5. Teman

144 23 21
                                    

Happy reading! -😘

***
"Yang berhasil membuat bangkit dari keterpurukan, dialah yang pantas disebut seorang teman."

***

Beberapa hari lalu, Raisya sudah punya rencana akan pergi ke taman saat akhir pekan sabtu ini.

Sebelum ia pergi ada pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan terlebih dahulu. Meskipun dengan keterbatasan fisiknya, ia tak menjadikan itu alasan untuk bermalas-malasan.

Raisya tidak keberatan melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan mencuci baju. Jangan tanya bagaimana ia melakukannya. Jika sedang melakukan pekerjaan rumah, terkadang Raisya melakukannya tanpa bantuan tongkat. Ia melakukannya dengan cara melompat-lompat. Untung saja badannya tidak berlebihan lemak, jadi ia dengan mudah mengangkat badannya itu.

Setelah selesai melakukan kegiatannya itu, Raisya bergegas mengunci pintu dan menuju taman. Cukup memakan waktu lama karena tidak menggunakan kendaraan. Untung saja ketika sudah ke luar dari gang langsung menuju jalan raya, jadi itu lebih memudahkannya untuk pergi ke mana-mana. Tentu saja jika ia pergi dengan tongkat kesayangannya-Moli.

Sesampainya di sana, pemandangan yang memanjakan netra gadis itu adalah rumput yang hijau serta sebuah pohon rindang. Raisya melangkah mendekati pohon itu sekaligus untuk berteduh.

"Kok sepi, ya." Raisya mengecek jam lewat handphonenya. "Pantes, udah siang gini mana ada orang."

Melihat ayunan anak-anak yang terbuat dari besi dan di cat warna-warni itu, Raisya ingin duduk di situ. Ayunan yang berkapasitas sekitar empat orang itu hanya terisi oleh dirinya.

Tujuannya ke taman hanya sekedar jalan-jalan karena terlalu suntuk jika berada di rumah terus. Sebenarnya Raisya cukup malas, tetapi entah kenapa dirinya sangat ingin berjalan-jalan di hari liburnya kali ini.

Semenjak Riyan masuk SMK, ia jadi jarang di rumah. Pak Kusen juga sibuk berjualan, jadi Raisya hanya seorang diri di rumah. Mungkin itu alasan Raisya menjadi tidak betah di rumah.

Netranya menyipit ketika tengah memperhatikan seorang anak laki-laki yang berada cukup jauh darinya, sedang celingukan.

Raisya mengambil Moli, lalu mengapitnya di kedua ketiaknya. Sesampainya di sana, Raisya langsung menanyakan kenapa ia ada di taman sendiri? Ia cukup kebingungan, pasalnya anak laki-laki itu tak menjawab pertanyaannya malah terdiam dan raut wajahnya berubah ketakutan saat Raisya mendekat.

"Jangan takut, kakak bukan orang jahat, kok," ujar Raisya lembut. Perlahan, anak lelaki sekitar umur sepuluh tahun itu mau mendekati Raisya.

"Kamu kenapa sendiri di sini?" Raisya mengulang pertanyaannya saat ia baru sampai di dekat anak lelaki itu.

Butuh waktu lama untuk anak itu memahami pertanyaannya. Setelah Raisya memperjelas pertanyaannya, barulah anak itu paham lalu menunjukkan isi buku catatan yang sedari tadi di kalungkan di lehernya. Mulai mengerti dengan kondisi anak lelaki itu yang ternyata merupakan penyandang tunarungu dan tunawicara, Raisya mencoba memahaminya.

Isi dari buku itu ada daftar barang belanja bulanan yang sepertinya akan ia beli. Terbesit pikiran kenapa anak istimewa seperti dia di biarkan belanja sendiri? Di mana orang tuanya?

"Kamu mau belanja?" tanya Raisya lalu di jawab dengan anggukan.

"Mau kakak anterin? Lagi-lagi bocah itu menjawab dengan anggukan, namun kali ini ia menjawab dengan girang. Sepertinya anak itu memang kebingungan.

RaisyaWhere stories live. Discover now