6.Change

116 21 22
                                    

Happy reading

***
"Terkadang rasa sakitlah yang menyebabkan perubahan yang seseorang."

***

Koridor sekolah SMA Cakrawala mulai di penuhi murid yang berlalu-lalang. Ada yang baru berangkat, ada juga yang ke luar kelas untuk menunggu bel masuk berbunyi. Bahkan ada yang terang-terangan berduaan memanfaatkan waktu sebelum pelajaran di mulai.

Seperti dua sejoli yang berjalan beriringan. Semua sudah tahu bahwa setiap harinya Billy mengantar Elina ke kelasnya. Ya, dua sejoli itu adalah mereka. Sesudah mengantar Elina, biasanya Billy menyempatkan untuk berbincang sebentar sibuk dengan urusan pelajaran dan tugasnya sebagai ketua OSIS. Billy sendiri termasuk siswa yang ambisius. Berbagai kejuaraan telah di dapatkannya. Siapapun yang menjadi kekasihnya pasti sangat beruntung.

"Aku duluan, ya. Bye," ujar Billy. Elina melayangkan kiss bye kepada kekasihnya itu lalu di balas dengan hal serupa oleh Billy.

"Istirahat nanti jangan lupa makan bareng di kantin!" teriak Elina kepada Billy yang mulai menjauh darinya. Teriakan Elina tentu saja menjadi perhatian murid yang sedang berada di situ.

Dalam perjalanan menuju kelasnya, Billy melihat Brandon yang tengah melakukan aksi memalaknya kepada Raisya yang tengah berada di depan kelasnya dan masih menggendong tas birunya.

Samar-samar Billy masih bisa mendengar percakapan mereka yang membahas soal uang yang Raisya janjikan kepada mereka tempo hari. Raisya tampak tak melawan dan malah menyerahkan uangnya kepada Brandon. Tepat ketika Raisya menyerahkan uangnya, Billy datang dan berdiri di samping Raisya.

"Lo lagi, lo lagi!" kesal Brandon.

Teman-teman Brandon yang tampak kesal pun ikut memaki Billy. Sejak Billy yang menjadi ketua OSIS-nya, mereka nampak tak suka dan menjadikannya musuh bebuyutan. Pasalnya, ketua OSIS itu sering kali menggagalkan aksi mereka.

"Kalian emang nggak ada kapok-kapoknya, ya. Kalian nggak lupa 'kan sama ucapan gue beberapa hari lalu? Gue bakal laporin kalian ke guru BK sekarang!" tegas Billy.

"When ketua budak kesiswaan said," sahut Brian.

"Uh takut, Kak. Jangan dong." Hilmi ikut menimpali. Tangannya mendadak merangkul lengan Brian yang langsung di singkirkan oleh Brian.

Billy yang tak terima dengan perkataan Brian dan hendak memukulnya. Satu bogeman mendarat mulus di rahang Brian. Brian mengelus bekasnya yang sedikit perih.

Brandon yang tak terima pun ingin membalaskan untuk temannya itu. Namun, Raisya berhasil mencekal tangan Brandon.

"Lepas! Nggak usah pegang-pegang tangan gue!" sentak Brandon. Hati Raisya mencelos mendengar perkataan Brandon. Brandon memandangnya dengan tatapan seolah-olah Raisya adalah kotoran yang begitu menjijikkan.

Sebelum mereka pergi meninggalkan Billy dan Raisya, sambil memegangi rahangnya terasa panas akibat pukulan Billy, Brian mengacungkan jari tengahnya tepat di wajah Billy lalu menonyor kepalanya dengan jarinya tengahnya itu.

Billy belum sempat membalas, mereka langsung lari menjauh dari mereka. Kini hanya tersisa mereka berdua dan beberapa murid yang masih berlalu lalang. Beberapa murid yang lewat itu tak berniat mengganggu mereka, hanya melihat sekilas setelahnya mereka langsung pergi.

"Lo kenapa nurut banget sama mereka sih?" tanya Billy.

Raisya mendongak. "Gue nggak nurut, kok."

RaisyaWhere stories live. Discover now