1✓

79.8K 1.9K 22
                                    


"Jika ditanya, siapa orang yang paling dibenci. Aku hanya perlu menunjuk diriku sendiri."

-Raranjl

"

"Pagi neng Rara." Sapa Lia ketika melihat sepupunya memasuki ruang kelas.

"Pagi." Jawabnya dengan datar.

Lia menghembuskan nafasnya. Jujur, ia merasa tidak nyaman dengan sifat sepupunya. "Sampai kapan lo begini terus?"

Rara mengabaikan pertanyaan Lia dan beralih kepada buku novelnya. Sebenarnya Rara nggak ada niatan untuk merubah sikapnya, namun keadaan lah yang membuat dirinya berubah.

Ting! Ting!
[ Anggap aja suara bel ]

"Selamat pagi anak-anak." Ucap Bu Mawar, selaku wali kelas XII B.

"Pagi Bu."

"Hari ini ibu akan memberikan satu informasi dan setelah itu kalian bisa pulang." Ujarnya dengan menatap wajah muridnya satu per satu.

"Astaghfirullah Bu, kalo tau begini mah gak usah berangkat tadi. Kasian nih baju, udah wangi begini makainya cuma bentaran" Protes Alex.

"Alay." Sahut Aksa sembari melirik kearah Rara.

"Tau begini mending rebahan." Gumam Rara.

"Pihak sekolah akan mengadakan pemilihan raja dan ratu untuk mewakili SMA kita Minggu depan. Jadi, setiap kelas wajib menyalonkan sepasang pasangan untuk mewakili kelasnya." Lanjut Bu Mawar.

"Jangan pada milih gue ya, gue tau gue ganteng tapi janganlah. Nanti banyak cewek-cewek yang ngejar gue, kan kasihan neng Lia nanti makan hati terus."

Lia yang mendengarnya pun sontak melempar buku ke vino yang tepat mengenai kepala belakangnya. " Ga usah kepedean kali om, hutang di kantin noh bayar." Ucap Lia yang membuat seisi kelas tertawa.

"Ganteng-ganteng kok ngutang, malu bos kuh." Ucap Alex.

"Heh! Udah-udah, sekarang kalian pilih pasangan yang akan mewakili kelas kita. Taruh disobekan kertas, ketua kelas kumpulin taruh depan."

Semua murid pun melakukan perintah Bu Mawar. Sesuai perintah Alex yang selaku ketua kelas, mengambil hasil vote dan menyerahkannya kedepan.

"Udah semua?"

"Udah Bu." Jawab Alex.

"Baiklah ibu akan bacakan dan menulis hasilnya dipapan."

"Rara dan Aksa."

"Rara dan Aksa."

"Rara dan Vino."

"Maudi dan Alex."

"Lia dan Vino."

"Rara dan Aksa."

"Lia dan Vino."

Setelah beberapa menit membacakan hasilnya, Bu Mawar dan seisi ruangan memandang papan tulis yang menunjukkan siapa yang terpilih untuk mewakili kelas XII B.

"Gila-gila, Ra lihat noh banyak banget yang milih lo. Beh emang ya, sepupu gue tuh auranya bukan main. Cuek aja masih banyak yang suka, apalagi friendly." Katanya sambil merangkul Rara yang sedang menatap hasil vote didepan.

"I really hate this." Batinnya.

Aksa tersenyum puas memandang hasil vote didepan. "Kalau jodoh mah mau diapain juga bakal tetap bersama Ra." Batinnya.

Rara yang mendengarnya pun sontak menatap tajam kearah Aksa. Rara memang bisa mendengar suara hati orang lain. Aneh? Atau ajaib?

"Tiga tahun Ra. Tiga tahun gue berjuang buat dapetin lo. Apa iya lo gak ada perasaan sama sekali?" Lirih Aksa sembari melirik kearah Rara. Aksa tersenyum, ternyata gadis pujaannya tengah menatapnya terlebih dahulu. Ah, kenapa gak dari dulu.

Rara yang terkejut sontak memutus kontak mata tersebut, dan kembali menatap kearah depan. Ia memainkan jarinya gugup. Salting? No! Rara merasa aneh dan jijik ketika ada seorang laki-laki jatuh cinta dengannya, terkecuali anggota keluarga.

"Aksa? Rara? Ayo, Maju kedepan. Nunggu apa lagi?" Pinta Bu Mawar.

"Nunggu penghulu atuh bu, kan mau jabat tangan dan berkata..."

"Sahh!!!" Sahut seisi kelas yang kini penuh dengan gelak tawa.

"Itu gila tapi ku mau, halalkan Rara." Lanjut Aksa yang beranjak dari tempatnya.

Aksa berjalan menghampiri Rara, tak lupa tentunya dengan senyuman yang membuat cewek-cewek lain terkesima. Aksa mengulurkan tangannya kepada Rara, yang berniat untuk menggandengnya ke depan. "Come on, princess."

Lia yang duduk disamping Rara hanya bisa melongo dengan perlakuan dan ucapan Aksa."OMG! Ternyata Lo bisa kek gitu ya Sa?"

"Aksa juga manusia, punya rasa punya hati." Sahut vino.

"Kok kayak lagu ya Vin?" Cengo Lia.

"Emang."

Rara menatap datar Aksa yang tengah berdiri dimeja sampingnya. "Gue bisa sendiri, makasih." Tolaknya yang kemudian berjalan kedepan mendahului Aksa.

Aksa menatap tangannya yang kosong. Ia tersenyum dan memasukkan tangannya kedalam saku celana.

"Selamat ya. Kalian berdua adalah orang yang diberikan kepercayaan oleh teman-teman kalian. Jadi ibu harap kalian tidak mengecewakan mereka. Gausah dipikir nanti menang atau kalah, yang penting kalian udah berusaha sebisa kalian." Bu Mawar memegang kedua pundak Rara dan tersenyum. "Kamu anak pintar, jangan sia-sia in ya Ra."

Rara mengangguk dan tersenyum. " Terima kasih bu."

Aksa mendekatkan wajahnya kedepan wajah Rara sembari tersenyum. "Nah gitu dong senyum. Kan tambah cantik."

"Ciee...cie..." Sorak seisi kelas.

"Pepet terus Sa, jangan kasih kendor!"

"Apaan sih alay tau gak!"

"Ayok gass, KUA menunggu kalian!"

Bu Mawar hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan para murid-muridnya. Ia menyerahkan sebuah buku kepada Rara yang bisa dibilang agak tebal.

"Kalian pelajari ini agar bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh juri. Gunakan waktu libur 3 hari untuk mempelajarinya. Ingat, Pelajari berdua!"

"Libur?" Sahut Alex.

"Yeuh si Dugong, kalo masalah ginian koneknya cepet."

"Lo kenapa sih ya? Suka Lo sama gue?" Tanya Alex yang gemas dengan ocehan Lia.

"Najis sekali epribadeeh."

"Lia sukanya sama gue bukan sama Lo!" Tegas Vino yang membuat Lia terdiam.

"Hm, kalian akan libur 3 hari. Setelah libur kalian masuk dengan pakaian yang formal, paham kan?"

"Paham bu."

"Kalian bisa duduk kembali. Yasudah kalau begitu kalian boleh pulang. Rara Aksa jangan lupa dipelajari, Kalau ada yang kurang paham japri ibu aja."

"Iya Bu." Jawab Aksa.

"Kalian hati-hati dijalan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu." Ucap Bu Mawar dan melenggang pergi meninggalkan kelas.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu."

Gimana reaksi kalian kalau kalian jadi rara?🤔

Baper?

Atau gimana?

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲Where stories live. Discover now