1. Di permalukan

401 44 39
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Kalian ke sini lewat jalur apa gaes?

Happy reading oke!

***

"Perlu kalian ketahui, sekarang hinaan berkedok candaan itu lagi zaman."

***

Pada malam hari yang sedang turun hujan, Raisya Pratiba, gadis yang mempunyai satu kaki itu tampak bingung memikirkan praktek seni  budaya yang akan dilaksanakan besok pagi. Masalahnya, saat guru tengah menjelaskan praktek apa yang akan dilaksanakan, Raisya tidak mendengarkan karena kepalanya tiba-tiba sakit dan Raisya memilih tidur di kelas.

Di atas kasurnya, Raisya gusar memikirkan masalah yang masih mengganjal di hatinya itu. Tak memperdulikan rambutnya yang sudah acak-acakan. "Duh, besok seni budaya prakteknya ngapain sih?" tanyanya pada diri sendiri.

"Kalo tanya temen males, pasti dikacangin."

"Apa tanya langsung aja, ya, ke Pak Hari?" Raisya langsung mengambil ponselnya dan membuka aplikasi chatting bericon hijau.

"Oh iya, gue, 'kan nggak punya nomornya guru seni budaya. Gimana dong?" gerutu Raisya.

Raisya berinisiatif untuk mengirim pesan kepada salah satu teman kelasnya yang cukup baik kepadanya. Sudah hampir dua tahun bersekolah di SMA Cakrawala, tetapi ia tidak memiliki banyak teman. Hanya Kalila Indira Iva—gadis cantik yang humble yang mau berteman dengan Raisya, tetapi Raisya selalu acuh kepadanya. Mungkin karena sifat Raisya yang terlalu cuek sehingga teman-temannya menjauh bahkan terang-terangan membencinya.

"Tapi, apa tanya Kalila langsung aja ya? Ah nggak lah, tanya ke Pak Hari aja biar jelas."

Raisya memutuskan untuk meminta nomor gurunya itu kepada Kalila.
Setelah Kalila mengirimkan nomornya, Raisya tampak ragu untuk mengirim pesan kepada gurunya itu. Bukan karena takut mengganggu malam-malam mengirim pesan, tetapi saat melihat foto profil yang digunakan gurunya tampak aneh.

"Ini beneran guru SB? Masa foto profilnya ngacungin jari tengah gini. Terus infonya juga 'ASU'. Apa itu singkatan dari 'Aku Selalu untukmu' ya?"

Tanpa pikir panjang lagi, Raisya pun mengirim pesan kepada gurunya. Menepis rasa ragu di hatinya.

Raisya: Selamat malam, Pak. Mohon maaf mengganggu. Saya Raisya dari XI MIPA 3 mau bertanya, untuk praktek Seni budaya besok pagi apa ya, Pak? Saya lupa🙏

Chat dari Raisya belum mendapat balasan dari gurunya itu. Sambil menunggu balasan, ia  beranjak dari kasur dan berniat untuk ke kamar mandi dengan bantuan Moli— tongkat kruknya yang diberi nama olehnya. Aneh memang, tetapi tongkat itulah yang menjadi saksi kesedihan dan kebahagiaan Raisya selama ini.
  
Saat Raisya kembali dari kamar mandi, ia mengecek ponselnya. Betapa terkejutnya Raisya, saat melihat chat yang masuk dari Kalila.

Kalila: Sya sorry, yang tadi itu bukan nomornya Pak Hari.

Deg!

Dengan perasaan yang sudah tidak enak, Raisya masih menunggu lanjutan chat dari Kalila yang sedang diketik.

Kalila: Itu nomornya Brandon, Sya. Sorry banget, yang ngirim kontaknya bukan gue tapi si Lidya.
Kebetulan dia lagi nginep di rumah gue.

RaisyaWhere stories live. Discover now