11. Abbas?

76 20 18
                                    

"Mungkin kita hanya di takdirkan untuk saling mengenal, tidak untuk di persatukan dalam sebuah ikatan percintaan seperti yang sudah diharapkan." 

***

Entah sebuah keberuntungan atau bukan, baru saja Raisya benar-benar pulih dari sakitnya dan hendak mengejar ketertinggalannya, sekolah dibubarkan lebih awal karena guru akan mengadakan rapat.

Baru saja Raisya hendak pulang, Bu Ike—Wali kelas XI MIPA 3 menghampiri Raisya. "Raisya, teman-teman kamu semua sudah mengumpulkan formulir pendaftaran study tour, tinggal punya kamu yang belum ada, apa kamu nggak ikut?"

Raisya tampak berpikir sejenak. "Mohon maaf, Bu. Sepertinya saya tidak ikut study tour. Pihak sekolah mengizinkan, 'kan, Bu?"

"Oh, sepertinya boleh, tetapi kamu harus mengerjakan tugas lain sebagai gantinya. Soalnya ini 'kan bukan liburan. Teman-teman kamu yang ikut besok harus membuat makalah, nah kalau untuk tugas kamu, besok Bu Guru tanyakan kembali ke pihak sekolah, ya," jelas perempuan dengan rambut sebahu dan beralis tebal itu.

"Baik, Bu," jawab Raisya mengangguk.

Setelah itu, Bu Ike pamit dan meninggalkan Raisya yang masih setia berdiri di depan pintu kelasnya.

Melihat keadaan kelas yang sudah kosong, Raisya segera pergi dari sana.

Berhubung sekolah pulang lebih awal, Raisya tidak langsung pulang ke rumah, melainkan mampir ke taman tempat biasanya ia berkunjung.

Ketika dalam perjalanan ke taman, Raisya memperhatikan kursi yang pernah di dudukinya bersama seseorang pria di depan minimarket. Pertemuan singkat, tetapi berdampak bagi perubahan yang sempat Raisya buat. Meskipun perubahan itu sangat singkat.

"Dia apa kabar, ya, sekarang?" Tanpa sadar ucapan itu keluar dari mulut Raisya. Ia berjalan menuju bangku yang terletak di bawah pohon rindang. Pikirannya menerawang kebersamaan bersama lelaki yang belum ia ketahui namanya. Terkadang, Raisya bingung. Kenapa dia harus mudah BAPER dalam segala hal? Entah dari perlakuan, ucapan atau apapun itu selalu Raisya masukan ke dalam hati.

Raisya mencoba membuka buku pelajaran dan mulai membacanya. Ia mencoba untuk membuat suasana belajar yang berbeda.

Baru beberapa menit Raisya membaca buku pelajaran itu, buku yang tadinya ada di tangan sekarang pindah menutupi wajah Raisya yang sudah tertidur pulas. Angin yang sepoi-sepoi dan mungkin karena kondisi Raisya pasca sakit membuat tubuhnya mudah lelah.

Taman yang sepi membuat tidur Raisya tidak terganggu sama sekali. Ia mengucek mata untuk melihat keadaan sekelilingnya. "Aku tidur tiga  jam di sini?" Raisya terlonjak kaget.

***

Ketika Raisya baru sampai rumah, kebetulan sekali Pak Kusen juga baru pulang jualan.

"Kamu baru pulang, Nak?" tanya Pak Kusen.

"Iya, Pak. Bapak pulang cepat?" Raisya mengecek gerobak bakso Bapaknya itu. "Wah, udah habis ternyata."

"Alhamdulillah, kebetulan dagangan bapak cuma sedikit tadi. Terus sekarang juga ada langganan anak sekolah, kayaknya satu sekolah deh sama kamu."

Pak Kusen membawa masuk barang yang digunakan untuk jualannya. "Kayaknya dia temen kamu, deh. Kaosnya sama soalnya."

RaisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang