanya, lalu menghembuskan napas berat.

Tangannya menarik kembali kotak makan Ken lalu mengambil sepotong kue dari dalam sana dan langsung memasukannya kedalam mulut.

Ken yang melihat Zia memakan kue miliknya hanya bisa melongo tak percaya. Ia menatap Zia dengan berseri-seri. Ia sangat senang.

"Zia makan kue Ken?" tanyanya masih tak percaya.

"Gue laper" jawab gadis itu cuek sembari mengunyah kue manis yang berada dimulutnya.

Ken tersenyum lebar, "Zia suka? Bagaimana rasa kue buatan bunda? Enak tidak?" tanya Ken bersemangat.

"Biasa aja"

Walaupun Zia menjawab pertanyaannya dengan malas, tapi Ken tetap senang.

"Kalau begitu, besok Ken akan membawakan kue lagi–"

"Sekali lagi lo ngomong, gue bakal muntahin kue ini ke muka lo!" ancam Zia membuat perkataan Ken terpotong.

Mau tak mau Ken menutup mulutnya rapat-rapat, menelan kembali ucapan yang belum ia selesaikan. Namun senyumnya tak hilang dari wajahnya yang berseri-seri.

Zia dan Ken kini sedang memasukan peralatan tulisnya masing-masing kedalam tas karena bel pulang sekolah baru saja berbunyi.

Saat sudah selesai dengan barang-barangnya, Zia langsung keluar setelah Ken menyingkir pastinya. Sekarang cowok culun itu sudah mengerti kapan ia akan memberikan jalan untuk Zia

Baru beberapa langkah meninggalkan kelas, suara seseorang menghentikan langkahnya, "Zia!" panggil orang itu sembari mendekatkan dirinya pada Zia.

Lantas Zia menengok ke asal suara, dan disana sudah ada Ferro yang berlari kecil menghampirinya.

"Nih seragam baru lo, semoga bajunya pas ya, soalnya gue gatau pasti ukuran lo" kata cowok itu sembari menyodorkan plastik yang berisi seragam baru.

Tanpa basa-basi, ia mengambil plastik putih itu, lalu ia melepaskan jaket biru milik Ferro yang sedari tadi ia pakai. Zia menyerahkan jaket itu pada sang pemilik.

Setelah itu, dia pergi.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ferro menyamai langkah Zia, "Lo ga berniat buat bilang makasih gitu?" tanya Ferro.

Zia menaikan satu alisnya, "buat apa?" tanya Zia polos.

"Kan gue udah beliin seragam buat lo, terus lo juga udah minjem jaket gue" kata Ferro menjelaskan.

"Dari awal itu salah lo. Gue ga berhak bilang makasih atas itu semua" ucap Zia tenang, namun sangat menohok untuk Ferro.

Setelah mengatakan itu Zia langsung mempercepat langkahnya, meninggalkan Ferro yang masih tercengang ditempatnya.

╹╹

To be continue

KenZiaWhere stories live. Discover now