4. Pertolongan

153 26 20
                                    

Happy reading 😈

***
"Sering memberi perhatian, bukan berarti orang itu menaruh perasaan. Di sarankan agar tidak terlalu menaruh harapan. "

***

Siang ini, Raisya sedang mencari keberadaan Brandon. Tujuannya adalah membayar sisa uang baksonya dan menyelesaikan urusannya. Sebenernya ini tidak adil dan tidak masuk akal. Cuma gara-gara Raisya salah chat ke nomor Brandon ia harus membayarkan baksonya selama enam hari. Padahal, Raisya juga korban disini. Ia harus rela memecah uang tabungannya dari hasil uang jajan yang tak jarang ia belikan.

Setelah lama Raisya mencari Brandon, akhirnya ia menemukan Brandon di lapangan voli. "Akhirnya ketemu juga." Raisya menyeka keringat di dahinya karena lelah mencari lelaki satu itu yang seperti jelangkung. Datang tak dijemput pulang tak diantar.

Raisya terkejut saat melihat mereka sedang bermain bulutangkis di lapangan voli. Ia dibuat heran, mereka bermain bulutangkis tidak menggunakan raket seperti pada umumnya. Brandon dan Brian mereka bermain menggunakan wiper lantai yang sudah dibuang batangnya. Sedangkan Hilmi menggunakan serok.

Raisya mengalihkan pandangannya ke Panji yang sedang duduk di pinggir tidak ikut kegilaan teman-temannya itu. Raisya menghampiri Panji dan memanggilnya.

Panji tidak menjawab Raisya. Ia menatap Raisya dengan ekspresi heran.

"Gue minta tolong ntar kasihin uang ini ke Brandon, ya," pinta Raisya dengan ekspresi datarnya.

Panji memandang uang yang Raisya sodorkan kepadanya. "Nggak!" tolak Panji cepat.

Raisya menghela napas mendengar jawaban dari Panji. Ternyata ia lebih menyebalkan dari kelihatannya. Raisya pikir ia lebih waras dibandingkan temannya itu, ternyata tidak.

Raisya tidak mau mengemis bantuan. Dengan terpaksa ia menghampiri Brandon yang tengah asik bermain dengan permainan anehnya itu.

"Ini sisa uang perjanjian. Sekarang gue nggak ada urusan lagi sama lo," ucap Raisya to the point.

Brandon belum mengizinkan Raisya pergi. Brandon menghitung uang yang Raisya berikan. Raisya berharap semoga Brandon tak lagi protes, tetapi nihil hasilnya. Sekarang ia malah mengatakan bahwa uangnya kurang.

"Kan gue bilang, temen-temen gue juga harus lo traktir!" sungut Brandon. Ia melemparkan uangnya tepat di wajah Raisya.

Dengan nafas yang memburu dan matanya yang mulai memanas, Raisya mengambil lembaran uang yang berhamburan di tanah.

"Heh, jangan jadi banci yang beraninya nindas cewe lemah!" teriak seorang lelaki yang baru saja datang.
Suara itu begitu familiar di telinga Raisya. Ia memastikan apakah tebakannya benar, bahwa orang itu adalah lelaki yang ada di pikirannya saat ini.

Billy terus melangkahkan kaki jenjangnya menuju sekumpulan lelaki yang tengah menatap nyalang kepada.    

"Sekarang preman abal-abal kayak lo, udah nggak punya nyali buat ngelawan yang lebih sempurna dari lo?"

Brandon mendekat ke arah Billy kemudian mencengkeram kerah baju miliknya. Dengan cepat Billy menyingkirkan tangan Brandon dan mendorongnya sampai terpental cukup jauh.

RaisyaWhere stories live. Discover now